• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Pembunuhan Karakter Anak oleh Orang Tua dan Guru yang Jarang Disadari

02/10/2013/0 Comments/in Terkini /by Super News

Dra. Alif Muarifah., S.Psi., M.Si

Dosen Universitas Ahmad Dahlan

Setiap anak yang lahir di dunia merupakan amanah yang dibekali dengan berbagai potensi hebat berupa kepekaan, kecerdasan, penglihatan serta pendengaran yang luar biasa bagusnya. Jika sejak dini sampai masa anak-anak berlangsung disadari dan dikembangkan  dengan cara yang kondusif, akan terbentuk anak hebat yang sangat mengagumkan.  Namun pada kenyataannya, banyak orang tua dan guru tidak memahami akan potensi tersebut sehingga dalam proses  belajarnya salah dan menyimpang.

Jika kita melihat pendidikan yang berlangsung di Negara yang telah maju dan sadar terhadap potensi besar tersebut, maka anak merupakan asset yang harus diperhatikan dan dibina se awal mungkin dalam proses pembelajarannya, sehingga ia menjadi pribadi yang mandiri, cerdas serta bercharacter. Kesadaran orang tua dalam pendidikan, peran guru dalam pembelajaran, system pemerintahan yang mendukung  serta keikutsertaan masyarakat mempunyai andil besar untuk mewujudkan impian tersebut. Seringkali beberapa aspek tersebut tidak konsisten dalam menjalankan tanggungjawab  atau malah saling bertolak belakang.

Manusia adalah makhluk edukandum yang mampu dididik dan diarahkan serta dikembangkan melebihi kehebatan computer secanggih apapun. Sebab otak manusia merupakan organ yang membantu untuk berfikir serta menyimpan berbagai informasi yang didapatkan melalui semua indera dan disimpan dalam memory dengan daya simpan yang basa bertahan  lama bahkan seumur hidupnya.  Diantara  masa bayi sampai pada kisaran 10 tahun, sel otak pada anak memiliki fleksibilitas yang tinggi, sehingga dengan bermain dengan suasana yang menyenangkan dapat mengembangkan imaginasi serta kreativitas yang begitu tinggi. Sebab bagi anak, bermain merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan sehingga banyak kegiatan belajar yang dilakukan dalam suasana tersebut mampu merubah kejenuhan dan kebisanan anak sehingga menumbuhkan semangat kembali. Selain dapat  dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak, dengan bermain yang menyenangkan  dapat dipakai untuk melatih daya konsentrasi anak sehingga ia dapat terfokus terhadap kegiatan tertentu. Konsentrasi merupakan sesuatu yang esensi dalam kehidupan, terutama bagi anak yang akan memasuki dunia sekolah sehingga ia lebih siap untuk mendapatkan materi yang lebih meningkat dari jenjang sebelumnya. Melalui bermain anak akan belajar mendapatkan pengalaman, 30 % dari apa yang didengar, 40 dari yang dilihat, 60 % dari yang dilakukan dan 90 % dari yang dilihat, didengar dan dilakukan.

Anak akan melakukan hal-hal  sesuai dengan apa yang di lihat dan dicontohkannya, sehingga jika diberikan  pelatihan secara continue dan berulang  dapat  menimbulkan habit akan berpengaruh terhadap perkembangan kognisi selanjutnya, yakni memperkuat relasi antar neuron kemampuan akademik yang memiliki keguanaan pada perkembangan di masa yang akan datang. Sebab pada usia dini otak anak belum terisi oleh banyaknya persoalan hidup sehingga daya kemampuan untuk menangkap informasi serta daya simpan dalam memory begitu tajam. Banyaknya latihan bicara yang diberikan akan memperkuat keterampilan berbahasa. Anak yang dilatih dengan kelembutan, kesungguhan, kedisiplinan memiliki pengaruh dalam perkembangan social, kognisi serta keperibadian.  Belajar harus berfokus pada kontektual, bukan tekstual, sehingga mengajarkan kepada anak harus  konsisten dan penuh kesungguhan sehingga akan menumbuhkan character yang kuat.  

