• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Posts

Kaum Milenial Penentu Peradaban Islam Masa Depan

05/05/2023/in Feature /by Ard

Kajian di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan narasumber Ustaz Drs. H. Anhar Anshori, M.S.I., Ph.D. (Foto: Catur Rohmiasih)

Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan kajian dengan tema “Kaum Milenial sebagai Harapan Penentu Peradaban Islam di Masa Depan”. Tema tersebut dibawakan oleh Ustaz Drs. H. Anhar Anshori, M.S.I., Ph.D.

“Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar milenial? Tentu pikiran kita akan merujuk kepada anak muda yang tidak bisa dipisahkan dari teknologi,” ucap Anhar.

Pertanyaan tersebut disampaikan oleh Anhar yang juga menjabat sebagai Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD. Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti milenial ialah orang atau generasi yang lahir pada tahun 1980-an dan 1990-an: kehidupan generasi, tidak dapat dilepaskan dari teknologi informasi, terutama internet.

Lekatnya kaum milenial dengan teknologi apakah menjadikan mereka tidak bisa menciptakan peradaban Islam di masa depan? Tentu saja sangat bisa. Namun, sebelum jauh memikirkan hal itu mari kita tengok pemuda di zaman ini. Mereka banyak yang tidak memahami akan syariat yang Allah Swt. turunkan. Malas menjalankan perintah Allah Swt. dan enggan menjalankan sunah Nabi.

Ada 3 upaya yang harus diperbaiki terlebih dulu dari kaum milenial saat ini. Pertama, kaum milenial harus mampu mengupayakan tegaknya tiang agama. Kedua memiliki semangat dan tekad kuat mempelajari syariat Islam. Ketiga, memiliki ilmu pengetahuan yang luas.

Poin pertama harus mampu mengupayakan tegaknya tiang agama. Tiang agama umat Islam ialah salat. Hal ini berdasarkan sebuah hadis Nabi yang berbunyi, “Pangkal atau pokok semua urusan adalah Islam, dan yang menjadi tiang atau penopang tegaknya Islam ialah salat fardu 5 waktu, sedangkan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah.” (H.R. Buhkari dan Muslim).

Lebih lanjut, Anhar menjelaskan, “Ibarat sebuah bangunan yang kokoh lagi megah, tetapi jika tiangnya tidak ada maka ia akan roboh. Begitulah kiranya gambaran seorang yang tidak menegakkan salat. Perkara ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi, ‘Barang siapa yang mendirikan salat maka ia menegakkan agama. Sebaliknya, barang siapa yang meninggalkannya maka ia telah merobohkan agama’.”

Poin kedua memiliki semangat dan tekad kuat mempelajari syariat Islam. Hal ini tidaklah terasa berat bagi seorang muslim karena mempelajari ilmu agama merupakan kewajiban. Sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi, “Mencari ilmu (agama) itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan.” (H.R. Ibnu Abdil Barr). Selain itu dalil yang menunjukkan pentingnya mempelajari syariat Islam terdapat pada Surah Al-Mujaddalah ayat 11. Ayat ini, kurang lebih menceritakan semangat dalam menuntut ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum (dunia) serta berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan melakukan segala perbuatan sesuai dengan perintah Allah Swt.

Poin terakhir, memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Perintah ini terdapat pada Al-Qur’an Surah Al-Alaq ayat 1–5. Di dalamnya terdapat perintah untuk terus mempelajari ilmu pengetahuan dengan membaca. “Barang siapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu.” (H.R. Ahmad). Harapannya, dengan diamalkannya 3 poin yang sudah dijelaskan tadi, nantinya akan terwujud peradaban Islam yang maju dan mencerahkan yang tentunya menyejahterakan seluruh umat Islam dipimpin anak muda milenial saat ini.

“Terakhir pesan saya terkhusus mahasiswa maupun pelajar, belajarlah yang serius, tekun, dan ulet. Jadilah mahasiswa yang amanah. Pergunakan fasilitas yang diberikan orang tua dengan baik dan jujur. Jaga pergaulan sesama teman. Buat perubahan di masyarakat dan tunjukkan bahwa Anda dapat berguna di masyarakat dengan ilmu yang sudah didapat di bangku perkuliahan.” tutupnya. (ctr)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dengan-narasumber-Ustaz-Drs.-H.-Anhar-Anshori-M.S.I.-Ph.D..jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-05 08:10:112023-05-05 08:10:11Kaum Milenial Penentu Peradaban Islam Masa Depan

Catatkan Kerja Sama Terbanyak di LLDikti Wilayah V, UAD Perlu Eskalasi MoA dan IA

05/05/2023/in Terkini /by Ard

Kampus Utama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. menyampaikan evaluasi dan apresiasi atas pelaporan dan pendataan kerja sama oleh Perguruan Tinggi (PT) pada Sistem Pelaporan Kerja Sama (LAPORKERMA). Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi PT dengan kerja sama terbanyak per Maret 2023. Tercatat, UAD teken 1.468 kerja sama meliputi 765 MoU, 492 MoA, dan 211 Implementation Arrangement (IA). Menanggapi hal tersebut, Kepala Kantor Kerja Sama dan Urusan Internasional (KKUI) atau Ahmad Dahlan Global Engagement (ADGE) Dwi Santoso, M.Hum., Ph.D. menuturkan perlunya eskalasi MoA dan IA masa kini dan mendatang.

“Kita perlu meningkatkan jumlah realisasi kerja sama dalam bentuk MoA, IA, atau PKS di masa mendatang sampai pada tingkat fakultas dan program studi (prodi). Tak cukup jika hanya meneken banyak kerja sama, tetapi minim realisasi. Dengan meningkatkan realisasi, sama saja kita mempertahankan MoU.”

Perjanjian Kerja Sama (PKS) atau MoA merupakan bentuk implementasi atau realisasi dari Nota Kesepahaman (MoU). Tentu, MoA bersifat lebih mengikat dan terarah. Dengan demikian, MoU tidak menjadi “proyek mangkrak” saja.

Dwi Santoso juga mengungkap, UAD akan lebih selektif dan targetif dalam menjalin kerja sama, terutama pada penentuan mitra. Ini juga berdampak pada pemenuhan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai pemertahanan klaster Mandiri UAD. Menurutnya, penting untuk menjalin kerja sama dengan mitra yang berkualitas baik dalam maupun luar negeri serta PT dengan klaster yang setara. Melalui KKUI dan LPPM, UAD telah menggandeng mitra baik Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) dan non-PTMA, pemerintah, industri, hingga kelompok masyarakat.

