• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Lima Penyebab Umat Islam Pecah dalam Urusan Islam dan Politik

01/10/2022/in Feature /by Ard

Pemaparan materi dari Dr. H. Immawan Wahyudi, M.H., dosen Fakultas Hukum, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam pengajian rutin Sabtu pagi yang diselenggarakan oleh (PRM) Nitikan (Gambar: Gufron)

“Pada dasarnya, semua partai politik di Indonesia menerapkan strategi politik identitas untuk memperoleh kemenangan dan orang yang berpolitik menunjukkan identitasnya masing-masing. Hal yang tidak dibenarkan adalah menggunakan kekuatan politik berupa tindak kekerasan terhadap suatu kelompok untuk menekan, meremehkan, apalagi membuat kelompok lain menjadi terpinggirkan.”

Kalimat tersebut disampaikan oleh Dr. H. Immawan Wahyudi, M.H., dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD) selaku pemateri dalam Pengajian Rutin Sabtu Pagi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Nitikan. Pengajian bertajuk “Islam dan Politik” ini berlangsung di Masjid Muthohhirin pada Sabtu, 17 September 2022.

Dalam hal ini, urusan politik dan Islam merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, sebab Islam bukanlah agama yang hanya mengatur persoalan ibadah individu saja melainkan mengajarkan segala urusan hidup. Salah satunya persoalan politik kenegaraan sebagai alat untuk mengontrol agar para penguasa tidak melakukan hal-hal yang merugikan rakyat, serta mencegah adanya kezaliman.

Ustaz Wahyudi menyampaikan tiga firman Allah Swt. yang menjelaskan tentang kekuasaan yaitu Surah Ali-Imran ayat 26, Ali-Imran ayat 189, serta Al-Baqarah ayat 282. Ia menerangkan bahwa isu politik dalam Al-Qur’an menjadi isu penting, dan ketiga ayat tersebut dinilai relevan dengan situasi politik di Indonesia saat ini yang sangat dikuasai oleh oligarki.

Menurutnya, implementasi berpolitik dengan Islam di Indonesia terdapat dialektika politik yang dimanfaatkan untuk memecah belah umat Islam. Misalnya dengan memakai terminologi asing yang salah secara konsep dan digunakan secara tidak benar. Di antaranya terorisme, radikalisme, intoleransi, dan politik identitas.

Ia memaparkan bahwa istilah-istilah tersebut digunakan sesuka hati tanpa berlogika dan tidak ada etika. Misalnya penggunaan istilah radikal yang memberikan stigma buruk kepada orang lain, yang justru masuk dalam perilaku intoleransi. “Radikalisme merupakan salah satu istilah untuk meneror umat Islam. Salah satunya yang pernah dialami oleh Prof. Dien Syamsudin dikategorikan tokoh radikal karena sikap kritisnya sebagai guru besar,” ujarnya.

Sedangkan dalam urusan intoleransi, kata Ustaz Wahyudi, sebenarnya istilah yang kurang tepat dengan kultur sosial Indonesia yang masyarakatnya ramah, suka bergotong-royong, dan saling membantu orang lain. “Beberapa perilaku umat Islam yang kurang baik menyebabkan umat Islam terus menerus dirundung stigma buruk, terutama pada hal toleransi, radikal, teroris, dan dalam politik identitas,” tandasnya,

Terakhir, ia menyampaikan lima hal penyebab umat Islam mudah diadu domba hingga sulit untuk bersatu kembali. Pertama, umat Islam sering tidak bisa menahan diri dalam perbedaan pendapat yang kemudian dilanjutkan dalam sikap “minna” dan “minhum”. Kedua, pandangan-pandangan yang secara kaku digunakan untuk mengklaim diri paling islami dan kelompok sesat jalan. Ketiga, tidak memahami situasi kondisi politik dan mudah diarahkan kepada suatu tujuan politik tertentu yang jelas-jelas bertentangan dengan aspirasi politik umat Islam. Keempat, adanya kecenderungan umat Islam untuk masuk “surga pragmatisme materialistic” untuk kepentingan duniawi. Kelima, lambatnya regenerasi ke pimpinan yang berimplikasi pada terhambatnya kemajuan sosial ekonomi dan sosial politik. (guf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Pemaparan-materi-dari-Dr.-H.-Immawan-Wahyudi-M.H.-dosen-Fakultas-Hukum-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dalam-pengajian-rutin-Sabtu-pagi-yang-diselenggarakan-oleh-PRM-Nitikan-Foto-Gufron.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-10-01 09:51:582022-10-01 09:51:58Lima Penyebab Umat Islam Pecah dalam Urusan Islam dan Politik

Menumbuhkan Pribadi Positif pada Anak Melalui Hypnoparenting

23/09/2022/in Feature /by Ard

Penulis: Utami Nawang Sari

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD)

Kelahiran buah hati merupakan momen yang dinantikan oleh para orang tua. Seiring dengan berjalannya waktu, anak-anak akan berkembang dan setiap orang tua pasti mengharapkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang positif. Meski demikian, realitas menghadapkan kita pada fakta bahwa banyak faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak sehingga prosesnya tidak optimal dan terkadang mengalami gangguan.

Pada tahun 2019, United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) mencatat bahwa sebanyak 11,7% anak mengalami gangguan perkembangan sesuai dengan segmentasi usianya. Hal serupa juga dipaparkan oleh Nurturing Care pada tahun 2015 bahwa 45% anak-anak Indonesia berisiko mengalami perkembangan yang buruk. Permasalahan ini dapat terjadi karena kurangnya peran aktif orang tua dalam mendukung tumbuh kembang anak.

Mengatasi tantangan tersebut, orang tua harus mulai menerapkan pola asuh berupa sikap dan perilaku baik agar menumbuhkan karakter yang juga positif pada anak. Dewasa ini, salah satu metode yang patut untuk diaplikasikan adalah hypnoparenting. Sebuah metode parenting yang menerapkan didikan dan pola asuh anak melalui metode hypnosis. Lebih jelasnya, anak diberikan sugesti lewat kalimat-kalimat bernilai positif yang mampu membuat mereka merasa percaya diri.

