• TERKINI
  • UAD BERDAMPAK
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Pelajar dan Jiwa Kemerdekaan

15/12/2012/0 Comments/in Terkini /by Super News

Catatan Untuk Muktamar IRM di Palembang 2012

Oleh : Hendra Darmawan

Cita-Cita Indonesia

Tiga cita-cita kemerdekaan Indoensia yang termaktub dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945 yaitu : mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan menciptakan perdamaian dunia. Tanpa merasa lelah, muhammadiyah terus berbuat untuk dirinya dan untuk Indonesia secara umu. Tidak heran jika dalam memperingati ulang tahunnya yang ke 103 masehi dank ke 100 tahun hijriah, Muhammadiyah mengambil tema “Sang Surya tidak berhenti menyinari Bumi”. Prof Taufik Abdullah mengatakan bahwasanya Muhammadiyah sangat berjasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Muhamamadiyah sebagai narasi besar perubahan social telah melewati banyak fase. Kontribusinya pada bangsa ini tidaklah bisa dipandang sebelah mata. Muhammadiyah juga memiliki gerakan yang juga menyempurnakan segmentasinya sesuai usia dan jenis kelamin seperti Aisyiah, Nasyiah aisyiah, Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Pemuda Muhammadiyah, Hizbul Wathon dan tapak suci untuk beladiri.

Setelah IRM mendapatkan ASEAN Award sebagai organisasi pelajar yang prestatif pada tahun 2012, maka masyarakat juga akan terus menanti kontribusi-kontribusinya yang lebaih besar, sesuai amanah yang diemban. Menjadikan pelajar Indonesia untuk tetap prestatif dalam bidang kademik adalah keharusan. Menjadikan mereka sholeh secara social jug merupakan hal yang tidak bisa disikapi secara taken for granted. Harus ada upaya yang sistematis untuk menjadikan mereka tetap dekat dengan rakyat dan melek realitas. Islam menekan pencapaian dua hal yakni Alim dan Soleh yang artinya sesorang harus menjadi cerdas dan juga memiliki kesholehan social. Banyak diantara kita hanya memiliki satu diantara dua hal tersebut.

Jumlah pelajar yang ada di Indonesia jutaan, sebagian besar dari mereka adalah dari kaum menengah kebawah. Upaya perubahan Kurikulum pendidikan dasar yang dicanangkan oleh Kementrian pendidikan nasional pasti akan memakan biaya yang tidak sedikit, minimal milyaran rupiah. Muncul pertanyaan dalam banyak benak orang apakah itu akan efektif, apakah uapya itu akan menciptkana atmosfir yang lebih baik atau apakah dengan merubah kurikulum dapat menciptkan pelajar yang tidak hanay cerdas tetapi juga dapat berfihak kepada rakyat. Menjadikan pelajar hari ini memiliki rasa kemerdekaan, watak yang dekat dengan rakyat. Atau dengan bahasa yang lain, apakah pendidikan hari ini dapat menciptakan pelajar yang melek dengan realitas karena kita yakin akan kuasa Ilmu (knowledge is power). Syaidina Ali mengatakan bahwa manusia akan menjadi musuh atas apa-apa yang ia tidak ketahui.

Kisah dari Sekolah Serikat Islam

Pelajar Turun ke Bawah (memasuki Kampung-kampung). Untuk mendapatkan dana dari masyarakat. Mereka mengenakan seragam putih-putih dengan Selempang kain merah bertuliskan “Rasa Kemerdekaan”. Menanamkan rasa kemerdekaan dan menunjukkan rasa kewajiban murid terhadap rakyat jelata merupakan iklim kejiwaan disekolah SI (sarekat Islam) yang dikatakan lebih dekat kepada watak dana asal anak dari timur, terutama kalau dibandingkan dengan jiwa sekolah-sekolah partikelir lainnya ataupun HIS gouvernement. (Abdurahman Suryomiharjo, 1977)

Murid-murid yang sudah cukup matang diajak untuk menyaksikan rapat-rapat SI dan Buruh, agar dapat mendengarkan sendiri suara si Kromo (kaum Kromo/rakyat Jelata) yang kemudian menjadi bahan diskusi antar mereka sendiri. Semua anak didik disekolah SI diharapkan mampu memahami hubungan pelajar di sekolah dengan daya upaya membela rakyat. Pendiri sekolah-sekolah SI, Ibrahim gelar Datuk Tan malaka, menerbitkan karangan-karangan tentang sekolahnya, satu terbit di Indonesia dan satu di Nederland. (De Sarekat Islam Scholen als pistol op de borst der koloniale regeering”, Tribune 29-30 Mei 1922.

Dua cerita diatas harapannya dapat menginspirasi jiwa pelajar hari ini. Pelajar yang tidak hanya akademik, berjiwa merdeka, cinta tanah air bahkan lebih dari pada itu dekat dengan masyarakat (Student Activism). Selamat buat mukatamar IRM di Palembang, masyarakat menanti kiprah kongkrit pelajar.

*) Hendra Darmawan

Dosen PBI FKIP UAD.

Catatan Untuk Muktamar IRM di Palembang 2012

Oleh : Hendra Darmawan

Cita-Cita Indonesia

Tiga cita-cita kemerdekaan Indoensia yang termaktub dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945 yaitu : mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan menciptakan perdamaian dunia. Tanpa merasa lelah, muhammadiyah terus berbuat untuk dirinya dan untuk Indonesia secara umu. Tidak heran jika dalam memperingati ulang tahunnya yang ke 103 masehi dank ke 100 tahun hijriah, Muhammadiyah mengambil tema “Sang Surya tidak berhenti menyinari Bumi”. Prof Taufik Abdullah mengatakan bahwasanya Muhammadiyah sangat berjasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Muhamamadiyah sebagai narasi besar perubahan social telah melewati banyak fase. Kontribusinya pada bangsa ini tidaklah bisa dipandang sebelah mata. Muhammadiyah juga memiliki gerakan yang juga menyempurnakan segmentasinya sesuai usia dan jenis kelamin seperti Aisyiah, Nasyiah aisyiah, Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Pemuda Muhammadiyah, Hizbul Wathon dan tapak suci untuk beladiri.

