• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Muliakan Wanita (!)

26/12/2012/0 Comments/in Terkini /by Super News

Dedi-Pramono

Oleh Dedi Pramono

Dosen Universitas Ahmad Dahlan

(Harian Jogja, 22 Desember 2012)


Nurani kita kembali terkoyak. Seorang pejabat dari sebuah daerah yang terkenal sebagai “kota santri” telah memperlakukan wanita bagai bagai “benda” yang bisa dicampakkan kapan saja. Sebenarnya kasus tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan agama, hanya istilah ‘nikah sirri’ seakan merupakan ikon keislaman, maka Islam sebagai tertuduh. Apalagi saat sang pejabat dikonfrontasikan dengan para pakar di depan jutaan pemirsa televisi dengan gaya innosence berkata, ” siap bertanggung jawab dunia akhirat”.

Hanya pada berita terakhir terungkap, oknum tersebut nikah sirri bukan hanya sekali, namun telah berkali-kali. Kemudian kita pun diberi tahu bahwa tujuan pernikahan dari kedua belah pihak demi memburu duniawiah semata. Bahwa ada pernyataan “sang kepercayaan” tidak ingin tuannya berzina, sehingga dilakukanlah pernikahan-pernikahan tersebut. Ini jelas sebuah alasan praktis yang sekan-akan agamis.

Kita jadi teringat pada kondisi nasib wanita dalam sejarah. Pada zaman Romawi wanita sebagai barang dagangan, bapak atau suami bisa menjual anak atau istrinya. Di Arab, pada zaman jahiliyah, seorang istri bisa diwariskan kepada anaknya. Mereka tidak mempunyai hak waris dan memiliki harta benda. Lebih sadis, jika lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup (An-Nahl : 59) .

Para raja zaman dulu pun mempersunting wanita sampai ratusan bahkan mungkin ribuan. Mereka tidak ubahnya sebagai peliharaan yang nasibnya ditentukan sang tuan. Nah, kita khawatir sang oknum merasa diri juga berhak berperilaku seperti para raja jahiliyah tersebut.

Sebagai agama yang menjunjung kemanusiaan Islam lahir justeru memperbaiki perilaku manusia jahiliyah terhadap wanita.

Coba kita tengok dasar perlakuan kepada wanita dalam An-Nisa (4) : 19. Dalam ayat tersebut Allah swt melarang wanita dijadikan sebagai warisan. Tuhan melarangan menyusahkan wanita dan mengambil paksa yang telah mereka terima. Sekaligus Tuhan meminta agar wanita diperlakukan dengan santun. Bahkan jika tidak menyukai mereka, maka sang pria diminta bersabar untuk memperoleh kebajikan yang besar. Dari satu ayat ini saja Islam sama sekali tidak mentolelir adanya perlakuan kasar. baik secara fisik maupun psikis kepada wanita.

Sebagai muslim, yang seharusnya menjadi panutan adalah , Muhammad saw. Beliau bersabda “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada wanita” (HR Muslim). Lebih tegas beliau berujar, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya’ dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya” (HR Tirmidzi). Perlakuan yang baik Rosulullah bukan hanya diperintahkan bagi ummat beliau, tapi juga dicontohkan.

Dalam suatu riwayat Rosulullah datang ke rumah agak malam. Beliau mencoba mengetuk pintu dan memanggil istrinya dengan suara lembut. Setelah tiga kali tak ada sahutan, beliau pun tidur di luar pintu rumah. Esok paginya saat sang istri mengetahui, justeru Rosulullah yang segera minta maaf atas keterlambatan kehadirannya. Sungguh betapa santunnya Rosulullah kepada sang istri.

Tuhan memaparkan bahwa kehadiran wanita adalah karunia (QS Ar Rum (30): 21). Wanita adalah makhluk yang mampu menghadirkan ketenteraman. Juga mampu menumbuhkembangkan kasih sayang manusia beda jenis. Selanjutnya, wanita mampu memberikan keturunan yang akan mengembangkan kehidupan kemanusiaan. Sekaligus sebagai pendorong pencarian rizki yang tersebar di seluruh muka bumi (An-Nahl : 72).

Dengan demikian, saat kita menentukan seseorang menjadi istri, alangkah dzalimnya jika sekedar dalam perhitungan wujud ragawi semata. Namun hendaknya patut memposisikannya sebagai seseorang yang akan mampu menenteramkan dalam mahligai keluarga, mampu menumbuhsuburkan kenikmatan saling mencintai, sekaligus saling mendukung meraih kebahagiaan dunia-akhirat.

Maka, jika ada pria memperlakukan wanita (istri), secara tidak senonoh akibat egoisitas diri, berarti dia telah melanggar perintah Tuhan. Andai kemudian si pria berapologi perilakunya itu diperbolehkan agama, berarti dia telah menantang Tuhan: Sungguh adzab Allah itu amat pedih. Naudzubillah min dzalik.

Dedi-Pramono

Oleh Dedi Pramono

Dosen Universitas Ahmad Dahlan

(Harian Jogja, 22 Desember 2012)


Nurani kita kembali terkoyak. Seorang pejabat dari sebuah daerah yang terkenal sebagai “kota santri” telah memperlakukan wanita bagai bagai “benda” yang bisa dicampakkan kapan saja. Sebenarnya kasus tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan agama, hanya istilah ‘nikah sirri’ seakan merupakan ikon keislaman, maka Islam sebagai tertuduh. Apalagi saat sang pejabat dikonfrontasikan dengan para pakar di depan jutaan pemirsa televisi dengan gaya innosence berkata, ” siap bertanggung jawab dunia akhirat”.