 

Program Hypnoparenting oleh mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

Dalam praktiknya, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memulai hypnoparenting pada anak. Pertama, kondisikan anak dalam keadaan mood yang positif sehingga mereka siap dan optimal melakukan hypnoparenting. Kedua, ciptakan suasana akrab antara orang tua dan anak sebelum memulai hypnosis untuk mempermudah proses. Ketiga, cari saat yang tepat untuk melakukan induksi atau afirmasi, biasanya ditandai dengan keadaan anak yang sudah mulai tenang, terbuka, dan akrab. Keempat, gunakan media sebagai alat bantu untuk menginduksi atau memberikan afirmasi, bisa dengan benda-benda di sekitar atau mainan yang disukai mereka.

Kelima, lakukan kontak fisik secara berkelanjutan antara orang tua dan anak sehingga anak dapat melihat dan merasakan sendiri saat mereka terbuka. Keenam, masukkan sugesti positif (afirmasi) pada anak sebagai puncak dari proses hypnoparenting. Sugesti ini diharapkan dapat tertanam pada pikiran bawah sadar anak. Terakhir, lakukan pengulangan secara konsisten untuk mendapatkan hasil yang efektif.

Seperti yang kita ketahui bahwa orang tua tak jarang dihadapkan dengan tingkah laku negatif anak, contohnya tantrum. Ketika anak mengalami kondisi tantrum, orang tua sering kali memukul atau mencubit anaknya agar berhenti menangis. Nyatanya, reaksi anak justru sebaliknya, mereka malah semakin histeris bahkan menjerit. Hal ini perlu disikapi dengan cara parenting yang tepat.

Hypnoparenting menawarkan solusi untuk membantu orang tua dalam mengasuh anak agar bersikap baik tanpa paksaan, ancaman, dan kekerasan. Metode ini merupakan jawaban cerdas bagi orang tua untuk memainkan peran secara aktif dan tidak menghambat dalam pola pengasuhan anak. (tsa/utm)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Program-Hypnoparenting-oleh-mahasiswa-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpeg 954 1599 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-09-23 08:30:522022-09-23 08:31:20Menumbuhkan Pribadi Positif pada Anak Melalui Hypnoparenting

Keutamaan Manusia Agar Menjaga Kebersihan Hati, Akal, dan Fisik

21/09/2022/in Feature /by Ard

H. Rahmadi Wibowo Suwarno Lc., M.A., M.Hum. (kiri) pemateri kajian rutin bakda magrib Masjid IC Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

“Justru yang paling substansi dalam diri manusia adalah hati atau jiwanya, yang berpengaruh pada perilaku seseorang. Pada hati manusia, Allah memberikan keterangan bahwa terdapat potensi baik dan buruk. Jika potensi ini diasah untuk menuju kepada-Nya, maka Allah menyebutnya manusia beruntung, begitu pun sebaliknya.”

Kalimat tersebut adalah pembuka dari H. Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A., M.Hum., Kepala Bidang Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat menyampaikan materi pada Kajian Rutin Bakda Maghrib yang diselenggarakan oleh Masjid Islamic Center (IC) UAD. Kajian ini mengusung tema “Ajaran Kesucian dalam Islam”, yang berlangsung secara daring pada Jumat, (16-09-2022).

Ustaz Rahmadi melanjutkan, hakikat potensi buruk dalam jiwa manusia adalah ketika dikotori dengan kejahatan atau hal-hal yang sudah dilarang dalam agama Islam. Berdasarkan surah As-Syams juz ke-30, dijelaskan pula bahwa menjaga kesucian jiwa menjadi hal terpenting. Sementara itu, dalam Al-Qur’an juga disebutkan tentang alasan menjaga hati agar selalu bersih yakni surah Asy-Syu’ara ayat 88–89 yang memberikan petunjuk bahwa hati manusia harus senantiasa bersih. Begitu pun dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Iimam Muslim, dijelaskan hati inilah yang akan memengaruhi jasad manusia. Bersih atau kotornya hati manusia akan berdampak pada perilakunya sehari-hari.

“Sebab, di hari akhir nanti yang akan menghadap Allah, itu adalah orang-orang yang memiliki hati yang bersih,” ujar Ustaz Rahmadi.

Lalu, terkait seperti apa kesucian hati itu, ia menyebutkan bahwa banyak sekali kitab tafsir menjelaskan tentang cara menjaga kesucian hati. Salah satunya dalam Ibnu Katsir ketika mengomentari ayat Asy-Syu’ara yang disebut dengan qalbun salim atau hati yang bersih. Pertama, terhindar dari kemusyrikan atau menduakan Allah.

“Ini adalah hal yang paling pokok dalam menjaga hati agar tetap bersih. Baik itu syirik dhohir dalam arti penyembahan secara langsung maupun kesyirikan dalam arti meyakini adanya kekuatan dan datangnya manfaat selain dari Allah Swt.,” jelasnya.

Kedua, terhindar dari sifat sombong. Menurutnya, kesombongan dengan merasa lebih dari yang lain dan bentuk kesombongan lainnya merupakan pupuk kotoran hati. Ketiga, syahwat atau keinginan-keinginan yang tidak dikendalikan, sehingga menjadi penghalang untuk mengetahui kebenaran.

Lebih lanjut, potensi selanjutnya yang dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada manusia adalah memiliki akal untuk berpikir. Selaras dengan kesucian hati, maka akal juga perlu bersihkan. “Para ulama ada yang menyebutkan kotoran dalam akal itu adalah kebodohan, seseorang yang tidak mau lagi belajar, tidak mau membaca, dan lainnya.”

Keutamaan menjaga kebersihan akal ini sesuai dengan ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah Swt. yaitu surah Al-Alaq sehingga akal harus difungsikan di antaranya membaca sebagai bentuk untuk membersihkan akal dari kotoran. Oleh karena ada dua jenis pendidikan yakni formal dan informal. “Dalam surah Al-Baqarah ayat 219, Allah menjelaskan dengan detail tentang mabuk dan berjudi adalah dosa besar yang lebih banyak kerugiannya dibandingkan manfaatnya. Kalau dihubungkan dengan akal, al-khamar ini akan merusak akal secara fisik termasuk juga fungsinya.”

