Raih Beasiswa Belajar ke Thailand
“Perempuan tidak mesti selalu menunggu, tetapi juga harus mampu memilih,” ujar gadis bernama Damaya Noor Arifin yang menjadi salah satu mahasiswa berprestasi program studi Sastra Inggris Universitas Ahmad Dahlan (UAD) periode Maret.
Menurutnya, dalam bidang keilmuan, perempuan harus setara dengan laki-laki. Ia selalu memotivasi diri sendiri untuk selalu berjuang dan berusaha dalam keilmuan.
“Saya mesti mengalahkan ego dan kemalasan untuk mencapai target yang saya inginkan,” imbuh putri dari Bapak Zaeal Arifin dan Ibu Rusnani tersebut saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Kamis (17/3/2016).
Damaya merupakan salah satu mahasiswa UAD yang terpilih untuk belajar di Thailand dan mendapatkan beasiswa dari Dikti selama 1 semester.
“Syarat yang diajukan oleh universitas tidak mudah, minimal memiliki IPK 3.5 dan TOEFL minimal 500, selain itu harus lancar bercakap dalam bahasa Inggris. Dari sekitar 10 mahasiswa yang ikut seleksi, saya termasuk salah satu yang terpilih dari dua mahasiswa yang dibutuhkan.”
Program beasiswa dari Dikti merupakan program internasional pertukaran pelajar dan benar-benar melalui proses seleksi yang ketat. Program ini bernama AIMS (Asean International Mobility Students) yang dilaksanakan pada Agustus hingga Desember.
Tujuan dari program ini untuk mempersiapkan mahasiswa terkait adanya isu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Damaya menambahkan, sebagai mahasiswa, tentu sudah menjadi kewajibannya untuk terus mendukung kemajuan bangsa, salah satunya dengan belajar cara mengelola dan mengolah kebudayaan di luar negeri. Selanjutnya, mempertahankan budaya yang sudah dimiliki dan diwariskan nenek moyang.
“Tidak berbeda dengan mahasiswa yang lain dalam cara belajar, yang membedakan saya lebih suka membaca buku baik sains maupun fiksi, baik yang terjemahan maupun yang berbahasa Inggris,” kata gadis kelahiran Yogyakarta, 7 Maret 1992 ini.
Selama di Thailand, ia belajar di Universitas Thammasat. Ada tiga mata kuliah yang diambil, yaitu Tradicional Medicine, Etnic and Culture Studies, dan Linguistik. Selain kuliah, ia juga menulis paper, makalah, menjalani riset, dan beberapa kali menjadi pembicara pada acara seminar.
“Banyak hal yang saya dapat di sana, salah satunya belajar terkait kearifan budaya lokal dan cara melestarikannya,” tutupnya di akhir wawancara. (Ard)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!