Surveilans Mendewasakan Kita melalui Covid-19
Pada akhir tahun 2019, dunia dikejutkan dengan adanya wabah yang disebabkan virus baru corona virus yang saat ini ditetapkan dengan nama Covid-19. Kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, dilaporkan oleh WHO China Country Office pada 31 Desember 2020. Kemudian, World Health Organization (WHO) pada 30 Januari 2020 menetapkan Covid-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KMMD) atau sering disebut Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Saat ini, Covid-19 telah ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi dan Indonesia menjadi salah satu negara dengan local transmission.
Penularan dari manusia ke manusia dan persebaran kasus yang sulit dikendalikan menjadikan deteksi dini dan respons di wilayah menjadi sangat penting. Deteksi dini di wilayah dapat dilakukan melalui peningkatan kegiatan surveilans secara aktif maupun pasif. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta membentuk SATGAS Covid-19 UAD sebagai wujud kepedulian terhadap negara dan kesehatan masyarakat. Turut serta dalam detect, prevent, and respond, para sivitas akademika UAD untuk membantu pemerintah dalam penemuan kasus, pencegahan, dan memberikan respons di lingkungan UAD terhadap pandemi Covid-19.
Hotline SATGAS Covid-19 UAD setiap hari akan menerima laporan dari sivitas akademika UAD yang pulang dari luar negeri dan atau luar DIY. Data masuk akan dilaporkan ke Divisi Surveilans dan Divisi Promosi Kesehatan. Apabila ada keluhan pelapor terhadap kesehatannya, maka akan dilaporkan ke Divisi Surveilans untuk dapat ditindaklanjuti sesuai dengan protokol yang ada di SATGAS Covid-19 UAD.
Tidak jarang hotline menerima laporan meskipun pelapor tidak dari luar negeri atau luar DIY. Pelapor hanya ingin meyakinkan dirinya dalam kondisi baik, karena adanya wabah membuat sebagian orang merasa “cemas” akan kondisi kesehatannya.
Kegiatan surveilans sangat penting dalam mendeteksi secara dini, mengetahui siapa saja yang mengalami gejala, bagaimana tindak lanjutnya sehingga dapat diketahui siapa saja yang berisiko tertular, bagaimana pencegahan penularannya, bagaimana memutus rantai penularannya, serta ketepatan dalam upaya penanggulangan.
Tujuan utama dari surveilans di dalam kampus tidak berbeda dengan yang dilakukan di pemerintahan, hanya dinamika yang ditemui tentu berbeda. Dinamika kegiatan surveilans di lingkup universitas sangat beragam. Sivitas akademika mayoritas adalah mahasiswa yang berasal dari luar kota atau luar DIY. Jauh dari orang tua atau keluarga membuat mereka merasa butuh dukungan. Tak jarang dari mahasiswa yang melaporkan diri melalui hotline tetapi ketika ditindaklanjuti sebenarnya “hanya” butuh ditenangkan karena menghadapi kondisi wabah Covid-19. Dukungan atau support secara psikologis menjadikan energi positif bagi mereka. Mahasiswa harus kembali diingatkan bahwa masa belajar di rumah secara daring adalah media untuk semakin mendekatkan diri pada Allah Swt., diajak untuk tetap berpikir positif, dan melakukan banyak aktivitas positif akan dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Dari kegiatan surveilans yang berjalan, kita dapat belajar banyak hal. Pentingnya peran Dosen Pembimbing Akademik bagi mahasiswa harus terus dipupuk agar mahasiswa dapat terus diarahkan, dibimbing, bahkan ditenangkan dalam kondisi wabah dan jauh dari orang tua. Begitu juga pentingnya peran atasan langsung untuk dapat mendukung, memberikan perhatian, apresiasi, dan rasa nyaman bagi bawahan akan sangat membantu dalam optimalisasi kinerja.
Wabah Covid-19 mengajarkan kita tentang banyak hal. Saling peduli, saling mengisi, saling membantu, saling memberi perhatian, saling mengingatkan, saling memahami, saling mendoakan, saling menguatkan, dan banyak saling-saling positif lainnya. Kita didewasakan saat harus menghadapi dan menyelesaikan permasalahan bersama, menyingkirkan ego, mengedepankan empati dan simpati. Setiap ilmu membutuhkan ilmu lainnya. Kita harus mau untuk saling menyadari, bahwa kita membutuhkan orang lain, bahwa pemikiran kita mungkin benar, tetapi juga harus mempertimbangkan kebenaran pemikiran orang lain.
Wabah Covid-19 akan semakin mendewasakan kita, jika kita mau belajar dengan baik dan benar. Jika kita mau mensyukuri atas begitu banyak nikmat Allah Swt. yang kita terima.
Work from home, belajar dari rumah berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan memang tidak mudah. Tetapi kita pasti bisa jika mau berusaha dan menjadi dewasa. Bersyukur Allah Swt. masih memberi kemudahan mendapatkan listrik, air untuk kebutuhan sehari-hari, makan, minum, dan begitu banyak hal lain.
Sikap kita untuk “tetap di rumah” akan menyelamatkan banyak nyawa. Menjaga diri sendiri sama halnya menjaga orang lain. Menjaga orang lain sama halnya dengan menjaga diri sendiri. Covid-19 salah satunya dapat menyebabkan seseorang terinfeksi tanpa menunjukkan gejala tetapi tetap dapat menularkan ke orang lain. Maka, sangat bijak jika kita mau memutus rantai penularan dengan “tetap di rumah”. Bisa jadi kita menjadi sumber penularan bagi orang lain, atau orang lain menjadi sumber penularan bagi kita.
Penulis: Rokhmayanti, S.K.M., M.PH. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UAD sekaligus Divisi Surveilans SATGAS Covid-19 UAD.