Ramadhan Bulan Visioner
Panji Hidayat, M.Pd
Dosen PGSD UAD
Tidak terasa Ramadhan terus bergulir dan 10 hari yang kedua akan berakhir serta memasuki 10 hari yang terakhir. Begitu sangat istimewanya bulan Ramadhan sehingga umat muslim mengharapkan kehadirannya bahkan melihat historis sewaktu zaman Rasulullah SAW, para sahabat menginginkan semua bulan Hijriah adalah bulan Ramadhan yang selalu memancarkan cahaya keberkahan. Momentum istimewa yang penuh berkah ini Allah SWT langsung memberikan pahala bagi setiap amalan yang dilaksanakan kaum muslimin dengan melipatgandakan pahala semua amal ibadah.
Intensitas kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah sangat terasa di seluruh penjuru dunia. Bulan yang penuh maghfiroh ini masjid dan musholla penuh sesak dengan jamaah karena euforia Ramadhan yang membakar dosa-dosa. Tetapi setelah beberapa hari berlalu masjid sudah seperti biasa, dan hanya sedikit sekali yang istiqomah sampai akhir Ramadhan. Fenomena tersebut telah lama menjangkit di masyarakat seluruh penjuru dunia.
Memeriahkan malam Ramadhan bukanlah hanya melaksanakan keshalihan ritualitas saja, tetapi seorang hamba harusnya juga melaksanakan keshalihan sosial. Banyak yang mengekpresikan Ramadhan adalah malam semarak masjid dengan mengeraskan suara bacaan tadarus Qur’an melalui speaker luar (TOA) yang sudah membudaya di masyarakat. Padahal membaca Alqur’an disunahkan dibaca dengan pelan, baik, tartil, serta mengetahui kandungan isinya, dan mengamalkan ajaran isi Al-Qur’an tersebut. Apakah hanya sekadar amalan-amalan sunnah seperti shalat tarawih, tadarus, i’tikaf, dan menjamurnya majelis ilmu yang mengidentifikasi Ramadhan? Itu hanyalah lahiriah semata padahal makna Ramadhan sangatlah komprehensif lebih dari itu.
Menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan shalat malam serta banyak berdzikir dan bermunajat agar semua doa dikabulkan tanpa ada unsur transaksional kepada Allah Sang Maha Pemberi karena keyakinan “Iyyaka na’budu waiiya kanastain” telah tertancap dari sang hamba kepada Sang Khaliq bahwa manusia harus beribadah dulu baru meminta pertolongan-Nya. Aktivitas sosial yang sangat membantu masyarakat dengan banyak mengeluarkan shadaqah, infak, dan zakat adalah bentuk keshalihan sosial yang merupakan penyeimbang dari keshalihan ritual yang banyak membantu masyarakat.
Aktivitas kebaikan selama bulan Ramadhan yang dilakukan menjadi visioner untuk muslim dan muslimah agar melakukan kegiatan serupa di bulan-bulan selain Ramadhan dengan melakukan puasa sunnah baik puasa senin-kamis atau puasa yang dicontohkan Nabi Dawud sehingga ruh Ramadhan mendarah daging dan mewarnai setiap insan taqwa yang telah dididik di kawah Candradimuka Ramadhan. Jadi keistiqomahan dalam ketaatan kepada Allah sangat penting agar manusia selamat di dunia dan akhirat, tetapi hanya sedikit yang membawa keistiqomahan ini saat ruh telah meninggalkan raga ini. Sejatinya jika setiap insan menyadari bahwa hati menuntun pada kebaikan karena apabila menghadapi sikap galau “istafti qalbaka” mintalah fatwa pada hatimu. Allah juga melarang orang beriman merasa lemah dan bersedih seperti yang tertera dalam surat Ali Imran ayat 139 “ Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika orang yang beriman”.
Melaksanakan puasa Ramadhan bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban tetapi didasari keinginan untuk mencapai derajat takwa yang dijanjikan oleh Allah SWT, maka dengan datangnya puasa bersegeralah mencari ampunan-Nya yang sudah tentu jaminannya adalah surga yang luasanya seluas langit dan bumi dan terhindar dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Insya Allah, puasa ini Allah mengampuni dosa-dosa kita, memaafkan kesalahan kita, menjadikan diri kembali fitrah, dan memberikan tempat yang terbaik yaitu surga. Amien.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!