Seminar Nasional Manajemen Pendidikan UAD: Akuntabilitas dan Sistem Mutu Sekolah yang Kurang Efektif
Pendidikan yang bermutu diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu.
Begitulah mimpi dalam pelaksanaan Seminar Nasional Manajemen Pendidikan, Sabtu (11/02/2012) di Kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Ada empat pembicara pada acara tersebut. Di antaranya: Dr. Siti Irene Astuti D., Drs. Harmanto, M.Si, Prof. Suyata, M.Sc., Ph.D., dan Abdul Kamil Marisi.
Dr. Siti Irene Astuti D. sebagai pembicara pertama yang membahas mengenai “Isu-isu Akuntabilitas Sekolah dan Pengembangan” memaparkan bahwa isu akuntabilitas mulai berkembang karena masyarakat mulai mempertanyakan pendidikan yang berkualitas, keadilan dalam pendidikan, efisiensi dalam pengelolahan pendidikan. Dalam hal ini sekolah yang bertanggung jawab sebagai lembaga pendidikan formal belum seluruhnya optimal dalam menghasilkan lulusan yang bermutu dari segi kuantitas dan kualitas.
“Dari kuantitas terbukti bahwa jumlah dan kesempatan mendapatkan pendidikan bermutu di semua jenjang pendidikan belum merata, bahkan kesenjangan dalam pendidikan terus menjadi fenomena sosial. Segi kualitas, persoalan yang dipertanyakan terkait dengan sistem menajemen dan hasil dari sistemnya yakni output pendidikan realitas sosialnya, menunjukkan bahwa ada kecenderungan menajemen sekolah belum berjalan secara efektif, karena akuntabilitas sekolah cendrung rendah. Padahal, sekolah sebagai basis menajemen dituntut harus mampu mewujudkan akuntabilitas bagi publik”, tambahnya.
Hal itu disebabkan sistem mutu belum sepenuhnya berjalan seperti yang diinginkan. Abdul Kamil Marisi dalam makalahnya tentang “Menajemen Peningkatan Mutu Pendidikan” menjelaskan bahwa SDM (Sumber Daya Manusia) di Indonesia masih menduduki peringkat bawah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dll. Maka dari itu perlu adanya peningkatan SDM yang mampu memberikan kontribusi yang baik sehingga dunia pendidikan kita bisa menonjol. Oleh karena itu cukup penting bagi pembangunan nasional untuk memfokuskan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu.
“Ada tiga faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Pertama kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input yang tidak konsisten. Dua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; tiga peran serta masyarakat khususnya orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim” tegasnya.
Seminar yang diikuti peserta dari berbagai sekolah ini juga membahas bagaimana partisipasi orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan sekolah yang disampaikan oleh Prof. Suyata, M.Sc., Ph.D. Menurutnya kepuasan terhadap sekolah diukur dengan mengabungkan tingkat kepuasan berbagai komponen sekolah seperti siswa, guru, dan orang tua terhadap kondisi dan pelayanan sekolah. Tapi saat ini yang terjadi kepuasan terhadap sekolah lebih dominan dari pada tiga komponen tersebut. Maka dari itu kemitraan dalam dunia pendidikan nampaknya baru dimiliki oleh sekolah-sekolah papan atas, sebab mereka memiliki akses yang kompetitif.
“Selain itu banyak orang beranggapan bahwa sekolah-sekolah yang ada ditengarai oleh keadaan yang tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan bagi mayoritas siswa. Para siswa kurang berprakarsa. Mereka bekerja hanya memenuhi perintah dan permintaan para guru, hal itu justru menghindari pekerjaan dan tugas yang diberikan oleh sekolah”, ulasnya.
Seminar yang diadakan oleh Pascasarjana Menajemen Pendidikan (MP UAD) ini mencoba mewadahi perkembangan dan keberadaan pendidikan Indonesia. Para peserta seminar disajikan Seminar Kit, Snack, Makan siang, dan sertifikat. Tema yang diangkat seminar tersebut adalah Pengembangan Akuntabilitas Sekolah Melalui Jaringan Kemitraan dan Penjaminan Mutu”. (Sbwh)
Pendidikan yang bermutu diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu.
