Dodol Unik Bikin Konsumen Tertarik
Dwi Setyaningsih yang akrab dipanggil Nining, merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan (PBI UAD). Ia berhasil mendapatkan dana hibah dari Kementerian Koperasi dan UMKM dalam rangka gerakan mahasiswa pengusaha. Nining memilih kuliner sebagai usaha yang dirintis sejak dulu. Jika ingin tahu asal-usul dan alasannya memilih dodol sebagai usaha, mari intip hasil wawancara dengan Nining saat ditemui pada Rabu (11/4/2018) di kampus 1 UAD Jln. Kapas No. 9, Semaki, Yogyakarta.
Kenapa kuliner dodol yang Anda pilih untuk membuka usaha?
Dodol merupakan kuliner khas dari Indonesia yang tidak bisa ditemui di negara lain. Meskipun ada, pasti cita rasanya sangat berbeda. Dodol sendiri kuliner yang sangat unik, apalagi produksi dodol, khususnya dodol kakao, di sekitar rumah saya melimpah bahkan dengan nilai jual yang sangat murah. Itulah yang membuat saya termotivasi memilih dodol untuk merintis usaha, tujuannya ingin membantu petani kakao dan pedagang dodol.
Kenapa milih dodol kakao? Apakah tidak ada jenis dodol lain yang bisa dijadikan bisnis?
Sebenarnya dodol kakao asli dari daerah saya, yaitu Gunungkidul, dan pembuat dodol kakao di sana sangat banyak. Sehingga, saya berpikir untuk memilih dodol kakao sebagai usaha awal. Tetapi sekarang, saya mulai berbisnis dodol jenis lainnya meskipun sedikit, seperti dodol kacang dan lain sebagainya.
Sudah sampai mana penjualan dodol Anda sekarang?
Pertama kali berjualan dodol kakao hanya di lingkungan kampus. Setelah mengikuti pelatihan dari Kementerian dan UMKM di salah satu hotel Yogyakarta, kami diajarkan cara menghadapi daya saing di dunia bisnis. Salah satu cara yang mudah ialah dengan mempromosikan usaha di media daring. Semenjak dari pelatihan itu, saya mulai menjual dodol kakao di media daring, dan alhamdulliah kemarin sempat ekspor juga ke luar negeri.
Sudah berapa lama Anda berbisnis dodol ini?
Sekitar satu tahunan, sejak kuliah di UAD dan sampai sekarang.
Selama satu bulan, berapa dodol yang terjual?
Dodol yang terjual selama satu bulan tidak menentu. Kalau per minggu, dodol bisa terjual 15 toples, tiap 4 toples isinya 500 gram tepung ketan.
Adakah trik khusus untuk menjalani usaha semacam ini?
Caranya sangat simpel. Dalam menjalani usaha dodol, kita harus bersungguh-sungguh dan harus mengikuti perkembangan zaman, baik dari segi pemasaran, produksi, dan kreativitas yang sangat dibutuhkan untuk menarik konsumen.