Siapa Sampah: Sempat Alami Revisi, tapi Tetap Terealisasi
Komunitas Teater 42 merupakan salah satu bentuk wadah untuk bermain teater yang ada di Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Sebuah komunitas yang tidak hanya beranggotakan anak sastra saja, namun jurusan lain juga tergabung di dalamnya. Bahkan universitas di luar UAD seperti Institut Seni Indonesia (ISI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) tergabung di dalam komunitas tersebut. Tidak hanya mahasiswa yang boleh bergabung, yang tidak kuliah pun juga beberapa ada yang ikut. Komunitas ini sering melakukan pementasan baik di kampus maupun luar kampus.
Salah satu pementasan telah rampung digarap pada 21 Oktober 2019 lalu. Memilih menggunakan tempat di Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta, rupanya Teater 42 tak mampu menyelesaikan permasalahan jumlah penonton yang membludak. Mengangkat tema naskah “Siapa Sampah”, membuat penonton berdatangan dari berbagai penjuru karena penasaran. Sebenarnya tema sebelumnya adalah “Jagad Sungkawa”, tetapi mengalami revisi seiring berjalannya waktu.
Akhir-akhir ini banyak masalah-masalah lingkungan. Seperti pencemaran sungai, laut, dan pembuangan sampah sembarangan. Peristiwa itu membuat mereka melakukan observasi dan terjun langsung ke lapangan. Akhirnya, mereka menemukan sesuatu yang janggal. Lalu beberapa anggota komunitas Teater 42 melakukan wawancara kepada ketua pemulung di Piyungan dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang mengurus Piyungan. Akhirnya, terkerucutlah permasalahan tentang sampah.
Satu bulan sebelum pentas, naskah sudah dipikirkan secara matang. Ternyata Jagad Sungkawa terlalu luas. Membicarakan Jagad Sungkawa artinya membahas alam yang berduka. Teater 42 hanya ingin fokus terhadap sesuatu yang terjadi di Indonesia hari ini. Artinya, bukan mencakup planet-planet lain. Akhirnya tema yang terpilih yaitu “Siapa Sampah”. Sebenarnya, siapa sampah? Sampah plastik atau manusia? Jawaban tergantung kepada penonton yang hadir dan menyaksikan pementasan.
Purwadi Putra dari Prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2015 selaku Pimpinan Produksi menyampaikan, “Lewat pementasan ini, kami ingin mengingatkan bahwa sudah cukup melukai sesama makhluk hidup. Bukan hanya manusia yang hidup di dunia ini, khususnya Indonesia. Tapi, ada juga makhluk-makhluk laut dan perkebunan yang layak bernapas lega. Artinya, sebagai manusia harus sadar dan harus berani mengurangi sampah plastik. Optimis saja, karena sebenarnya bisa ditanggulangi.” (Dew)