Setelah IRM mendapatkan ASEAN Award sebagai organisasi pelajar yang prestatif pada tahun 2012, maka masyarakat juga akan terus menanti kontribusi-kontribusinya yang lebaih besar, sesuai amanah yang diemban. Menjadikan pelajar Indonesia untuk tetap prestatif dalam bidang kademik adalah keharusan. Menjadikan mereka sholeh secara social jug merupakan hal yang tidak bisa disikapi secara taken for granted. Harus ada upaya yang sistematis untuk menjadikan mereka tetap dekat dengan rakyat dan melek realitas. Islam menekan pencapaian dua hal yakni Alim dan Soleh yang artinya sesorang harus menjadi cerdas dan juga memiliki kesholehan social. Banyak diantara kita hanya memiliki satu diantara dua hal tersebut.

Jumlah pelajar yang ada di Indonesia jutaan, sebagian besar dari mereka adalah dari kaum menengah kebawah. Upaya perubahan Kurikulum pendidikan dasar yang dicanangkan oleh Kementrian pendidikan nasional pasti akan memakan biaya yang tidak sedikit, minimal milyaran rupiah. Muncul pertanyaan dalam banyak benak orang apakah itu akan efektif, apakah uapya itu akan menciptkana atmosfir yang lebih baik atau apakah dengan merubah kurikulum dapat menciptkan pelajar yang tidak hanay cerdas tetapi juga dapat berfihak kepada rakyat. Menjadikan pelajar hari ini memiliki rasa kemerdekaan, watak yang dekat dengan rakyat. Atau dengan bahasa yang lain, apakah pendidikan hari ini dapat menciptakan pelajar yang melek dengan realitas karena kita yakin akan kuasa Ilmu (knowledge is power). Syaidina Ali mengatakan bahwa manusia akan menjadi musuh atas apa-apa yang ia tidak ketahui.

Kisah dari Sekolah Serikat Islam

Pelajar Turun ke Bawah (memasuki Kampung-kampung). Untuk mendapatkan dana dari masyarakat. Mereka mengenakan seragam putih-putih dengan Selempang kain merah bertuliskan “Rasa Kemerdekaan”. Menanamkan rasa kemerdekaan dan menunjukkan rasa kewajiban murid terhadap rakyat jelata merupakan iklim kejiwaan disekolah SI (sarekat Islam) yang dikatakan lebih dekat kepada watak dana asal anak dari timur, terutama kalau dibandingkan dengan jiwa sekolah-sekolah partikelir lainnya ataupun HIS gouvernement. (Abdurahman Suryomiharjo, 1977)

Murid-murid yang sudah cukup matang diajak untuk menyaksikan rapat-rapat SI dan Buruh, agar dapat mendengarkan sendiri suara si Kromo (kaum Kromo/rakyat Jelata) yang kemudian menjadi bahan diskusi antar mereka sendiri. Semua anak didik disekolah SI diharapkan mampu memahami hubungan pelajar di sekolah dengan daya upaya membela rakyat. Pendiri sekolah-sekolah SI, Ibrahim gelar Datuk Tan malaka, menerbitkan karangan-karangan tentang sekolahnya, satu terbit di Indonesia dan satu di Nederland. (De Sarekat Islam Scholen als pistol op de borst der koloniale regeering”, Tribune 29-30 Mei 1922.

Dua cerita diatas harapannya dapat menginspirasi jiwa pelajar hari ini. Pelajar yang tidak hanya akademik, berjiwa merdeka, cinta tanah air bahkan lebih dari pada itu dekat dengan masyarakat (Student Activism). Selamat buat mukatamar IRM di Palembang, masyarakat menanti kiprah kongkrit pelajar.

*) Hendra Darmawan

Dosen PBI FKIP UAD.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2012-12-15 17:42:092012-12-15 17:42:09Pelajar dan Jiwa Kemerdekaan
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

TERKINI

  • Mahasiswa UAD Gelar Dahlan Muda Menginspirasi di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta28/10/2025
  • Prodi S-1 Matematika UAD Terakreditasi Unggul28/10/2025
  • UAD Raih Peringkat 2 PTS Nasional dan Peringkat 6 Nasional versi THE WUR 2026 Bidang Research Quality24/10/2025
  • PERSADA Terima Kunjungan Studi Banding dari Universitas Pamulang23/10/2025
  • IMM PBII UAD Gelar Workshop Gerabah22/10/2025

PRESTASI

  • Tim Basket UAD Naik ke Divisi 1 Liga Mahasiswa28/10/2025
  •  Mahasiswa FH UAD Raih Medali Perunggu di PON Beladiri Kudus 202528/10/2025
  • UKM Taekwondo Borong 26 Medali pada Kejuaraan Bang Taja Championship 202528/10/2025
  • Tim King Phoenix UAD Raih Juara III dalam Kontes Robot Terbang Indonesia 202528/10/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Silver Medal di Ajang Internasional Fotografi27/10/2025

FEATURE

  • Hakikat Takwa dalam Kehidupan28/10/2025
  • Tali Allah adalah Tali Persatuan28/10/2025
  • Meraih Amalan Ahli Surga22/10/2025
  • Perjalanan Salsabilla Raih Gelar Sarjana dalam 3,3 Tahun20/10/2025
  • Unlock Your Next Level15/10/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top