Terakhir, selain memperhatikan kesucian batin, kesucian akal, Islam juga secara detail mengajarkan kesucian secara fisik yang biasa disebut dengan taharah atau bersuci. Ada dua hal yang wajib dalam menyucikan diri secara fisik yaitu bersih dari najis dan hadas. (guf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/H.-Rahmadi-Wibowo-Suwarno-Lc.-M.A.-M.Hum-Kepala-Bidang-Pendidikan-AIK-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-09-21 09:17:392022-09-21 09:17:39Keutamaan Manusia Agar Menjaga Kebersihan Hati, Akal, dan Fisik

Panji, Peraih Gold Medal WYIE 2022 International

05/07/2022/in Feature /by Ard

Panji Nur Fitri Yanto mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Didi Risaldi)

Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan bertepatan dengan hari pertama Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), ia mendapat musibah berupa kecelakaan dalam berkendara sepeda motor. Cedera yang didapat akibat kecelakaan tersebut cukup parah, sehingga dirinya harus dilarikan ke rumah sakit. Namun kemudian, ia menolak untuk segera ditangani oleh dokter dan memutuskan agar tetap mengikuti UNBK secara normal.

“Sebab kalau pada saat itu saya melanjutkan operasi medis lalu memilih mengikuti UNBK susulan, bisa dipastikan saya tidak lulus SMA di tahun tersebut.”

Ia adalah Panji Nur Fitri Yanto, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang saat ini menempuh pendidikan di Program Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling.

Musibah yang dialaminya beberapa tahun lalu kini menjadi kenangan yang tidak pernah dilupakan. Dari cedera yang dialaminya itu membuat Panji gagal diterima di pendidikan tinggi kedinasan, impian yang sejak dahulu ia dambakan.

Lelaki asal Sleman ini tidak putus asa, ia mencoba untuk mendaftar kuliah di kampus-kampus negeri di Yogyakarta, sayang gayung tidak bersambut. Panji kembali menerima kenyataan pahit bahwa dirinya kembali “ditolak” menjadi mahasiswa di kampus-kampus tersebut.

Seiring perjalanan waktu, takdir yang membawa Panji tercatat sebagai mahasiswa UAD dan kini berpredikat sebagai mahasiswa dengan segudang prestasi membanggakan. Gelar juara kompetisi tingkat regional, nasional, maupun internasional kerap berada di genggaman tangan kokohnya. Kini Panji bukan lagi lelaki yang dihantui kenangan cedera tubuh, melainkan sesosok mahasiswa UAD yang kian membuat lawan kompetisinya luluh.

Panji bercerita, sebelum menjadi mahasiswa berprestasi, dirinya hanyalah lelaki yang belum sepenuhnya legawa menjadi mahasiswa di kampus bukan idamannya. Meski begitu, awal gemilang dirinya bermula saat memutuskan bergabung di Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS). “Awalnya saya terlibat di HMPS, dan dari organisasi kemahasiswaan itu saya mendapatkan lingkungan baru yang sangat menginspirasi dan mengubah pola pikir saya.”

Meraih gold medal di World Young Inventors Exhibitions (WYIE) 2022, Kuala Lumpur, Malaysia, tidak membuat Panji tinggi hati apalagi sombong. Ia selalu percaya bahwa sosok yang bernilai adalah ketika ia yang bisa menghargai orang lain, memiliki perilaku baik, serta bisa memberikan dampak positif bagi sekitar. Hingga kini, ia masih menempuh jalan itu.

“Meraih juara berapa pun di kompetisi menurut saya bukan menjadi persoalan, karena yang menjadi tolok ukur ialah dari berbagai kompetisi yang diikuti bisa membuat diri menjadi lebih berkembang. Hal paling penting, sikap tetap menjadi nomor satu.”

Tidak hanya menjadi pemburu kompetisi dan kejuaraan, Panji sampai saat ini aktif mengikuti organisasi internal maupun eksternal kampus, kepanitiaan berbagai acara, program pengabdian masyarakat, dan kerap membantu penelitian para dosen UAD.

Dalam penuturannya, ia mengungkapkan bahwa Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk terus berkembang. Itulah yang harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh mahasiswa agar menjadi suatu motivasi.

“Saya sangat bersyukur berkuliah di UAD, karena dengan ini saya mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman. Selain itu, UAD melalui Bimawa sangat mendukung dan memberikan kemudahan bagi mahasiswa yang ingin berprestasi ataupun berkembang.”

Keluarga adalah dorongan terbesar Panji dalam meraih prestasi dan terus berkembang. Tak heran, karena ialah satu-satunya di keluarganya yang berkuliah. “Saya ingin menaikkan martabat keluarga, dan dengan meraih gelar sarjana adalah salah satu jalannya.”

Sebagaimana mahasiswa pada umumnya, Panji menginginkan agar mahasiswa lain juga bisa menjadi pribadi yang unggul, kompeten, dan berprestasi di bidangnya masing-masing. “Teruntuk teman-teman semua, jika kesempatan sudah terlihat maka ambil itu dan cobalah, karena tanpa mencoba kita tidak akan pernah tahu bagaimana hasilnya.” (ris)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Panji-Nur-Fitri-Yanto-mahasiswa-Program-Studi-Bimbingan-dan-Konseling-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Didi-Risaldi.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-07-05 07:58:472022-07-05 07:58:47Panji, Peraih Gold Medal WYIE 2022 International

Srikandi Sampah Desa Murtigading: Penyelamat Lingkungan Hidup

18/06/2022/in Feature /by Ard

Sri Kartiyati, Anggota Pokmas Resik Becik, menjelaskan tentang Bank Sampah di Kalurahan Murtigading, Lab. Pengelolaan Sampah Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Tsabita)

Saat ini, sampah menjadi salah satu isu sentral yang perlu segera ditangani, tanpa terkecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Seperti yang telah diketahui, mayoritas pengolahan sampah di DIY masih dilakukan secara konvensional, yaitu diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini kemudian menimbulkan masalah baru yaitu menumpuknya sampah di TPA Piyungan (selaku TPA Regional) sehingga tidak mampu menampung lagi.

Mengutip dari data yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, pada tahun 2021 terjadi kenaikan signifikan volume sampah yang masuk ke TPA Piyungan, yaitu dari 566 ton per hari pada 2020 menjadi 700 ton per hari pada 2021. Sleman menempati posisi teratas sebagai penyumbang sampah terbesar, disusul oleh Yogyakarta, dan Bantul di urutan terakhir.

Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul mencanangkan gerakan Bantul Bersih Sampah 2025 dengan harapan bahwa pengelolaan sampah akan bisa lebih sistematis. Dusun Dagan, Pedukuhan 15, Kalurahan Murtigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, ditunjuk menjadi salah satu pilot project untuk menggawangi gerakan tersebut di lingkup kalurahan. Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang terdiri atas sukarelawan warga, secara konsisten menerapkan pola Bank Sampah sebagai wadah untuk mengurangi sampah.

Wagini, Sri Kartiyati, dan Arifahani, adalah tiga sosok ibu rumah tangga yang memiliki andil besar dalam menyukseskan Bank Sampah di Dusun Dagan. Setiap 35 hari sekali, mereka rutin berkeliling ke rumah warga untuk mengambil sampah agar selanjutnya dipilah mana saja yang bisa jadi nilai ekonomis. Untuk saat ini, pengolahan Bank Sampah masih terbatas pada pemilahan, selanjutnya mereka menjualnya ke pengepul.

Klasifikasi sampah akan dikelompokkan berdasarkan jenisnya, mulai dari kardus, duplex, kaleng, botol, dan lain-lain. Bukan tanpa tantangan, Wagini, Sri Kartiyati, dan Arifahani, mengaku bahwa masih banyak warga yang kesadarannya belum terbentuk. Kebanyakan dari mereka masih tak acuh dan tidak sadar bahwa sampah bisa bernilai ekonomis.

“Jika masih bisa menghasilkan uang, kenapa harus dibakar?” tutur Wagini saat diwawancara pada Sabtu, 11-06-2022.

Kendala lain yang sering dijumpai oleh tiga warga ini adalah komposisi sampah yang masuk ke proses pemilahan terkadang masih cenderung bebas. Dalam artian, sesuatu yang tidak seharusnya ikut seperti diaper dan bekas pembalut masih kerap mereka temui. Selain itu, kondisi cuaca hujan juga kadang sedikit menghambat proses pemilahan karena sampah menjadi basah dan rusak.

Tergabung dalam Pokmas “Resik Becik”, Sri Kartiyati menuturkan nama ini memiliki arti filosofis bahwa bersih itu bagus. Sama dengan kalimat peribahasa yang sering kita dengar yaitu kebersihan sebagian dari iman. Bersama, ketiga ibu rumah tangga ini bahu membahu untuk terus meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya pengelolaan sampah. Lebih lanjut, Arifahani juga memaparkan bahwa kebiasaan ini harus dimulai dengan pendidikan sejak dini.

Terakhir, dengan adanya Bank Sampah ini, Wagini, Sri Kartiyati, dan Arifahani, berharap bahwa warga akan makin sadar untuk melakukan pengolahan sampah, makin peduli, dan pemerintah bisa terus memberikan fasilitas yang maksimal. Bukan karena gaji atau validasi, alasan mereka menjadi sukarelawan adalah murni untuk mengabdikan diri pada lingkungan. Di tengah-tengah gempuran isu lingkungan hidup yang makin kencang terdengar, Srikandi-Srikandi hebat seperti mereka adalah sosok yang dibutuhkan oleh bumi ini. (tsa)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sri-Kartiyati-Anggota-Pokmas-Resik-Becik-menjelaskan-tentang-Bank-Sampah-di-Kalurahan-Murtigading-Foto-Tsabita.jpg 1200 1600 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-18 09:23:072022-06-18 09:23:07Srikandi Sampah Desa Murtigading: Penyelamat Lingkungan Hidup

Menjadi Entrepreneur Sukses dengan Ikut Program MBKM

15/06/2022/in Feature /by Ard

Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Nabiila Zahroo Sultona angkatan 2018 (Foto: Istimewa)

Zaman yang makin berkembang saat ini, membuat kebutuhan manusia terus meningkat dan harga pun makin tinggi. Selain itu, sedikitnya jumlah lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah pelamar kerja menuntut siapa pun untuk lebih kreatif dan inovatif. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut adalah dengan berwirausaha.

Berwirausaha pada umumnya dikenal dengan orang-orang yang sudah bekerja, tetapi jangan salah, sekarang ini wirausaha dapat dilakukan oleh kalangan mana saja termasuk mahasiswa. Di zaman sekarang yang serba teknologi canggih, justru mahasiswa merupakan kalangan yang cocok untuk memulai berwirausaha, apalagi dalam usaha kekinian.

Meski begitu, seperti yang kita tahu bahwa sebagian besar kantong mahasiswa pastinya hanya berkecukupan untuk makan sehari-hari, belum lagi untuk biaya kuliah, membeli buku, dan lainnya. Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mencanangkan program untuk membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan menjadi seorang wirausahawan sukses, yaitu Program Kewirausahaan Merdeka-Kampus Merdeka (MBKM).

Program ini berfokus pada peningkatan kapasitas dan kompetensi mahasiswa Indonesia melalui kegiatan unggulan seperti Workshop Kewirausahaan, Kegiatan Berwirausaha Mahasiswa Indonesia (KBMI), Akselerasi Startup Mahasiswa Indonesia (ASMI), dan Pendampingan Wirausaha Mahasiswa. Program tersebut diharapkan dapat menjadi cikal bakal lahirnya wirausahawan dari kalangan kampus yang dapat membuka kesempatan kerja secara luas. Bentuk pembelajaran wirausaha berupa praktik langsung berwirausaha yang dilakukan secara terencana dan terprogram, serta diharapkan memberikan kesempatan menciptakan aktivitas usaha melalui analisis kebutuhan dan peluang pasar.

Salah satu mahasiswa yang sudah merasakan nikmatnya berwirausaha melalui Program MBKM Bidang Kewirausahaan ini adalah Nabiila Zahroo Sultona, mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuntansi Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Dalam mengimplementasikan Program MBKM ini, Prodi Manajemen dan Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UAD memperoleh hibah MBKM dan telah menandatangani kerja sama pada Jumat, 1 Oktober 2021, di Hotel Sahid Rich yang berada di Jl. Magelang No.Km.6 No.18, Kutu Patran, Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Nabiila, sapaan akrabnya, mulai merintis bisnis pada Oktober 2021 setelah mengikuti beberapa pelatihan, salah satunya “Pelatihan Capacity Building untuk Wirausaha Pemula” yang diselenggarakan oleh Prodi Akuntansi FEB UAD pada Selasa–Rabu, 21–22 September 2021 di Hotel Grand Rohan, Yogyakarta.