“Perihal mitra, kita perlu tingkatkan kerja sama dengan Institusi Perguruan Tinggi di luar negeri yang menjadi catatan bersama. Saat ini, UAD telah melakukan kerja sama berupa pertukaran mahasiswa, join research, publikasi internasional, dan sebagainya,” terangnya.

Peningkatan kerja sama akan difokuskan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian kepada Masyarakat. Ia juga menambahkan 1 aspek, yaitu Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan demikian, tiap-tiap aspek memerlukan setidaknya 1 MoU. (nov)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kampus-Utama-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 1075 1907 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-05 07:48:252023-05-05 07:48:25Catatkan Kerja Sama Terbanyak di LLDikti Wilayah V, UAD Perlu Eskalasi MoA dan IA

Mahasiswa PGSD UAD Raih Juara I Lomba Komik Strip

04/05/2023/in Prestasi /by Ard

Amanda Putri Prasetya dan Tutik Malikhah, mahasiswa Prodi PGSD Universitas Ahmad Dahlan (UAD) raih juara I lomba Komik Strip (Foto: Istimewa)

Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berhasil meraih juara I lomba komik strip di ajang Festival Seni Pertunjukan Indonesia (FSPI) yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Perlombaan tersebut diikuti oleh mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia dan berlangsung mulai tanggal 1 Maret 2023 hingga 19 April 2023.

Mahasiswa delegasi UAD itu ialah Amanda Putri Prasetya dan Tutik Malikhah yang dibimbing oleh Raden Wisnu Wijaya Dewojati, S.Pd., M.Pd. Amanda dan Tutik membuat komik strip dengan judul “Balada Roda Kehidupan Kampus”.

Berbagai persiapan telah dilakukan mulai dari alat dan bahan yang digunakan seperti cat air, kuas, palet, kertas A3, pensil, penghapus, dan lainnya. Kemudian, mematangkan ide dan menyesuaikannya dengan alur cerita serta karakter.

Amanda membagikan tahapan dalam pembuatan komik strip. “Setelah menyusun alur cerita dan karakter, tahap selanjutnya ialah membuat sketsa pose karakter, tata letak, dan lainnya. Lalu menebalkannya dan mengisi balon teks. Terakhir melakukan pewarnaan pada gambar.”

Lebih lanjut, Tutik mengaku senang dan bersyukur karena berhasil meraih medali emas di ajang bergengsi tersebut. “Senang sekali, karena kami benar-benar dibimbing dengan baik sampai berhasil mendapatkan hasil yang memuaskan,” ujar Tutik.

Tutik dan Amanda berharap, “Semoga ke depannya ada perlombaan seperti ini lagi dan mereka bisa menorehkan juara untuk mengharumkan nama universitas juga prodi, terutama PGSD. Serta lebih didukung lagi bagi mahasiswa yang mengikuti lomba-lomba agar bisa terus berprestasi.” (umh)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Amanda-Putri-Prasetya-dan-Tutik-Malikhah-mahasiswa-Prodi-PGSD-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-raih-juara-I-lomba-Komik-Strip-Foto-Istimewa.jpeg 1600 1200 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-04 08:22:192023-05-04 08:22:19Mahasiswa PGSD UAD Raih Juara I Lomba Komik Strip

Meneladani 4 Sifat Baik Nabi Muhammad

03/05/2023/in Terkini /by Ard

Kajian di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan narasumber Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. (Foto: Istimewa)

Meneladani sifat Nabi Muhammad saw. merupakan salah satu tema Kajian yang disampaikan oleh Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. selaku Kepala Pusat Tarjih Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara yang secara rutin diselenggarakan oleh Masjid Islamic Center (IC) UAD itu selalu mengangkat beragam tema kajian setiap harinya.

Ustaz Budi menuturkan, “Dalam diri Rasulullah saw. sudah tertanam sifat dan akhlak baik yang harus dicontoh menjadi panutan anak muda di zaman sekarang. Sebagaimana dijelaskan sebuah hadis yang berbunyi: ‘Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah saw. itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah Swt. dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah’.”

Lebih lanjut, “Kita semua tahu bahwa ada 4 sifat baik yang ada pada diri Nabi. Sifat itu di antaranya: sidik, amanah, fathonah, dan tablig. Sidik artinya orang yang jujur, amanah adalah dapat dipercaya, fathonah berarti orang yang pandai atau cerdas, dan tablig artinya orang yang menyampaikan.”

Sifat yang pertama sidik. Sidik artinya jujur dan berkata benar. Hal demikian terdapat dalil Al-Qur’an artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu (Q.S. Al-Hujurat: 6).

“Ayat tersebut mengingatkan kita bahwasanya sekarang di dunia yang serba cepat akan serbuan informasi hendaknya pilah-pilih informasi yang benar serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan terburu-buru membagikan informasi yang diterima. Sebab bisa jadi informasi yang kita sebarkan sebelum mengecek terlebih dahulu ialah informasi yang bersifat kebohongan.”

Sifat yang kedua amanah. Amanah yang berarti dapat dipercaya. Sebagaimana dalam sebuah hadis Nabi bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah” (H.R. Ahmad). Mengambil contoh sederhana saja, kita sebagai seeorang yang diamanahi memiliki gelar mahasiswa seharusnya menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin. Tidak lantas hanyut dalam euforia dunia perkuliahan yang salah.

Sifat yang ketiga Nabi Muhammad yaitu fathonah. Fathonah berarti pandai atau cerdas. Pandai dalam hal duniawi memanglah sangat dianjurkan. Karena kita hidup memerlukan harta. Namun, perlu diketahui bahwasanya seorang muslim yang cerdas tidak cukup dengan memiliki banyak harta saja. Mengenai muslim yang cerdas, Nabi mengatakan dalam sebuah hadis: “Orang yang paling banyak dalam mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Merekalah yang paling cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat (H.R. At-Tirmidzi). Semoga kita termasuk umat Nabi yang cerdas, yang banyak mempersiapkan amal saleh untuk bekal kehidupan setelah kematian.

Kemudian sifat yang keempat tabligh. Tablig artinya menyampaikan. Dalam hal ini, yang dimaksud menyampaikan adalah memberikan pemahaman kepada orang-orang mengenai kebaikan. Sebab hal ini sesuai dengan perintah Nabi dalam H.R. Ahmad yang artinya: “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana orang yang melakukan kebaikan itu.”