Begitulah mimpi dalam pelaksanaan Seminar Nasional Manajemen Pendidikan, Sabtu (11/02/2012) di Kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Ada empat pembicara pada acara tersebut. Di antaranya: Dr. Siti Irene Astuti D., Drs. Harmanto, M.Si, Prof. Suyata, M.Sc., Ph.D., dan Abdul Kamil Marisi.
Dr. Siti Irene Astuti D. sebagai pembicara pertama yang membahas mengenai “Isu-isu Akuntabilitas Sekolah dan Pengembangan” memaparkan bahwa isu akuntabilitas mulai berkembang karena masyarakat mulai mempertanyakan pendidikan yang berkualitas, keadilan dalam pendidikan, efisiensi dalam pengelolahan pendidikan. Dalam hal ini sekolah yang bertanggung jawab sebagai lembaga pendidikan formal belum seluruhnya optimal dalam menghasilkan lulusan yang bermutu dari segi kuantitas dan kualitas.
“Dari kuantitas terbukti bahwa jumlah dan kesempatan mendapatkan pendidikan bermutu di semua jenjang pendidikan belum merata, bahkan kesenjangan dalam pendidikan terus menjadi fenomena sosial. Segi kualitas, persoalan yang dipertanyakan terkait dengan sistem menajemen dan hasil dari sistemnya yakni output pendidikan realitas sosialnya, menunjukkan bahwa ada kecenderungan menajemen sekolah belum berjalan secara efektif, karena akuntabilitas sekolah cendrung rendah. Padahal, sekolah sebagai basis menajemen dituntut harus mampu mewujudkan akuntabilitas bagi publik”, tambahnya.
Hal itu disebabkan sistem mutu belum sepenuhnya berjalan seperti yang diinginkan. Abdul Kamil Marisi dalam makalahnya tentang “Menajemen Peningkatan Mutu Pendidikan” menjelaskan bahwa SDM (Sumber Daya Manusia) di Indonesia masih menduduki peringkat bawah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dll. Maka dari itu perlu adanya peningkatan SDM yang mampu memberikan kontribusi yang baik sehingga dunia pendidikan kita bisa menonjol. Oleh karena itu cukup penting bagi pembangunan nasional untuk memfokuskan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu.
“Ada tiga faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Pertama kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input yang tidak konsisten. Dua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; tiga peran serta masyarakat khususnya orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim” tegasnya.
Seminar yang diikuti peserta dari berbagai sekolah ini juga membahas bagaimana partisipasi orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan sekolah yang disampaikan oleh Prof. Suyata, M.Sc., Ph.D. Menurutnya kepuasan terhadap sekolah diukur dengan mengabungkan tingkat kepuasan berbagai komponen sekolah seperti siswa, guru, dan orang tua terhadap kondisi dan pelayanan sekolah. Tapi saat ini yang terjadi kepuasan terhadap sekolah lebih dominan dari pada tiga komponen tersebut. Maka dari itu kemitraan dalam dunia pendidikan nampaknya baru dimiliki oleh sekolah-sekolah papan atas, sebab mereka memiliki akses yang kompetitif.
“Selain itu banyak orang beranggapan bahwa sekolah-sekolah yang ada ditengarai oleh keadaan yang tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan bagi mayoritas siswa. Para siswa kurang berprakarsa. Mereka bekerja hanya memenuhi perintah dan permintaan para guru, hal itu justru menghindari pekerjaan dan tugas yang diberikan oleh sekolah”, ulasnya.
Seminar yang diadakan oleh Pascasarjana Menajemen Pendidikan (MP UAD) ini mencoba mewadahi perkembangan dan keberadaan pendidikan Indonesia. Para peserta seminar disajikan Seminar Kit, Snack, Makan siang, dan sertifikat. Tema yang diangkat seminar tersebut adalah Pengembangan Akuntabilitas Sekolah Melalui Jaringan Kemitraan dan Penjaminan Mutu”. (Sbwh)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!