“Saya mulai merintis bisnis makanan ini pada Oktober 2021, dan memberinya nama Eat More Me dengan menjual produk Mentai Cake. Saya dibantu dua dosen pembimbing yaitu Indah Kurniawati, S.E., M.Si. dan Nugraheni Rintasari, S.E., M.Sc.,” ujarnya saat diwawancara melalui pesan WhatsApp pada Kamis, (09-06-2022).

Mentai Cake merupakan makanan yang terbuat dari nasi, dengan isian berupa aneka daging dan seafood, diberi topping berupa saus mentai. Jika penasaran dengan hasil produknya, silakan berselancar ke laman Instagram @eatmoreme, sedangkan untuk tempat produksinya sendiri beralamat di Jalan Jogja–Wonosari Km 9,3 Dawukan, Sendangtirto, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Ia mematok harga mulai dari 25 hingga 58 ribu rupiah. Terdapat tiga jenis varian yaitu mini (diameter 8 cm), medium (diameter 12 cm), dan big (diameter 16 cm), dengan pilihan topping seperti kani, tamago, chicken nugget, ikan patin, dan tuna. Produk ini dikemas dengan menggunakan besek, sehingga tetap ada nilai tradisional yang menambah keunikan dan tentu ramah lingkungan.

Ingin Menjadi Entrepreneur Sukses

Bagi Nabiila, modal utama dalam berwirausaha adalah kemauan dan keuletan untuk bersungguh-sungguh menjalaninya. Tidak hanya bermodalkan tekad yang kuat, tetapi lebih dari itu yakni kompetensi, keterampilan, serta pengetahuan dalam mengelola suatu usaha juga sangat penting. Oleh karena itu, semuanya harus seimbang.

“Dengan mengikuti program ini, saya menjadi lebih paham bahwa modal utama ketika ingin menjadi wirausahawan ya kemauan, ulet menjalani prosesnya, dan dibarengi dengan keilmuan yang mumpuni,” ujar Nabilla.

Hal ini senada dengan pendapat beberapa ahli yang menyimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses pengembangan dan penerapan kreativitas untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang terwujud dalam perilaku, baik di masyarakat atau lebih khusus di kalangan mahasiswa. “Karena itu, mumpung masih muda dan cukup waktu luang untuk berusaha, janganlah membuang waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Saya memutuskan untuk mengikuti Program MBKM khususnya Bidang Kewirausahaan dengan harapan dapat meningkatkan keterampilan sebagai seorang wirausahawan,” tambahnya.

Produk Mentai Cake dari Eat More Eat (Foto: Istimewa)

Lebih lanjut, mengikuti Program MBKM ini adalah bentuk dukungannya terhadap program pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi. Ia menjelaskan manfaat mengikuti kegiatan tersebut tidak hanya materi tentang sukses menjalankan bisnis, tetapi juga jalinan relasi yang lebih luas. “Selain mendapat materi, saya juga bisa praktik langsung tentang cara menyusun rencana bisnis. Adanya dukungan dari pemerintah dan kampus, saya bisa belajar untuk lebih aktif mengembangkan diri agar menjadi pribadi yang profesional dengan mengasah soft skill. Saya juga dapat memperluas relasi dengan yang lain, tentu saja sangat membantu saat pemasaran,” ungkapnya.

Memilih ide Mentai Cake tentu bukan tanpa alasan. Menurut Nabiila, usaha kekinian dianggap cocok di kalangan mahasiswa sesuai dengan tren anak muda sekarang. “Saya menawarkan produk Mentai Cake karena di Jogja masih sangat jarang yang berjualan jenis makanan ini sehingga peluangnya masih cukup besar. Tidak hanya itu, saya kira Mentai Cake dapat dijadikan alternatif pengganti kue tar yang cenderung manis.”

Sebagai seorang entrepreneur yang baru terjun dalam dunia bisnis, sudah dipastikan ia mengalami rintangan silih berganti. Nabiila mengaku sempat mengalami kecemasan akan gagal, hingga takut mengecewakan pelanggan. Ia menceritakan bahwa pernah sekali waktu saat akan mengirim Mentai Cake yang tiba-tiba terjatuh dan rusak. “Padahal sudah ditunggu oleh customer. Akhirnya sebagai permintaan maaf, saya mengembalikan uang yang sudah dibayarkan dan kami memberikan Mentai Cake secara cuma-cuma. Namun kembali lagi, dari pengalaman inilah saya belajar dan mencari cara untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen,” tandasnya.

Dalam hal pemasaran, Nabiila aktif menawarkan produk Mentai Cake ini lewat Instagram, WhatsApp, dan Go Food, sedangkan untuk di Shopee Food masih tahap pendaftaran, dan hanya menggunakan jasa pengiriman Shopee. Inilah keuntungan dari kemajuan zaman, salah satu hal yang membuat usaha dianggap kekinian adalah dengan cara promosinya. Maka dari itu, ia memanfaatkan media promosi di sosial media sebagai wadah usaha.

“Menjadi seorang pengusaha harus memiliki keberanian untuk memulainya saat ini juga. Selain itu harus punya pengetahuan yang cukup, serta usaha dan kerja keras dalam menjalankan. Apalagi dengan kemudahan akses informasi dan banyak hal lainnya yang membuat kita bisa maju lebih cepat untuk mencapai kesuksesan,” pesan Nabiila dengan mengutip motivasi dari pengusaha kawakan almarhum Bob Sadino dan mengakhiri percakapan melalui pesan WhatsApp. (guf)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Produk-Mentai-Cake-dari-Eat-More-Eat-Foto-Istimewa.jpg 565 720 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-15 08:10:442022-06-15 08:55:52Menjadi Entrepreneur Sukses dengan Ikut Program MBKM

Masalah Pendidikan hingga Gigihnya Perjuangan untuk Berprestasi

09/06/2022/in Feature /by Ard

Birrul Qodriyyah narasumber pada kajian publik yang diselenggarakan oleh BEM FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Catur)

Underprivileged Millenial dan Gen Z: Kesempatan Pendidikan bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tema inilah yang diangkat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Minggu, 5 Juni 2022, dalam acara kajian publik yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube BEM FKIP UAD.

Hadir sebagai narasumber yaitu Birrul Qodriyyah. Birrul, sapaan akrabnya, merupakan alumnus The University of Edinburgh dengan beasiswa LPDP, peraih Bidikmisi Award RI tahun 2013, dan mahasiswa berprestasi nasional terinspiratif 2013.