Maka dari itulah, mari kita berlomba-lomba mengajak orang sebanyak-banyaknya melakukan kebaikan yang tentunya sesuai dengan syariat yang ditetapkan Allah Swt. (ctr)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dengan-narasumber-Ustaz-Budi-Jaya-Putra-S.Th_.I.-M.H.-Foto-Istimewa.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-03 09:24:072023-05-03 09:24:07Meneladani 4 Sifat Baik Nabi Muhammad

Digital Marketing: Strategi Promosi dan Manajemen Media Sosial

03/05/2023/in Terkini /by Ard

Workshop Strategi Pengembangan Promosi dan Media Sosial (Digital Marketing) bagi Sekolah Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Sinta Anggraeni)

Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) M. Najih Farihanto, S.I.Kom., M.A. didapuk menjadi pembicara dalam acara Workshop Strategi Pengembangan Promosi dan Media Sosial bagi Sekolah Muhammadiyah. Acara ini diselenggarakan oleh Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Ruang Aphitarium Kampus IV UAD pada Sabtu, 8 April 2023.

Perkembangan teknologi telah mengubah pendidikan konvensional menjadi pendidikan berbasis digital yang membuat sebagian besar aktivitas pendidikan dilakukan secara daring sejak pandemi Covid-19. Hal ini sangat bertolak belakang dengan terjadinya penurunan drastis kualitas pendidikan akibat pandemi. Masalah tersebut menjadi tantangan besar bagi para akademisi dan tenaga kependidikan untuk kembali meningkatkan kualitas dan memajukan mutu pendidikan.

Menjawab permasalahan itu, Najih menjelaskan terdapat 4 langkah strategi promosi yang menjadikan media sosial sebagai media utama promosi pendidikan secara digital (digital marketing).

Defining Public Relation Problem

Langkah pertama dalam digital marketing yang harus dilakukan adalah mendefinisikan masalah yang terjadi pada sebuah institusi untuk mengetahui akar masalah dan menentukan solusi strategis mengatasinya. Dalam tahap ini, ada 2 kemungkinan solusi akurat yang dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan yang ada, yaitu jenama atau branding dan promosi.

“Bapak dan Ibu, kita harus tahu apa yang terjadi di sekolah kita. Saya belajar dari masalah yang pernah menimpa Prodi Ilmu Komunikasi saat pandemi, melihat dan mengamati kondisi mahasiswa kami saat itu, serta menemukan solusinya,” cerita Najih.

Jenama merupakan kegiatan penciptaan identitas terkait persepsi, dugaan, emosi, dan perasaan suatu identitas di mata audiens, serta dilakukan sebelum melakukan aktivitas promosi. Sementara itu, promosi merupakan aktivitas memasarkan suatu produk kepada konsumen dengan jenis soft selling (tidak langsung) dan hard selling (langsung). Tanpa jenama yang kuat, promosi efektif mustahil diraih.

Planning and Programming

Setelah memilih solusi permasalahan, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan penentuan program. Pada masa ini, para akademisi atau tenaga pendidikan dapat membuat rencana manajemen pembuatan konten di media sosial. Manajemen media sosial ini berupa pembuatan konten, konsep pengemasan pesan, penentuan media, pemetaan target audiens, dan evaluasi dampak atau feedback audiens.

Taking Action and Communicating

Pada langkah ini, kita mengaplikasikan dan menerapkan rencana konsep program yang telah ditentukan. Para akademisi atau tenaga pendidikan dapat membuat tim media sosial sebagai pilar utama manajemen media sosial. Manajemen media sosial ini berupa pelaksanaan konten dengan memanfaatkan sivitas akademika sebagai komunikator utama.

“Di sekolah Bapak dan Ibu pasti ada yang suka menggunakan media sosial. Kita dapat memilih mereka sebagai tim manajemen media sosial karena mereka sudah paham dengan media sosial,” paparnya.

Konten media sosial memperlihatkan dan memuat nilai jual sekolah secara langsung maupun tidak langsung (soft atau hard selling) yang menciptakan brand awareness tinggi hingga menjadikan sebuah institusi menjadi top of mind di mata audiens.

Evaluating the Program

Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi setelah implementasi konten di media sosial dengan mengamati dan mendata dampak yang diberikan. Dampak ini dapat berupa jumlah tayangan konten, jumlah audiens yang menyukai konten, serta engagement audiens.

Mengukur hasil implementasi konten dapat dilakukan menggunakan teknologi yang tersedia di media sosial seperti user generated content, analytic, dan insight. Selain itu, konten yang bagus dapat diidentifikasi melalui ketertarikan audiens terhadap isi konten tersebut. (sin)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Workshop-Strategi-Pengembangan-Promosi-dan-Media-Sosial-bagi-Sekolah-Muhammadiyah-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Sinta-Anggraeni.jpg 1125 2017 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-03 08:50:222023-05-03 08:50:22Digital Marketing: Strategi Promosi dan Manajemen Media Sosial

Risalah “Islam Berkemajuan” Muhammadiyah

03/05/2023/in Feature /by Ard

Prof. Dr. Amin Abdullah, M.A. narasumber pengajian PWM DIY di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan tajuk “Islam Berkemajuan” (Foto: Humas dan Protokol UAD)

Prof. Dr. Amin Abdullah, M.A. didapuk menjadi narasumber dalam acara Pengajian Ramadan 1444 Hijriyah hari ketiga yang diinisiasi oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini bertempat di Ruang Amphitarium Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Minggu, 2 April 2023. Amin menyampaikan topik “Islam Berkemajuan dan Fresh Ijtihad dan Tajdid (Pendekatan Burhani, Bayani, dan Irfani)” sebagai ceramah penutup dari rangkaian kegiatan Pengajian Ramadhan 1444 H tersebut.

Ia mengawali ceramah dengan menganalogikan agama sebagai sebuah rumah. Dalam kehidupan, rumah merupakan tempat yang penting untuk tumbuh kembang umat manusia. Apabila rumah dilengkapi dengan ventilasi, tentunya sang penghuni akan dapat menghirup udara luar dan hidup sehat. Namun, apabila rumah sebagai tempat tinggal dibuat tertutup, maka sang penghuni akan merasa terkungkung, sakit, bahkan merasa tidak betah tinggal di rumah. “Bayangkan bapak-ibu kita punya rumah tanpa ventilasi. Sangat berat untuk kesehatan kita sendiri. Kita harus membuka ventilasi,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengutip Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d ayat 13. “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan Islam sebagai rumah saat ini perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman supaya mencapai Islam Berkemajuan. Maka, Muhammadiyah menawarkan pembaruan,” tuturnya.

Islam Berkemajuan

Masyarakat Islam sebagai kekuatan masyarakat madani menjunjung tinggi kemajemukan agama dan kesetaraan seluruh elemen kehidupan. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan, yang kehadirannya membawa rahmat bagi kehidupan umat manusia. Hal ini senada dengan istilah “Islam Berkemajuan” yang beberapa waktu lalu digelorakan pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta.