Hanya pada berita terakhir terungkap, oknum tersebut nikah sirri bukan hanya sekali, namun telah berkali-kali. Kemudian kita pun diberi tahu bahwa tujuan pernikahan dari kedua belah pihak demi memburu duniawiah semata. Bahwa ada pernyataan “sang kepercayaan” tidak ingin tuannya berzina, sehingga dilakukanlah pernikahan-pernikahan tersebut. Ini jelas sebuah alasan praktis yang sekan-akan agamis.

Kita jadi teringat pada kondisi nasib wanita dalam sejarah. Pada zaman Romawi wanita sebagai barang dagangan, bapak atau suami bisa menjual anak atau istrinya. Di Arab, pada zaman jahiliyah, seorang istri bisa diwariskan kepada anaknya. Mereka tidak mempunyai hak waris dan memiliki harta benda. Lebih sadis, jika lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup (An-Nahl : 59) .

Para raja zaman dulu pun mempersunting wanita sampai ratusan bahkan mungkin ribuan. Mereka tidak ubahnya sebagai peliharaan yang nasibnya ditentukan sang tuan. Nah, kita khawatir sang oknum merasa diri juga berhak berperilaku seperti para raja jahiliyah tersebut.

Sebagai agama yang menjunjung kemanusiaan Islam lahir justeru memperbaiki perilaku manusia jahiliyah terhadap wanita.

Coba kita tengok dasar perlakuan kepada wanita dalam An-Nisa (4) : 19. Dalam ayat tersebut Allah swt melarang wanita dijadikan sebagai warisan. Tuhan melarangan menyusahkan wanita dan mengambil paksa yang telah mereka terima. Sekaligus Tuhan meminta agar wanita diperlakukan dengan santun. Bahkan jika tidak menyukai mereka, maka sang pria diminta bersabar untuk memperoleh kebajikan yang besar. Dari satu ayat ini saja Islam sama sekali tidak mentolelir adanya perlakuan kasar. baik secara fisik maupun psikis kepada wanita.

Sebagai muslim, yang seharusnya menjadi panutan adalah , Muhammad saw. Beliau bersabda “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada wanita” (HR Muslim). Lebih tegas beliau berujar, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya’ dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya” (HR Tirmidzi). Perlakuan yang baik Rosulullah bukan hanya diperintahkan bagi ummat beliau, tapi juga dicontohkan.

Dalam suatu riwayat Rosulullah datang ke rumah agak malam. Beliau mencoba mengetuk pintu dan memanggil istrinya dengan suara lembut. Setelah tiga kali tak ada sahutan, beliau pun tidur di luar pintu rumah. Esok paginya saat sang istri mengetahui, justeru Rosulullah yang segera minta maaf atas keterlambatan kehadirannya. Sungguh betapa santunnya Rosulullah kepada sang istri.

Tuhan memaparkan bahwa kehadiran wanita adalah karunia (QS Ar Rum (30): 21). Wanita adalah makhluk yang mampu menghadirkan ketenteraman. Juga mampu menumbuhkembangkan kasih sayang manusia beda jenis. Selanjutnya, wanita mampu memberikan keturunan yang akan mengembangkan kehidupan kemanusiaan. Sekaligus sebagai pendorong pencarian rizki yang tersebar di seluruh muka bumi (An-Nahl : 72).

Dengan demikian, saat kita menentukan seseorang menjadi istri, alangkah dzalimnya jika sekedar dalam perhitungan wujud ragawi semata. Namun hendaknya patut memposisikannya sebagai seseorang yang akan mampu menenteramkan dalam mahligai keluarga, mampu menumbuhsuburkan kenikmatan saling mencintai, sekaligus saling mendukung meraih kebahagiaan dunia-akhirat.

Maka, jika ada pria memperlakukan wanita (istri), secara tidak senonoh akibat egoisitas diri, berarti dia telah melanggar perintah Tuhan. Andai kemudian si pria berapologi perilakunya itu diperbolehkan agama, berarti dia telah menantang Tuhan: Sungguh adzab Allah itu amat pedih. Naudzubillah min dzalik.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2012-12-26 07:31:062012-12-26 07:31:06Muliakan Wanita (!)
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

TERKINI

  • Isu Lingkungan, Keadilan Gender, dan Peran Mahasiswa dalam Advokasi Ekologis05/07/2025
  • Mahasiswa KKN UAD Ajak Warga Kasihan Bantul Tingkatkan Kesadaran Pemilahan Sampah05/07/2025
  • BEM FH UAD Adakan Pelatihan Public Speaking05/07/2025
  • Gagas UMKM Mandiri, KKN UAD Gelar Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci Piring05/07/2025
  • UAD Selenggarakan Workshop Literasi Budaya Batik Indonesia melalui Teknologi AI di Korea Selatan05/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Bronze Medal dan Best Poster di Kompetisi Nasional Business Plan05/07/2025
  • Mahasiswa Gizi UAD Raih Juara I Lomba Poster Contest 2025 Tingkat Nasional05/07/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II dan The Golden Quill di National Creathink Festival 202505/07/2025
  • I-WASLABOT: Inovasi Mahasiswa UAD Raih Juara di PIKIR 202504/07/2025
  • Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD Raih Juara II dalam BE-FEST 202503/07/2025

FEATURE

  • Kepribadian dan Metode Pendidikan Nabi05/07/2025
  • Belajar ONMIPA dari Ahlinya04/07/2025
  • Kunci Mendapatkan Kebahagiaan Hidup04/07/2025
  • Memperteguh Jati Diri Mahasiswa03/07/2025
  • Strategi Advokasi dalam Melahirkan Solusi atas Permasalahan Hukum di Masyarakat03/07/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top