Birul memaparkan, realitas pendidikan kita saat ini ada yang salah. Itu bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Beberapa poin di antaranya, learners artinya peserta didik ketika belajar harus dalam kondisi baik dan sehat, sedangkan di Indonesia kasus kekurangan gizi atau stunting sampai sekarang belum bisa teratasi dengan baik. Maka dari itu, bagaimana anak akan belajar dengan baik jika asupan gizi yang didapat kurang? Selanjutnya adalah learning environments, termasuk di dalamnya ada fasilitas juga lingkungan yang efektif dan nyaman. Jika melihat daerah tertinggal yang masih banyak di Indonesia seperti daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), maka capaian yang diinginkan belum terwujud.

“Termasuk permasalahan kita ialah content kurikulum yang berarti ganti menteri pasti ganti kurikulum, kita masih belum mempunyai kurikulum yang tetap atau ajek yang selalu dapat dipakai di Indonesia. Kita bisa lihat betapa beban guru sangat berat, apalagi guru yang sudah dalam keadaan sepuh pasti sulit untuk beradaptasi kembali dengan kurikulum yang baru.”

Berikutnya ialah process, hal ini bisa berkaitan dengan gaji guru yang belum memenuhi standar dan Sumber Daya Manusia (SDM) masih kurang. Bagaimana pendidikan akan berkualitas jika jaminan hidup pendidiknya saja masih kekurangan? Terakhir adalah outcomes, yang bisa diartikan dengan evaluasi pendidikan, ini berkaitan dengan kinerja yang telah dilakukan.

Semua itu adalah PR kita sebagai mahasiswa yang berpredikat sebagai agent of change untuk berkewajiban mengubah sistem pendidikan kita agar lebih baik. Berpikirlah jangan hanya bisa mengkritisi masalah tetapi tidak bisa mengatasi masalah. Kita bisa ikut berkontribusi kecil walaupun mungkin tidak terlihat oleh aksesibilitas karena keterbatasan informasi, distribusi, dan infrastruktur.

“Belilah masa depan dengan harga sekarang, dengan cara terdidik karena tidak semua bisa di posisi kita sebagai mahasiswa,” terang Birrul.

Ia juga menyampaikan bahwa banyak jalan untuk melanjutkan pendidikan, salah satunya adalah beasiswa. Tentu hal ini bagi mereka yang sungguh-sungguh memperjuangkan pendidikannya. Tidak ada ceritanya seseorang yang menginginkan cita-cita tinggi tetapi tidak gigih untuk memperjuangkannya. Banyak yang tidak mau berjuang, dan tidak mau mencari informasi terkait beasiswa. Kuncinya adalah kemauan. Jika ada kemauan diiringi dengan ikhtiar dan doa, insyaallah pasti bisa terwujud.

Birrul juga menceritakan perjuangannya ketika mendaftar diri sebagai penerima beasiswa. Perjuangan, kemauan, dan pengorbanan semua itu ia lakukan agar dapat meraih cita-cita yang diinginkan.

Menurut data dari UNESCO akan terjadi academic inflation itu artinya saking banyaknya orang di dunia yang lulus kuliah. Sekarang kuliah bukan menjadi hal yang luar biasa sehingga menjadi tantangan tersendiri bagaimana seorang sarjana bisa berbeda dibandingkan dengan yang lain. Tahun 2025, diprediksi oleh Word Economic Forum bahwa mesin akan menguasai lebih banyak pekerjaan manusia. Ini berdampak akan lebih sedikit orang yang bekerja dengan tenaga karena pekerjaan dengan mesin bisa lebih fleksibel.

Terakhir, Birrul menegaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa agar berbeda dengan yang lain. Di antaranya, perbanyak pengalaman tidak hanya di bidang akademik saja, bersosial, bertemu teman, bangun jaringan, ikutilah organisasi, dan berikanlah kualitas terbaik di setiap jejak hidup.

“Semangat ya buat semuanya. Kita punya potensi untuk sama-sama berkembang dan berkarya, tinggal kita punya kemauan atau tidak. Sebab, ada banyak orang tidak mau gigih berjuang dan semangat untuk memperjuangkan apa yang dicita-citakan. Jika Allah sudah berkehendak dan ada kemauan kuat, pasti aka ada jalan. Jadilah mahasiswa yang berkualitas dan jadilah orang yang dicari bukan kita yang mencari orang.” (ctr)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Birrul-Qodriyyah-narasumber-pada-kajian-publik-yang-diselenggarakan-oleh-BEM-FKIP-UAD.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-09 10:59:472022-06-09 10:59:47Masalah Pendidikan hingga Gigihnya Perjuangan untuk Berprestasi

Menggali dan Mengembangkan Ide untuk GEMASTIK 2022

08/06/2022/in Feature /by Ard

Imam Azhari, S.Si., M.Cs., pemateri Sosialisasi Gemastik oleh PKM Center Bimawa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Tsabita)

Selasa, 31 Mei 2022, PKM Center bekerja sama dengan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar sosialisasi Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GEMASTIK) secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung di kanal YouTube BIMAWA UAD. Acara diselenggarakan dengan mengundang Dinan Yulianto, S.T., M.Eng. (dosen Teknik Informatika UAD), Imam Azhari, S.Si., M.Cs. (dosen Sistem Informasi UAD), dan Eko Muhammad Rilo (Ketua Gemastik 2020) sebagai pengisi materi.

GEMASTIK merupakan sebuah program yang diprakarsai oleh Pusat Prestasi Nasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan ditujukan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa Indonesia. Mereka diharapkan mampu mengambil peran sebagai agen perubahan dalam memajukan teknologi informasi dan komunikasi, baik ketika masih dalam masa studi maupun ketika sudah lulus nantinya.

Dalam kesempatan kali ini, Imam Azhari selaku salah satu pembicara, menyampaikan tentang cara menggali dan mengembangkan ide untuk GEMASTIK. Ia membuka pembahasan dengan sebuah premis bahwa “nothing is original”, tidak ada sesuatu di dunia ini yang orisinal. Semuanya berangkat dari masa lalu, yaitu dari karya sebelumnya, yang kemudian dikembangkan melalui inovasi menjadi karya yang baru.