Islam yang berkemajuan berarti Islam yang memancarkan pencerahan bagi kehidupan, termasuk dalam ranah emansipasi dan humanisasi. Secara ideologis, Islam yang berkemajuan merupakan aktualisasi dari perluasan pandangan keagamaan melalui dakwah dan tajdid yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi tetap menerapkan kontak kekinian dan proyeksi masa depan. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan ijtihad di tengah tantangan kompleksitas kehidupan modern abad ke-21 guna menghadirkan Islam sebagai ajaran yang adaptif, responsif dan implementatif terhadap problematika kemanusiaan, serta bisa membawa kemajuan bagi peradaban umat manusia.

Bukti nyata implementasi dari Islam Berkemajuan telah secara bertahap diwujudkan Muhammadiyah dalam berbagai praktik pranata-pranata modern. Di antaranya melalui amal usaha di berbagai bidang yang unggul seperti pendidikan, sosial, kesehatan, pemberdayaan, ekonomi, dan dakwah komunitas yang membuana di berbagai lapisan masyarakat.

Tipe-Tipe Perubahan

Dalam ceramahnya, Amin menyampaikan bahwa saat ini Muhammadiyah menghadapi 2 tipe perubahan. Pertama, perubahan disruptif yakni perubahan yang dimulai dari Masa Reformasi 1998 di mana praktiknya masih ada hingga saat ini yang kemudian membentuk oligarki besar-besaran di Indonesia. Lebih lanjut, Reformasi Politik 1998 memberi ruang lebih luas untuk kemerdekaan menyampaikan pendapat dalam hal apa pun termasuk ideologi sebagai identitas agama. Hadirnya berbagai macam ideologi berbasis Islam yang kemudian mengubah bentuk menjadi partai-partai politik, organisasi masyarakat sipil, gerakan budaya, gaya hidup urban, dan hiburan.

Selanjutnya, fenomena conservative turn (belok ke arah konservatif) yang merupakan fenomena terkait pemahaman dan praktik agama konservatif yang berpegang secara ketat pada kitab suci atau pada ajaran, ortodoksi, dan tradisi yang dianggap sebagai hal yang paling benar. Gejala konservatisme adalah situasi yang terfasilitasi melalui berbagai kesempatan, seperti adanya internet, media massa, media sosial, rumah ibadah, sekolah, dan ruang publik lain yang kerap menjadi sarana untuk diseminasi ide-ide konservatif yang berakibat pada pembentukan identitas Islam.

Sebagai contoh adalah penggunaan aplikasi WhatsApp dan Telegram yang menyediakan ruang bagi kelompok-kelompok pro-ekstremis pendukung Islamic State (IS) untuk menyebarluaskan dan mempropagandakan pesan-pesan serta memperkuat jaringan komunikasi. Dengan kata lain, kehadiran internet dan ruang publik baru memberi jalan lapang bagi paham keagamaan konservatif yang mengglobal untuk sampai ke orang-orang dan organisasi Islam yang ada di Indonesia. Fenomena ini terbilang sangat kompleks karena mengombinasikan unsur keagamaan dengan unsur ideologi, ekonomi, hingga politik. Hal ini merupakan ancaman nyata bagi otoritas keagamaan karena cukup berbahaya jika diadopsi oleh masyarakat Indonesia yang heterogen karena berpotensi memicu adanya perpecahan.

Apa Itu Fresh Ijtihad?

Ijtihad berasal dari lafal Ijtahada-yajtahidu-ijtihadan yang berarti bersungguh-sungguh atau berusaha keras. Ijtihad dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapan, baik di dalam Al-Qur’an maupun hadis menggunakan akal pikiran yang sehat dan jernih. Istilah ijtihad tampaknya sudah familiar di telinga umat muslim, tetapi implementasinya saat ini masih terkesan samar-samar terlihat. “Ijtihad dalam Islam dan Muhammadiyah perlu disegarkan lagi,” tandas Amin.

Al Azhar baru-baru ini dikabarkan mendirikan pusat tarjih sebagai tajdid pemikiran guna menafikan metodologi dalam memahami Islam. Sedangkan Muhammadiyah telah berkutat dengan hal serupa sejak lebih dari 100 tahun lalu sehingga menjadikan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang visioner. Namun, stagnasi metodologis dalam memahami Islam masih jauh dari kata maju mengingat persoalan-persoalan yang kompleks saat ini perlu solusi yang lebih inovatif.

Amin menjelaskan bahwa Muhammadiyah saat ini belum cukup inovatif dalam merespons perkembangan zaman. Menurutnya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan warga persyarikatan untuk menghadapi tuntutan zaman yang kompleks di bidang pendidikan, khususnya bagi anak-anak muda yang akan mengemban Muhammadiyah di masa yang akan datang. Hal-hal tersebut meliputi pentingnya mengasah kemampuan merumuskan dan memecahkan masalah, mempertajam intuisi, meningkatkan keterampilan kreatif, memperkuat pendidikan karakter, dan memantapkan kepemimpinan.

Tajdid: Pembaruan Pemikiran Islam

Perubahan sosial di Indonesia dari waktu ke waktu berlangsung masif, terutama perubahan pada tren keagamaan. Agama memang bersifat Ilahi, tetapi interpretasi terhadap agama melibatkan manusia dan alam serta dunia sosial sekitarnya.

Islam mengenal adanya istilah tajdid dalam kehidupan beragama. Dikutip dari buku Muhammadiyah Gerakan Pembaruan karya Dr. Haedar Nashir, tajdid bermakna pembaruan. Istilah tajdid berkembang di kalangan Muhammadiyah sebagai suatu gerakan pembaruan. Sebagai organisasi Islam, Muhammadiyah membawa gerakan dakwah dan tajdid dalam perkembangannya. “Muhammadiyah dengan tajdid harus bisa mempersembahkan sesuatu yang baru,” kata Amin.

“Islam” dan “Pemikiran atau Penafsiran Islam” dalam Islam Berkemajuan

Agama atau wahyu selalu bersifat pasif, sedangkan ilmu pengetahuan agama sifatnya relatif. Agama sering dikatakan sempurna dan komprehensif, berbeda dengan ilmu pengetahuan yang bebas dan sering kontradiktif. Hal ini sejalan dengan pandangan Islam Berkemajuan yang merupakan karakter keislaman Muhammadiyah yang secara tidak langsung menjelaskan bahwa pemahaman “Islam” sebagai “agama” harus bisa dibedakan dengan “pemikiran atau penafsiran Islam”. Jika dibandingkan, “Islam” sebagai agama merupakan sistem kepercayaan yang paten, sedangkan “pemikiran atau penafsiran Islam” cenderung terkoneksi dengan ilmu pengetahuan yang bersifat dinamis.

