Tetap Berkreativitas walaupun Tak Punya Darah Seni
Anes Prabu Sadjarwo adalah alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang menjadi pegiat seni drama atau teater. Sebelum menjadi asisten sutradara dalam pentas Wicara Tunggal (monolog Jawa) dengan judul “Ratu Adil” di Taman Budaya Yogyakarta, ia lebih dahulu mengenyam pengalaman dalam dunia perteateran Yogyakarta.
UAD menjadi latar untuk berproses bagi bapak dari satu anak ini. Semasa kuliah, ia aktif di Lembaga Semi Otonom (LSO) Kreativitas Kita (Kreskit) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB). Selain itu ia juga aktif di berbagai komunitas teater di luar kampus.
Teater Alam merupakan salah satu tempatnya belajar. Teater ini pecahan bengkel teaternya Rendra. Santri-santri dan teman-teman Rendra membuat teater sendiri. Salah satunya yang tertua ada Teater Alam, Teater Dinasti, dan beberapa teater yang lain.
Teater Alam diasuh oleh Azwar A.M., yang sudah beregenerasi lebih dari 40 tahun. Tak heran jika alumni teaternya banyak sekali. Kebetulan alumninya pun menguasai teater Yogyakarta. Dari situ Anes kenal dengan banyak orang. Getok tular, diajak proses ke sana dan ke sini, hingga kenal dengan tokoh teater lain. Ia juga kenal dengan wartawan yang hampir semua dari alumni Teater Alam.
“Semua proses ini membuka kran saya untuk berkreasi di luar UAD. Sehingga, saya dengan teman-teman alumni UAD membuat komunitas Blank ON atau teater berbasis sandiwara bahasa Jawa, Studi Teater Klub Yogyakarta, dan Sanggar Dongeng Ceria, serta masih banyak lainnya. Saya juga membuat komunitas teater dengan teman-teman UNY.”
Terlibat dalam teater, tidak membuat Anes melupakan cita-citanya sedari kecil. Cita-citanya menjadi seorang guru sudah terwujud. Kini ia mengajar bahasa Indonesia di MAN 2 Yogyakarta. Selain itu, ia mengajar teater di SMK N 4 Yogyakarta, SMP N 9 Yogyakarta, dan MAN 2 Yogyakarta.
Ia dibesarkan dengan dunia yang cukup religius. Bapak bukan seniman dan saudara-saudara bukan seniman. Hampir tidak mempunyai darah seni. Namun semangat dan dukungan istri membuatnya berkarya di dunia teater sampai kini. Selain itu, ia juga serius menulis karena termotivasi oleh kakaknya yang merupakan redaktur di media cetak Kedaulatan Rakyat .
Menurut Anes, UAD sekarang sangat mendukung terhadap kesenian. Hari ini alumninya banyak yang sukses dalam bidang kesenian, kesastraan, dan lain sebagainya, baik tradisional maupun modern. Bahkan sekarang ada gedung teatrika yang merupakan wujud abdi UAD terhadap kebudayaan. Meskipun sedikit terkendala terkait jam malam.
“Terima kasih untuk pihak UAD. Pesan bagi mahasiswa, kreativitas harus dilakukan. Secara etimologi bahasa saja namanya sudah mahasiswa bukan lagi siswa. Siswa selalu diajari oleh guru dan dituntun, namun mahasiswa harus kreatif. Kreatif itu mencipta, bergerak sendiri tanpa diperintah, dan berbuat tanpa berpikir ada balasan,” tutupnya usai acara pentas Wicara Tunggal pada 17-9-2019 di Societet TBY. (Dew)