“Imitasi versus Inovasi”, keduanya berhubungan dengan produksi sebuah karya yang telah ada, yang membedakan adalah imitasi cenderung bermakna negatif sedangkan inovasi penuh dengan aura positif. Mengatasi hal tersebut, Imam memberikan kesimpulan, “Tidak perlu membuat sesuatu dari nol, cukup kembangkan yang sudah ada lalu buat inovasi, jangan hanya imitasi atau meniru dengan sama persis.”

Terdapat dua kerangka berpikir untuk menciptakan sebuah ide yang kreatif, yaitu creative thinking dan design thinking. Lebih detailnya, dalam creative thinking terdapat tiga tahap yang harus dipenuhi. Pertama, ambil konsep inti lalu kembangkan jadi lebih baik, dan yang kedua, ambil gagasan dari orang lain lalu adaptasi untuk digunakan dalam karya kita. Namun, bagaimana cara agar tidak terlihat seperti copy paste? Jawabannya adalah lakukan emulasi gaya dan pendekatan untuk mengembangkannya menjadi sesuatu yang unik dan jadi ciri khas. Terakhir yaitu perlu disadari bahwa selalu ada celah yang tidak bisa diselesaikan oleh suatu produk yang sudah ada, jadi tugas inovasi kita adalah untuk masuk ke ruang tersebut.

Metode yang paling aman dan paling efektif digunakan dalam mengembangkan ide adalah dengan melakukan adaptasi konsep yang sudah terbukti dari satu market ke market lainnya. “To innovate, learn to imitate”, artinya, untuk berinovasi, kita harus belajar untuk meniru. Konsep yang cukup populer di Indonesia adalah ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Lalu, produk apa saja yang sepatutnya dibuat? What we can build is what the world needs. Buatlah sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah di masyarakat. Makin besar impact karya yang dibuat, maka semakin besar pula nilainya.

Sebagai rujukan, tujuh belas permasalahan yang dijabarkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) bisa digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan karya yang akan dibuat. Karena persoalan yang terangkum dalam SDGs termasuk kompleks, maka penyelesaiannya juga tidak bisa sendirian alias harus kolektif, jadi perlu sinergi dari berbagai bidang. Hal-hal ini adalah sesuatu yang akan terus dicari jalan keluarnya.

Kerangka berpikir yang kedua yaitu design thinking, didefinisikan sebagai pendekatan untuk menyelesaikan masalah berbasis pada manusia (human-centered) yang mengintegrasikan tiga hal yakni kebutuhan masyarakat (desirability), teknologi yang memadai (feasibility), dan keuntungan bisnis (viability).

Terdapat lima tahap dalam proses pengembangan design thinking, pertama adalah empathize, melakukan riset terhadap kebutuhan pengguna, kedua define, memperjelas kebutuhan pengguna dan masalah yang dihadapi, ketiga ideate, mulai kembangkan ide dengan menantang asumsi yang ada, keempat prototype, membuat solusi dari permasalahan tersebut, dan terakhir test, melakukan uji dari solusi yang telah dibuat.

GEMASTIK 2022 akan segera diluncurkan, jadi segera kencangkan persiapan dan asah ide juga gagasanmu! (tsa)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Imam-Azhari-S.Si_.-M.Cs_.-dalam-acara-Sosialisasi-Gemastik-Foto-Tsabita.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-08 08:16:432022-06-08 08:16:43Menggali dan Mengembangkan Ide untuk GEMASTIK 2022

Pentingnya Niat Sebelum Beramal

07/06/2022/1 Comment/in Feature /by Ard

Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H., (kiri) dalam acara Kajian Bakda Maghrib Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Tsabita)

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”

Ketika berbicara tentang niat, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim itu menjadi salah satu hadis yang familiar di telinga kita. Tercatat juga bahwa hadis tersebut merupakan bagian dari semua pelajaran terutama bab fikih. Dalam Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, hadis ini dikatakan oleh Imam Ahmad sebagai salah satu hadis pokok dalam agama Islam, atau disebut ushul al-Islam.

Dalam Kajian Rutin Bakda Maghrib (30-05-2022) yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H., membahas tentang pentingnya niat sebelum beramal. Diawali dengan hadis yang telah disebutkan di atas, Ustaz Budi kemudian melanjutkan lebih detail tentang urgensi niat dalam kehidupan sehari-hari.

Secara bahasa, niat adalah al-qashd, yang artinya keinginan. Sementara secara istilah syar’i, niat didefinisikan sebagai azam atau tekad untuk mengerjakan suatu ibadah dengan ikhlas karena Allah, yang letaknya berada di dalam batin atau hati. Pertanyaan yang kerap muncul ketika membahas tentang niat adalah haruskah niat dilafalkan atau diucapkan? Berdasarkan penjelasan dari Ustaz Budi, ulama bersepakat bahwa niat adanya di dalam hati (sesuai dengan pengertiannya), jadi tidak wajib diucapkan. Ketika seseorang sudah berniat dalam hati, maka sudah dianggap sah.

Niat memiliki dua fungsi utama, pertama yaitu untuk membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Lalu, yang kedua yaitu untuk membedakan tujuan seseorang dalam beribadah. Apakah seseorang itu beribadah karena mengharap rida Allah ataukah ia beribadah karena selain Allah, seperti mengharapkan pujian manusia.

Untuk melihat urgensi niat dalam kehidupan sehari-hari kita, maka beberapa ulama telah mengatakan poin penting tentang hal tersebut. Pertama, dari Yahya bin Abi Katsir, menuturkan bahwa pelajarilah niat, karena ia lebih dahulu sampai di sisi Allah daripada amalan. Kedua, dari Mutharrif bin Abdullah, baiknya hati adalah dengan baiknya amalan, dan baiknya amalan adalah dengan baiknya niat. Terakhir, dari Sufyan Ats-Tsauri, tidak ada sesuatu yang paling berat untuk saya obati, kecuali masalah niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik dalam diriku.

Sebagai penutup, Ustaz Budi berpesan agar kita selalu memperbarui niat. “Bagi yang sedang belajar atau menempuh pendidikan, niatkanlah karena Allah, bukan karena ingin dapat gelar atau pujian, niscaya ilmunya akan bermanfaat,” ujarnya. (tsa)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ustaz-Budi-Jaya-Putra-S.Th_.I.-M.H.-dalam-acara-Kajian-Bakda-Maghrib-Masjid-Islamic-Center-UAD-Foto-Tsabita.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-07 09:09:162022-06-07 09:09:16Pentingnya Niat Sebelum Beramal

Maulidya Ika, Berjalan Menuju Roma

06/06/2022/in Feature /by Ard

Maulidya Ika Fahrani, Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Awardee IISMA 2022 (Foto: Istimewa)

All roads lead to Rome.