Istilah dan konsep “Islam Berkemajuan” yang dikembangkan Muhammadiyah merupakan suatu “pandangan keagamaan” yang digunakan sebagai pedoman warga persyarikatan untuk dapat menjalankan dakwah dengan kontak kekinian sebagai bingkai pemikiran Muhammadiyah dalam memasuki zaman yang kompleks. Dengan demikian, pemikiran atau penafsiran Islam harus selalu dikembangkan guna menghidupkan spirit pembaruan akan kemajuan peradaban umat Islam.

Permasalahan Manhaj dan Pentingnya Tajdidu Al-Manhaj

Istilah manhaj tentu bukan lagi istilah baru dalam Islam. Secara etimologi, manhaj berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti jalan yang jelas dan terang. Adapun secara istilah, adalah sebuah metode yang berisi kumpulan kaidah-kaidah dan batasan-batasan untuk memahami agama. Manhaj dapat diartikan sebagai keyakinan yang dianut oleh umat yang akan membimbing bagaimana seseorang beribadah. Namun, tidak semua manhaj dalam Islam sesuai dengan apa yang diajarkan Rasul. Beberapa di antaranya bahkan terkesan sangat jauh dari apa yang diajarkan Rasulullah saw. Para ulama mengatakan bahwa saat ini ada 6 tren pemikiran muslim kontemporer yang mempunyai manhaj yang berbeda-beda, yakni: The Legalist-Traditionalist (fuquha, mutakallimun), The Theological Puritans (skriptualis), The Political Islamist (penggerak banyaknya partai politik muslim), The Islamist Extremist (kelompok teroris), The Secular Muslim (bangsa-bangsa Eropa), dan The Progressive Ijtihadists (penggerak pembaruan Islam).

Perbedaan manhaj dalam Islam merupakan sesuatu yang wajar, tetapi perbedaan ini juga kerap memicu kesalahpahaman. Manhaj yang sama, terkadang menghasilkan hukum yang berbeda. Hal ini sangat mungkin terjadi dalam masalah furu’iyyah (cabang agama), baik dalam hal akidah maupun fikih.

Menanggapi hal ini, Amin menuturkan bahwa Muhammadiyah perlu menerapkan pembaruan dalam metode-metode yang digunakan dalam dakwah. Lantas, bagaimana mengetahui relevansi dari metode-metode yang digunakan?

Amin menyebutkan ada 5 hal yang harus diperhatikan sebelum menerapkan metode-metode tertentu dalam berdakwah. Pertama, cari tahu kelengkapan data dan referensi penelitian terdahulu. Kedua, periksa kembali kualitas bahan bacaan atau literatur yang digunakan. Ketiga, cermati cross-reference yang digunakan untuk mengukur seberapa luas extra religious knowledge yang digunakan. Keempat, ketahui disiplin ilmu mana yang digunakan guna melihat interpenetrasi pemanfaatan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan acuan. Terakhir, periksa kembali kesahihan metode pengambilan kesimpulan, opini, pendapat, dan pandangan keagamaan yang diterapkan.

Checklists Tajdidu Al-Manhaj dalam Islam Berkemajuan

Islam Berkemajuan menurut Amin bisa diwujudkan dengan beberapa checklists, di antaranya: nilai, visi peradaban, strategi keilmuan, dan pembaruan manhaj. Nilai mengacu pada penerapan konsep tauhid dalam setiap aspek kehidupan dengan konsep al-Qiyam al-Asasiyyah (menitikberatkan pada nilai-nilai dasar seperti kemanusiaan, kesetaraan, hingga keselamatan). Sebagai contoh, umat Islam harus bisa berempati dan bersimpati terhadap penganut mazhab dan agama yang berbeda, tanpa kehilangan keyakinan agamanya.

Selanjutnya, visi peradaban harus mengacu pada dua hal, yakni: visi fikih peradaban yang berfokus pada penetrasi hukum-hukum Islam yang dinamis-dialektis dan/atau tidak statis, serta visi peradaban modern yang berfokus pada pendidikan dan kesejahteraan. Poin ini mengacu pada rekonstruksi potret Islam yang sering digambarkan tertutup, egois, sektarian, dan bersumbu pendek menjadi Islam yang bersifat fundamental dan tidak kaku.

Muhammadiyah merupakan gerakan berbasis ilmu pengetahuan. Namun, perubahan saat ini tidaklah mudah diprediksi. Maka, checklist ketiga yang berkaitan dengan etos dan strategi keilmuan berarti Muhammadiyah harus mampu mengawinkan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan dengan cara-cara yang mudah diterima masyarakat. Dalam hal ini Amin mengambil contoh Bani Abbasiyah yang secara historis telah menjadi ikon suksesnya peradaban Islam di dunia. “Kita harus berpikiran terbuka seperti Bani Abbasiyah agar mampu menghasilkan inovasi-inovasi kelas dunia,” jelasnya.

Terakhir, pembaruan manhaj harus menjadi salah satu tujuan utama Muhammadiyah dalam berdakwah. Islam sebagai agama akan selalu pasif, tetapi pemikiran, penafsiran, serta metode Islam harus terus berkembang. Saat ini, warga Persyarikatan Muhammadiyah dalam menerapkan fresh ijtihad tidak boleh hanya mendengarkan tetapi juga harus bisa saling mengingatkan dan mengkritik. Caranya adalah dengan menerapkan pendekatan bayani (ilmu pengetahuan), burhani (akal pikiran), dan irfani (kepekaan nurani dan ketajaman intuisi batin).

