Dislitbang TNI AD dan CIRNOV UAD Buat Rudal Anti Pesawat Terbang
Mulai tahun anggaran 2018, Dislitbang TNI AD bekerja sama dengan pusat riset Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam membuat dan mengembangakan rudal kaliber 70 yang mampu menghantam sasaran seperti pesawat, drone, dan sejenisnya dengan kecepatan yang tinggi.
Pembuatan rudal yang dapat mengejar sasaran di udara sudah dilakukan oleh tim CIRNOV UAD mulai tahun 2016 dan telah berhasil diujitembakkan tiap tahunnya untuk penyempurnaan. Pengembangan rudal ini mendapat dukungan dari PT PINDAD, juga dari Pustekbang LAPAN untuk uji aerodinamik dan telemetri sebagai implementasi perjanjian kerja sama yang telah ada.
Prof. Hariyadi, Kepala CIRNOV mengungkapkan, uji tembak rudal produk lokal tersebut merupakan rudal kaliber 70 dengan kecepatan tinggi yang pertama kali dibuat anak bangsa Indonesia. Selama ini uji tembak banyak dilakukan untuk roket-roket balistik dalam negeri yang tidak mengejar sasaran. Kandungan lokal pembuatan rudal sangat tinggi yaitu > 70% baik dari pembuatan komponen sistem kendali, seeker pencari sasaran, termasuk pembuatan propelan roket pendorong.
“Pembuatan teknologi rudal sangat kompleks dan penuh proteksi namun harus dilakukan mengingat sifat diteren dari alutsista tersebut yang menjadikan negara lain berusaha menghalang-halangi serta menggagalkannya dengan segala cara,” jelasnya.
Ia menambahkan, banyak negara luar yang menjual berbagai produk rudal namun kenyataannya tidak akan diperoleh alih teknologi (transfer of technology) meskipun pembeli harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Selain itu banyak program-program riset yang mengarah ke pembuatan rudal namun susah berhasil karena tidak didasari semangat untuk melakukan misi yang benar demi terwujudnya teknologi tersebut. Fenomena tersebut yang menjadikan Dislitbang TNI AD melakukan langkah taktis yang militan, bekerja sama secara riil dengan menggandeng CIRNOV UAD sebagai konsultan.
Rudal yang sedang dibuat oleh Dislitbang TNI AD merupakan rudal jenis anti pesawat terbang dengan kategori jarak dekat (short range) hingga jangkauan 4.000 meter dengan teknologi menembak sasaran tanpa harus memandunya (fire and forget) sekelas rudal panggul anti pesawat buatan Rusia (Strela), USA (Stinger), dan Tiongkok (QW).
“Teknologi ini memungkinkan bagian seeker (pencari sasaran) rudal akan mengunci sasaran yang telah dibidik secara akurat menggunakan deteksi pancaran sinar infra merah yang dihasilkan dari sasaran seperti pesawat terbang, helikopter kemudian bersama dengan sub sistem kendali akan melakukan manuver gerakan untuk mencapai sasaran,” tandas Hariyadi.
Oleh karenanya, diperlukan penguasaan ilmu fisika optik dan material yang memadai untuk dapat menguasai teknologi seeker jenis ini. Sistem kendali rudal yang bergerak sangat cepat melebihi kecepatan suara dalam mengejar pesawat tempur tidak mudah dibuat mengingat banyak hal yang harus dikuasai.
Hal yang harus dikuasai di antaranya aspek kestabilan rudal selama terbang dalam kondisi ekstrem, tekanan udara yang besar, berat rudal yang berubah seiring dengan pembakaran bahan roket pendorong, juga respons seeker yang harus cepat. Untuk itu, diperlukan kemampuan penguasaan teknologi yang sangat berbeda dengan teknologi kendali pada robot yang bergerak relatif lambat sebagaimana yang selama ini biasa kita lihat di banyak kontes-kontes robot.
Sebagai salah satu tahapan proses pembuatan rudal, telah dilakukan uji karakteristik bahan propelan roket yang dilakukan di Lapangan Tembak, Laboratorium Disltibang TNI AD, Batujajar, Bandung, Jawa Barat pada 20 Juli 2018. Uji ini sangat penting untuk dapat mengetahui performansi roket pendorong yang harus disesuaikan dengan sistem kendali rudal yang di dalamnya ada bagian seeker, sirip, stabiliser, dan lainnya.
Kegiatan uji tersebut dihadiri oleh pejabat Dislitbang TNI AD yaitu Kasubdisiptek (Kol. Cba. Hermanto), Ka Lab (Kol. Cpl. Simon P.K), Kabagjitek (Letkol. Inf. Edi Sujarwoko), Kasublab Uji (Letkol. Czi. Chaerul Harahap), Kasublab Rekayasa (Letkol. Chb. Sukamto), tim dari Politeknik Kodiklat TNI AD dan Tim konsultan dari CIRNOV UAD yang diketuai oleh Prof. Hariyadi.
Kegiatan uji menggunakan fasilitas lab yang ada di Batujajar merupakan instruksi konsep dari Kadislitbang TNI AD Brigjen TNI D. Doetoyo, S.E., M.M. agar lab yang ada dapat difungsikan sebagai ujung tombak pengembangan riset-riset pertahanan dan keamanan. Dengan optimalisasi dan pengembangan lab yang ada maka akan dapat diperoleh berbagai inovasi produk teknologi khususnya alutsista yang dibutuhkan oleh TNI sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan negara.
“Ke depan, pihak Dislitbang TNI AD dan CIRNOV UAD telah memiliki rencana besar agar beberapa tahun lagi akan ada produk rudal anti pesawat terbang yang dibuat bangsa Indonesia secara mandiri yang mudah dioperasikan, relatif murah, anti embargo, sesuai postur TNI yang akan dapat memperkuat sistem pertahanan sehingga mampu menunjukkan dominasi yang kuat bangsa Indonesia di kancah regional dan internasional dalam melindungi kepentingan rakyatnya secara bermartabat,” pungkas Hariyadi. (doc)