Sebuah pepatah yang tentu sudah familiar di telinga kita, “Banyak jalan menuju Roma”, memiliki filosofi bahwa untuk mencapai suatu tujuan, jangan hanya terpaku pada satu cara. Namun bagaimana jika pepatah tersebut menjelma sebagai sebuah kalimat yang diartikan secara literal? Banyak jalan menuju Roma, lalu jalan mana yang akan jadi pilihanmu?

Maulidya Ika Fahrani, mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), memilih Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) sebagai jalannya untuk pergi ke Roma. Ika, sapaan akrabnya, berhasil lolos menjadi salah satu awardee IISMA 2022 dan diterima di Sapienza University of Rome, Italia.

Dalam wawancara melalui WhatsApp pada 29-05-2022, Ika mengungkapkan bahwa keberhasilannya menjadi awardee IISMA 2022 ini merupakan sebuah hadiah darinya untuk dirinya sendiri karena pengumuman yang hanya berjarak beberapa hari sebelum ulang tahunnya. Hal tersebut jadi makin terasa spesial karena Ika melalui tahapan proses seleksi di tengah hectic-nya akhir semester tiga dan awal semester empat.

“Saat melihat laman dashboard IISMA bertuliskan “You have been selected …” rasanya semua lelah dan keribetan yang dialami terbayar tuntas. Benar-benar hadiah terindah,” papar Ika.

Ketika ditanya tentang alasannya memilih Sapienza University of Rome sebagai universitas tujuan, Ika menuturkan bahwa dirinya memang sudah bermimpi untuk bisa pergi ke Italia. Sebagai salah satu pusat peradaban, Italia memiliki banyak peninggalan budaya yang menawarkan segudang cerita menarik untuk dikulik. Selain itu, Ika juga mengaku terpikat dengan keindahan kota tersebut dari foto-foto yang ia lihat di internet.

Untuk persiapan menghadapi proses seleksi, Ika giat mengikuti pembekalan yang disediakan oleh kampus mulai dari persiapan tes kecakapan bahasa Inggris, latihan interview, bedah Curriculum Vitae (CV), hingga sharing pengalaman dengan awardee IISMA 2021. Ia juga rutin mengerjakan ujian simulasi Duolingo English Test (DET) dan menghabiskan banyak video latihan tes di YouTube. “Jika ada webinar sharing pengalaman dengan awardee tahun lalu, sebisa mungkin saya hadir dan mencatat poin-poin penting yang disampaikan,” tambah Ika.

Terkait kendala yang dihadapi selama proses seleksi, Ika menuturkan bahwa salah satu yang dihadapinya adalah banyak informasi dan tanggal agenda penting yang dikeluarkan secara mendadak. Sementara itu, respons informasi tambahan dari pihak IISMA sendiri saat itu tidak secepat yang peserta harapkan. Alhasil, Ika dan awardee lain hanya bisa menunggu cemas sambil melanjutkan persiapan tahap selanjutnya.

Kini, Ika sedang bersiap untuk keberangkatannya ke Roma yang kemungkinan dijadwalkan pada akhir Agustus atau awal September 2022. Pembelajaran di Sapienza University of Rome akan dimulai pada bulan September 2022‒Februari 2023. Di sana ia akan mempelajari beberapa courses seperti Global Humanities: Critical Theories and Transnational Cultures, Roman History, Gender Economics, dan Artificial Intelligence, Family Law, Environmental Law.

Terakhir, Ika berharap dirinya bisa terus berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang haus akan eksplorasi pengalaman, membanggakan orang-orang tersayang, dan menjaga nama baik instansi serta bangsa selama berada di sana. “Saya juga berharap semoga bisa membawa banyak manfaat untuk kemajuan Indonesia, UAD dan FAST, orang-orang di sekitar, serta tentunya diri sendiri,” pungkas Ika. (tsa)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Maulidya-Ika-Fahrani-Mahasiswa-UAD-Awardee-IISMA-2022-Foto-Ika.jpg 761 715 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-06 13:14:592022-06-06 13:27:07Maulidya Ika, Berjalan Menuju Roma
Page 39 of 67«‹3738394041›»

TERKINI

  • Kolaborasi KKN UAD dan Warga Ngestiharjo: Seminggu Penuh Kreasi, Edukasi, dan Kebersamaan30/06/2025
  • Mengungkap Kriminalitas Lewat Sains: Kuliah Umum Forensik Molekuler bersama Puslabfor POLRI30/06/2025
  • Sinergi Mahasiswa KKN UAD Alternatif ke-97 dan KWT Krapyak Kulon Tanam Tanaman Herbal30/06/2025
  • Mahasiswa KKN UAD dan Warga Kalipucang Berkolaborasi Kelola Sampah Organik30/06/2025
  • Sivitas Akademika UAD Dukung Peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal30/06/2025

PRESTASI

  • Tapak Suci UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Bhayu Manunggal Championship 202530/06/2025
  • Mahasiswa UAD Torehkan Prestasi di Kejuaraan Nasional UPI Karate Cup V 202526/06/2025
  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara 3 Lomba Artikel Ilmiah Nasional25/06/2025
  • Mahasiswa UAD Juara 2 Lomba Fotografi dengan Karya Bertema Edukasi Islami24/06/2025
  • Ahmad Syaiful Hadi Raih Juara 1 Baca Puisi di Festival Kenduri Sastra #420/06/2025

FEATURE

  • Menyemai Sila Pertama, Menuai Takwa30/06/2025
  • Krisis Identitas di Kalangan Mahasiswa, Kamu Salah Satunya?30/06/2025
  • Penyampaian materi tentang Digital Public Health oleh Kepala BKPK Kemenkes RI dalam kuliah pakar Prodi Magister Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)Digital Public Health Competencies30/06/2025
  • Mendidik Anak Tak Semudah Memindahkan Air28/06/2025
  • Apakah AI Dapat Dimintai Pertanggungjawaban jika Menyebarkan Disinformasi dan Deepfake?28/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top