Bayani menitikberatkan pada tafsir, hadis, dan fikih yang digunakan untuk memecahkan masalah ibadah mahdhah (khusus). Selain itu, burhani mengacu pada sistem pengetahuan yang berbasis pada akal (al-‘aql) dan empirisme (al-tajribah) yang digunakan untuk memberikan dinamika kepada pemikiran tarjih (pemikiran keislaman) pada ibadah ghairu mahdhah (umum). Sedangkan irfani bermuara pada kepekaan nurani setiap umat manusia dalam menginsafi berbagai masalah dan keputusan yang diambil. Salah satu contoh nyatanya adalah melek dalam bermedia sosial sebagai salah satu media dakwah paling efektif abadi ini dengan mempertimbangkan setiap pendekatan. “Kita saat ini harus ramah kepada media sosial. Apalagi generasi boomers harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,” tutupnya. (Lid)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Prof.-Dr.-Amin-Abdullah-M.A.-narasumber-pengajian-PWM-DIY-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Humas-dan-Protokol-UAD.jpg 1200 1800 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-03 08:16:462023-05-03 08:16:46Risalah "Islam Berkemajuan" Muhammadiyah

Mahasiswa BK UAD Raih Juara I LKTI Nasional

02/05/2023/in Prestasi /by Ard

Zaenab Amatillah Radhiyya mahasiswa Prodi BK Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

Zaenab Amatillah Radhiyya, perempuan kelahiran Solo, 13 Juli itu berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan. Zaenab, panggilan akrabnya, mendapatkan juara I pada lomba Counseling Week Season 7 bidang cabang Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional (LKTIN) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi (HMPS) Bimbingan Konseling (BK) Universitas Nusantara PGRI Kediri pada 8 April 2023 secara daring. Lomba ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.

Mahasiswa Prodi BK UAD angkatan 2019 ini mengikuti seleksi pada 3‒5 April 2023 hingga pada akhirnya diumumkan 5 finalis yang berhasil lolos ke tahap final. Menariknya, Zaenab mengikuti lomba secara individu.

Lomba tersebut terdiri atas 3 cabang, di antaranya karya tulis ilmiah, poster, dan media BK. Zaenab menyampaikan, “Motivasi saya mengikuti lomba ini adalah untuk mengasah kemampuan menulis ilmiah dan menambah pengalaman lomba di bidang kepenulisan.”

Tahapan lomba yang diikuti dimulai dari pendaftaran, pengumpulan karya, penilaian karya atau tahap penjurian, pengumuman finalis, tahap final, dan pengumuman kejuaraan.

Lebih lanjut, Zaenab menyiapkan lomba ini sekitar kurang dari 1 bulan. Ia mengambil subtema pendidikan dari 3 yang ditawarkan yakni ada pendidikan, kesehatan mental, dan sosial budaya. “Untuk di cabang lomba yang saya ikuti yaitu karya tulis ilmiah, yang dipersiapkan adalah ide, naskah karya tulis, hingga pengembangan produk dari ide,” jelasnya. “Alhamdulillah bersyukur bisa mendapat juara I.”

Melalui lomba tersebut, ia berharap ke depannya semoga mahasiswa UAD banyak yang tertarik untuk berpartisipasi dalam berbagai lomba ataupun kegiatan positif lainnya yang diadakan oleh berbagai lembaga atau institusi pendidikan. “Masa studi yang ditempuh bukan hanya kita jalankan sebatas untuk memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi, melainkan memperkaya pengalaman dan memperluas wawasan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Salah satunya aktif mengikuti lomba,” pungkasnya. (roy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Zaenab-Amatillah-Radhiyya-mahasiswa-Prodi-BK-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 2017 1561 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-02 09:18:272023-05-02 09:18:27Mahasiswa BK UAD Raih Juara I LKTI Nasional

Tiger UAD Observasi Gerhana Matahari Hibrida

02/05/2023/in Terkini /by Ard

Gerhana Matahari Hibrida 2023 (Foto: Tim Tiger Universitas Ahmad Dahlan)

Tim Gerhana (Tiger) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melakukan pengamatan Gerhana Matahari Hibrida 2023 di berbagai titik di Indonesia. Tiger dikomandoi oleh Pusat Studi Astronomi (Pastron) UAD dengan beranggotakan dosen, mahasiswa, dan laboran bahkan alumni. Gerhana ini menarik untuk diamati karena terdapat 3 jenis, yaitu Gerhana Matahari cincin, total, dan sebagian. Untuk wilayah Indonesia, terdapat 3 daerah yang berkaitan dengan gerhana ini yaitu daerah yang berada di jalur totalitas, daerah yang dilewati oleh jalur gerhana sebagian, dan daerah yang tidak mengalami sama sekali. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pengamatan di berbagai lokasi.

Selain pengamatan, dilakukan pula sejumlah sosialisasi yang bertujuan agar masyarakat dapat mengamati Gerhana Matahari dengan aman dan nyaman. Peralatan yang digunakan berupa kacamata gerhana matahari, filter teleskop atau kamera, bahkan alat yang sederhana. Kardus dan aluminium foil digunakan sebagai media proyeksi lubang jarum. Selain itu, sosialisasi juga bertujuan untuk mengingatkan masyarakat khususnya umat Islam agar menunaikan ibadah salat sunah gerhana dan beramal saleh.

Bersama dengan jejaring Muhammadiyah Observation Network (MuON), kegiatan pengamatan dan sosialisasi dapat terselenggara. Tim MuON telah diinisiasi sejak tahun 2016. Setidaknya terdapat 4 observatorium yang secara rutin melakukan pengamatan yaitu Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara, Observatorium Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan, Observatorium Pusat Studi Astronomi IKIP Muhammadiyah Maumere, dan Observatorium Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada pelaksanaan observasi dan sosialisasi terkait Gerhana Matahari Hibrida 2023 ini, MuON dibantu juga oleh sejumlah mitra yang berasal dari berbagai daerah. Mitra tersebut di antaranya sekolah MA Wathoniyah Islamiyah Karangduwur, SDIT Anak Soleh Sedayu, SMP Muhammadiyah Kerjo Karanganyar, Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, dan SMP Muhammadiyah Merauke. Selain itu, Pengurus Wilayah Muhammadiyah DIY dan Pengurus Daerah Muhammadiyah Biak juga turut membantu. Bahkan dalam kaitannya dengan wisata, observasi ini juga bekerja sama dengan Desa Wisata Tinalah, Kulon Progo.

Tiger UAD mengamati Gerhana Matahari Sebagian dengan menggunakan teleskop dan kamera di Observatorium UAD Yogyakarta dan Denpasar. Kedua lokasi tersebut dapat mengamati dengan diameter Matahari tertutup sekitar 52% dan 68%. Citra Gerhana Matahari terabadikan di kedua lokasi tersebut meski gerimis dan awan sempat terjadi pada awal dan akhir observasi. Observasi ini penting karena berkaitan dengan peristiwa ijtimak atau konjungsi yang merupakan titik awal siklus atau fase Bulan.

Ibadah umat Islam sangat erat kaitannya dengan penentuan awal bulan Kamariah. Oleh karena itu, citra dan data lainnya tentang Gerhana Matahari 20 April 2023 yang juga bertepatan jelang akhir Ramadan 1444 H, dapat digunakan sebagai kajian untuk penentuan awal bulan.

