Mahasiswa UAD Akrabkan Teknologi kepada Siswa SD di Tuban
Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kampus Mengajar merupakan program Kampus Merdeka bagi para mahasiswa untuk mengabdi di masyarakat, guna membantu proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Terutama, membantu ketertinggalan bagi anak-anak sekolah di daerah tertinggal. Selama masa pandemi ini begitu banyak tantangan yang dihadapi, apalagi di daerah-daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), banyak dari mereka yang sangat sulit untuk melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Salah satu mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang ikut andil pada Kampus Mengajar angkatan 2 telah diterjunkan pada 2 Agustus 2021 lalu. Ia adalah Shinta Milenia Nur Hayati dari Program Studi Sastra Inggris angkatan 2018.
Shinta, sapaan akrabnya, bersama keenam mahasiswa yang berbeda universitas ditempatkan di SD Negeri Pujangan 3 Tuban, Jawa Timur, yang masih terakreditasi C. Ia menuturkan bahwa fasilitas yang tersedia di SD tersebut terbilang minim, terutama komputer sehingga menyebabkan proses belajar siswa selama pandemi kurang maksimal.
“Dari pembekalan sebelum diterjunkan, kami dijelaskan tentang adaptasi teknologi, sehingga ketika melihat kondisi di SD tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk memfokuskan pada pengenalan teknologi dulu. Sebelum itu, kami menjelaskan kepada pihak sekolah untuk menjalankan program ini untuk siswa-siswi di SD. Syukurlah semua menyampaikan dukungannya kepada kami,” ujar Shinta ketika diwawancara melalui WhatsApp.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa tujuan dimasifkannya adaptasi teknologi kepada para siswa, agar siswa mampu tentang dasar-dasar pemakaian komputer, sehingga ketika nanti memasuki jenjang SMP mereka telah memiliki dasar tentang mengoperasikan aplikasi dan lainnya.
Shinta bersama timnya mengajarkan kepada siswa kelas 5 dan 6 SD, yang sebelumnya ia telah mencoba kepada siswa kelas 4. Sayangnya, anak-anak tersebut masih kesulitan untuk menerima materi yang disampaikan.
“Kami fokuskan kepada siswa kelas 5 dan 6 saja, karena ketika dicoba kepada siswa kelas 4, ternyata mereka masih susah untuk menerima materi karena terbatasnya fasilitas, terutama komputer. Akhirnya, kami memakai laptop masing-masing untuk anak-anak ini belajar dan beradaptasi. Kami juga sempat buatkan modul tentang pembelajaran pengenalan teknologi,” jelasnya pada Minggu, 2 Januari 2022. (hmd)