 

Namun kenyataan banyak yang didapati anak dalam proses belajar tidak semulus harapnnya, banyak dari mereka mendapatkan perlakuan yang tidak layak dengan berbagai pembunuhan character yakni pemunculan kalimat negative, kelemahan serta kekurangan yang dimiliki anak. Sejak dulu, manusia seringkali dipandang sebagai makhluk yang bermasalah. Lebih-lebih aliran behavioristik yang memandang manusia sebagai sesuatu mekanik yang penuh dengan berbagai masalah. Juga pandangan aliran klasik psikoanalisis yang selalu  melihat kenangan masa lalu sebagai penyebab penderitaan yang ada saat ini. Mereka lebih banyak mengedepankan  kekurangan dibandingkan dengan kelebihan yang ada pada manusia Sehingga pembelajaran yang seringkali dilakukan kebanyakan berorientasi kepada pandangan-pandangan yang dapat merusak bahkan membunuh character atau potensi alamiah yang diberikan oleh Tuhan dengan berjuta kebaikan.

Pada  kenyatannya  setiap anak manusia selalu mendambakan kebahagiaan serta  terbebas dari masalah yang menghimpitnya. Mereka memiliki keinginan untuk dihargai, disanjung, dikasihsayangi, dimiliki, humor, optimism  serta dimunculkan nilai-nilai kebaikan  lainnya sehingga menjadikannya berarti dan bermakna. Mengedepankan nilai positif tidak hanya bermanfaat untuk meningkat kemampuan serta mengembangkan kreativitas anak, melainkan juga dapat digunakan untuk menyembuhkan stress dan gangguan mental lainnya. Sebab pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak; pengobatan juga berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” (Seligman). Untuk membangun character maka lebih berfokus pada kelebihan manusia bukan pathogenesis. Pathogenisis akan membuat manusia semkin terpuruk dan jauh dari potensi dasar yang sebenarnya. Sebagai orangtua, guru serta anggota masyarakat kita dapat memahami mengapa hal-hal yang positif  susah dikembangkan atau sering diabaikan? Sebab emosi negatif lebih memiliki efek serta pengaruh yang kuat terhadap perasaan nyaman yang subyektif dalam beradaptasi dibandingkan emosi positif. Kesedihan, penderitaan, sakit hati lebih berkesan dibanding rasa bahagia. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli didapatkan bahwa  marah adalah emosi yang dipelajari, yang dapat  menurunkan ketegangan serta menimbulkan kepuasan, sehingga ada kecenderungan untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman. Padahal jika dianalisis secara mendalam atas dampak yang dilakukan sangatlah tinggi, baik ditinjau dari aspek fisik maupun psikologis.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2013-10-02 03:37:392013-10-02 03:37:39Pembunuhan Karakter Anak oleh Orang Tua dan Guru yang Jarang Disadari
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

TERKINI

  • UAD Gelar FiTalks 2025: Kupas Tuntas Peluang dan Ancaman Era Kecerdasan Buatan (AI)12/07/2025
  • UAD Selenggarakan Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) untuk Guru SD dan SMP DIY12/07/2025
  • BIMAWA UAD Gelar Penerjunan dan Pembekalan Tim PPKO dan PKM11/07/2025
  • Prodi Ilmu Komunikasi 2022 Gelar Talkshow “Internship Insight”, Bahas Dunia Magang dan Karier PR11/07/2025
  • IMM PBII UAD Terima Kunjungan Studi Banding dari IMM FPB UMY11/07/2025

PRESTASI

  • UKM Karate UAD Borong Medali di Ajang Nasional12/07/2025
  • Langkah Berani Arya Eka Putra: Dari Keraguan Menjadi Juara I Pilmapres LLDikti V10/07/2025
  • Irgiawan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD Raih Juara II Nasional di Ajang SILAT APIK-PTMA 202510/07/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Bronze Medal dan Best Poster di Kompetisi Nasional Business Plan05/07/2025
  • Mahasiswa Gizi UAD Raih Juara I Lomba Poster Contest 2025 Tingkat Nasional05/07/2025

FEATURE

  • Al-Qur’an sebagai Pedoman dalam Kehidupan11/07/2025
  • Terapi Kesehatan Mental Menurut Al-Qur’an dan as-Sunnah10/07/2025
  • Teman Sebaya Bukan Cuma Pendengar: Look, Listen, Link10/07/2025
  • Apa Kabar Kesehatan Mental Mahasiswa?09/07/2025
  • Kepribadian dan Metode Pendidikan Nabi05/07/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top