Kegiatan observasi yang dilakukan Tiger UAD bersama dengan MuOn dan sejumlah mitra ini menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak antirukyat. Bersama dengan pemutakhiran hisab, Muhammadiyah senantiasa membangun observatorium sebagai tempat rukyat. Kegiatan observasi bersama oleh Muhammadiyah Observation Network ini akan dilanjutkan dengan observasi Gerhana Bulan Penumbra pada 5 dan 6 Mei 2023.

Data-data astronomi terus dikumpulkan dan didiseminasikan ke publik melalui karya ilmiah maupun sosialisasi publik. Peristiwa Gerhana Matahari dapat digunakan sebagai media pencerahan masyarakat terutama dalam kaitannya dengan dinamika perdebatan awal bulan. Hendaknya perdebatan tetap dalam kerangka ilmiah dan menonjolkan kerendahan hati. (doc/eka)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Gerhana-Matahari-Hibrida-2023-Foto-Tim-Tiger-Universitas-Ahmad-Dahlan.jpg 1080 1621 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-02 08:33:422023-05-02 08:33:42Tiger UAD Observasi Gerhana Matahari Hibrida

Syawalan Keluarga Besar UAD

02/05/2023/in Terkini /by Ard

Syawalan keluarga besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Humas dan Protokol)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar acara Syawalan Keluarga Besar pada Sabtu, 9 Syawal 1444 H atau 29 April 2023 M bertempat di Masjid Islamic Center dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube UAD. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. hadir sebagai pengisi tausiah pengajian.

Selain itu, Syawalan ini dihadiri oleh para Pimpinan Muhammadiyah di lingkungan UAD, mitra kerja, Badan Pengurus Harian (BPH), dan seluruh sivitas akademika UAD. Pada kesempatan yang sama dilakukan juga pelepasan calon jamaah haji dari dosen dan tenaga kependidikan dari UAD.

Bersamaan dengan momentum Idulfitri yang dirayakan sukacita oleh seluruh umat muslim, syawalan menjadi momen untuk saling memaafkan, menjalin ukhuwah, silaturahmi, dan saling menggembirakan. Dr. Muchlas, M.T. selaku Rektor UAD menyampaikan kepada hadirin, “Kita hendaknya senantiasa menjunjung tinggi adab dalam melakukan eksplorasi keilmuan sehingga menjadi ilmuwan, akademisi, ataupun peneliti Muhammadiyah yang berkeadaban, rendah hati, dan menggembirakan.”

Ia juga mengingatkan agar kita selalu memperhatikan potongan ayat yang tersemat pada lambang UAD yakni Q.S. Yusuf: 76, wa faoqa kulli dzii ‘ilmin ‘aliim, yang artinya “di atas orang yang berilmu masih ada lagi yang lebih tinggi ilmunya”. Hal ini agar kita terhindar dari arogansi akademik atau kesombongan intelektual.

Terkait jamaah haji yang akan diberangkatkan, Rektor UAD menyampaikan doa dan harapannya supaya mereka diberikan kelancaran haji yang mabrur dan mendapat berkah dari Allah Swt.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Marsudi Triatmodjo, S.H., LL.M. selaku Ketua BPH UAD menyampaikan pesan, “Pada kesempatan ini, kita saling memaafkan jika selama menjalankan tugas terdapat banyak kesalahan. Mudah-mudahan arahan Ketua Umum untuk kemajuan UAD bisa kami laksanakan agar UAD bisa lebih menebar manfaat untuk masyarakat dan negara tentunya.”

Masuk pada acara pengajian yang disampaikan Haedar Nashir, ia mengatakan bahwa “Membangun peradaban itu dimulai secara bertahap. UAD adalah simbol pilar peradaban, termasuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) lainnya. Lembaga pendidikan dan sosial Muhammadiyah serta seluruh amal usaha merupakan simbol peradaban. Di dalamnya juga terdapat masjid dan musala yang menjadi alat membawa perabadan maju.”

Haedar percaya momentum syawalan ini dijadikan sebagai langkah awal untuk membangun peradaban berkemajuan, “Makna syawalan adalah berburu kebaikan dalam berbagai dimensi kehidupan, mengaplikasikan ibadah-ibadah di bulan Ramadan kemarin, dan memperbaiki diri agar lebih baik ke depannya.” (roy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Syawalan-keluarga-besar-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Humas-dan-Protokol.jpg 1333 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-05-02 08:05:032023-05-02 08:05:03Syawalan Keluarga Besar UAD

Bagaimana Seorang Muslim Membangun Keadaban Digital?

28/04/2023/in Terkini /by Ard

Saptoni, S.Ag., M.A., pembicara Pengajian Ramadan PWM D.I. Yogyakarta di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

“Meskipun zaman sudah maju, data-data di internet tidak selalu valid, termasuk data-data saya.”

Kalimat tersebut disampaikan oleh dosen UIN Sunan Kalijaga Saptoni, S.Ag., M.A., pembicara Pengajian Ramadan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah D.I. Yogyakarta yang digelar pada 2 April 2023 di Amphitarium Kampus Utama Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Ungkapan ini mungkin bisa merepresentasikan keresahan-keresahan yang dialami oleh siapa saja, apalagi mereka yang hidup di ambang dunia nyata dan maya. Ini membuka lebar mata, pikiran, dan hati kita, sebagai umat muslim, bagaimana seharusnya bersikap dan bertindak dalam menyelami era digital sehingga terbangun keadaban yang berorientasi kepada kemaslahatan?

Keadaban dan Kemajuan Teknologi

Saptoni menceritakan kasus menarik yang terjadi di Universitas Minnesotta. Seorang profesor dipecat karena menampilkan manuskrip lukisan tahun 1436 M berjudul Mi’raj Namek sebagai bahan ajar sejarah di perkuliahannya. Terdapat penggambaran Malaikat Jibril, Nabi Idris dan Nabi Nuh, serta Nabi Muhammad saw. yang sedang menunggangi burok. Kemudian, salah seorang mahasiswa memprotes hal tersebut dengan dalih lukisan dilarang dalam Islam, apalagi lukisan Nabi Muhammad saw. Asosiasi mahasiswa pun bergerak untuk menuntut sang dosen.

“Ini sebagai pengantar bahwa di dunia ini, keadaban tidak linear dengan kemajuan teknologi. Agama dan beberapa hal lain juga ternyata masih kekeh dengan sesuatu yang dianggap paten,” terangnya.

