Peran Digital bagi Kesenian di Masa Pandemi
Masa pandemi seperti saat ini menyebabkan banyak perubahan yang terjadi dalam aspek kehidupan, tak terkecuali kesenian. Nini Thowong merupakan salah satu kesenian yang terdampak adanya Covid-19. Nini Thowong merupakan permainan boneka yang dikendalikan seorang pawang. Boneka ini terbuat dari tempurung kelapa dan rangka badan menggunakan alat penangkap ikan yang kemudian dikenakan pakaian seadanya.
“Tujuan pertunjukan Nini Thowong mulanya sebagai hiburan sehabis kerja menanam padi dan ritual mencari obat bagi warga yang sakit. Namun seiring berkembangnya zaman, kini hanya dimainkan jika ada permintaan dari masyarakat sebagai hiburan saja,” ujar Agus Windardo selaku ketua kelompok kesenian Nini Thowong Panjangrejo dalam gelar wicara bertajuk “Peran Digital bagi Pegiat Seni di Masa Pandemi” via Goole Meet, (12-9-2020).
Gelar wicara tersebut diselenggarakan oleh kelompok yang lolos Program Kreativitas Mahasiswa bidang penerapan teknologi (PKM-T) 2019/2020. Anggotanya terdiri atas Ayu Tipa Uswatun, Citra Putri Wijayanti, Feby Akas Saputra dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Fadil Akbar mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
“Proposal PKM-T kami berjudul ‘Revitalisasi Kesenian Nini Thowong di Desa Panjangrejo melalui Website sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Kelompok Seni’. Di era digital ini kita harus memanfaatkan dengan baik dan bijak teknologi yang ada agar bisa merasakan manfaatnya,” ujar Feby Akas Saputra.
“Selama pandemi banyak seniman yang beralih ke platform online. Anggota kelompok kesenian Nini Thowong kesulitan menggunakan teknologi karena usia pegiat seni ini sudah sepuh. Kami berharap mahasiswa UAD bisa ikut andil mengenalkan kesenian dengan sentuhan teknologi seperti diunggah ke situs web atau YouTube sehingga menjangkau penonton yang lebih luas,” harap Agus Windardo. (JM)