Keadaban merujuk pada akhlak, tingkat kecerdasan lahir batin, serta kebaikan budi pekerti. Ia menilai, keadaban tak sejalan dengan teknologi yang mengalami kemajuan sangat pesat. Keadaban berhenti di hal-hal yang kaku (rigid), sedangkan teknologi membuat kemajuan dunia sangat pesat, terutama dalam komunikasi dan penyebaran informasi. Tiga puluh tahun lalu, layanan pesan singkat atau sms tradisional dikirim pertama kali. Namun, 30 tahun kemudian, 1 platform media sosial (WhatsApp) saja dapat mengirimkan lebih dari 100 miliar pesan per hari.

Migrasi dan “Gado-Gado Sosial”

“Satu hal yang berefek ketika melihat masyarakat dengan perkembangan keadaban yang tidak linear dengan teknologi adalah keambiguitasan ilmu sosial.”

Saptoni menyatakan, masyarakat kita berangsur-angsur mengalami migrasi dari dunia nyata ke dunia maya. Namun, intensitas informasi yang diterima begitu besar dalam kurun waktu yang singkat. Beragam lapis masyarakat dari tradisional hingga konsumtif berada di 1 garis yang sama membentuk “gado-gado sosial”. Meskipun demikian, pola pikir tradisional masih melekat di berbagai lapis masyarakat. Hal ini menunjukkan kompleksitas yang tidak bisa diuraikan dengan pendekatan sederhana.

Ia juga khawatir akan persepsi masyarakat global tentang Islam. “Saya takut, jangan-jangan Islam hanya direpresentasikan dengan gambar-gambar yang tampak sakral dan suci. Ternyata, bayang-bayang masa lalu masih sangat pekat. Kita masih sering belajar sejarah hanya untuk bernostalgia, fragmen-fragmen kecil sejarah yang sesuai selera dengan mata dan telinga (membahagiakan) diamini sebagai bagian dari agama yang tidak boleh diubah, tidak bisa cair untuk masa sekarang. Maka, agama kurang inovatif.”

Inovasi Agama

Ada 3 hal yang harus kita perhatikan untuk mengembangkan keadaban digital dan komunikasi: tauhid, akhlak, dan hikmah. Pertama, tauhid. Tauhid berkembang dari teologi al maun, tidak hanya sekadar teologi tentang iman, akhlak, akhirat, surga, dan neraka, tetapi juga implementasi secara sosial, melandasi literasi sosial kita dengan tauhid di ranah komunikasi media.

Kedua, akhlak, dari akhlak sebagai komunikator, komunikan, akhlak terhadap pesan, hingga media. Dewasa ini, sulit untuk menerapkan akhlak terhadap pesan. Kita tidak terbiasa memperlakukan pesan sebagai sesuatu yang sakral sehingga semua disampaikan tanpa berpikir matang.

“Kebiasaan masyarakat media sekarang, yang penting cepat dan up to date (terkini),” tambah Saptoni.

Akhlak terhadap media pun kadang-kadang menjebak. Media bukan musuh, bukan juga teman. Media tidak hanya mempunyai kepentingan, tetapi juga merangkul kita sebagai konsumen. Jika terlalu percaya atau antipati dengan media, kita akan terjebak.

Ketiga, hikmah. Syariat dibangun dan dilandasi oleh hikmah dan kemaslahatan umat di dunia dan akhirat. Syariat yang terkonstruksi berupa keadilan, rahmat, dan hikmah itu sendiri. “Jika dahulu suatu hal dianggap menegakkan keadilan, tetapi sekarang mengarah ke kesewenang-wenangan, itu bukan lagi syariat. Agama harus berinovasi.”

Prinsip Pokok Membangun Keadaban Digital

Keadaban digital perlu dibangun dengan memperhatikan beberapa prinsip pokok: al amanah wa al nazahah (tanggung jawab dan netralitas), al diqqah fi al bahs wa al hukm (cermat dan investigatif), dan il tizam al adab (tetap beretika). Sebagai seorang muslim, kita harus bertanggung jawab dalam membangun peradaban media, tidak hanya sekadar konsumen. Kemudian, kita juga harus cermat dan investigatif (teliti) dalam memutuskan sesuatu (berita dan informasi) dengan tetap beriktikad dalam kondisi apa pun dan menjunjung etika serta prinsip pokok dalam bermedia.

“Iman dan aman harus kita sandingkan. Ketika beriman, kita juga harus menjaga keamanan berkomunikasi. Fakta tidak sama dengan berita. Banyak berita mengalami distorsi sehingga menimbulkan hoaks, harus saring sebelum sharing. Penting untuk cerdas bermedia. Kecerdasan perlu kita pupuk bersama anak dan cucu karena kita semua adalah penduduk dunia maya,” terangnya. (nov)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Saptoni-S.Ag_.-M.A.-pembicara-Pengajian-Ramadan-PWM-D.I.-Yogyakarta-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa-1.jpg 1333 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-28 08:43:322023-04-28 08:53:43Bagaimana Seorang Muslim Membangun Keadaban Digital?
Page 277 of 466«‹275276277278279›»

TERKINI

  • PBI UAD Gelar Syawalan dan Lantik Pengurus KAMADA Periode 2025–202809/05/2025
  • Mahasiswa UAD Latih Kemampuan Jurnalistik Lewat Magang di Lembaga Muhammadiyah09/05/2025
  • PBSI FKIP UAD Gelar Sapa Prodi, Mahasiswa Dapat Ruang Suara dan Solusi09/05/2025
  • IMM FKM UAD Jalin Sinergi Inovatif dengan IMM Psikologi UMP09/05/2025
  • Skripsi Tanpa Galau? Ini Kata Yosi, Dosen Greenflag PBSI08/05/2025

PRESTASI

  • UKM Voli UAD Raih 2 Trofi pada Ajang Febipharm Championship 202508/05/2025
  • Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat UAD Berprestasi di Nusantara Writing Festival 305/05/2025
  • Mahasiswa FEB UAD Raih Juara I Lomba Futsal dalam Semarak Milad IMM DIY03/05/2025
  • Pramudya Wijaya, Sabet Juara II Menyanyi Kategori Solo Pop Putra dan Solo Keroncong Putra02/05/2025
  • IMM Djazman Al-Kindi Sabet Juara I & II dalam Semarak Milad IMM se-DIY02/05/2025

FEATURE

  • Masyarakat yang Tangguh dalam Menghadapi Bencana09/05/2025
  • ABCDE-in Hidupmu: Strategi Membangun Karier dan Finansial Sejak Dini08/05/2025
  • Membentuk Mentalitas Juara Seorang Atlet08/05/2025
  • Bencana Urusan Bersama, Bukan Tanggung Jawab Tunggal07/05/2025
  • Pendidikan sebagai Jalan Jihad Melawan Kemiskinan07/05/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top