Seminar Kesehatan Nasional yang diselenggarakan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)
Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) menghadirkan Dr. Ariyanto Nugroho, S.K.M., M.Sc. selaku Ketua Pengurus Daerah Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pembicara utama dalam kegiatan Seminar Kesehatan Nasional di Amphitarium Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 15 Maret 2023. Pengurus Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) ini aktif mengawal berbagai isu kesehatan masyarakat termasuk transformasi layanan kesehatan.
“Transformasi layanan kesehatan nasional ini menjadi hal yang cukup penting. Suatu keberkahan bagi Indonesia karena dipercaya menjadi tuan rumah dalam pertemuan G20 di Bali, Lombok, dan Yogyakarta tempo hari. Kegiatan ini diikuti oleh 19 negara dan Uni Eropa sehingga mampu mewakili sekitar 60% penduduk dunia. Guna mencapai kesehatan semesta yang disepakati dalam G20, maka Indonesia harus segera melakukan transformasi,” terang Ari.
Transformasi Layanan Primer
Transformasi layanan primer menjadi pilar pertama dalam transformasi layanan kesehatan nasional yang berfokus pada preventif dan promotif. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki skrining kesehatan dan meningkatkan kapasitas layanan primer melalui edukasi kesehatan, pencegahan primer, pencegahan sekunder, serta revitalisasi layanan kesehatan pada Puskesmas, Posyandu, maupun kunjungan rumah.
“Keberadaan Puskesmas dan Posyandu menjadi ujung tombak transformasi layanan primer karena kader-kadernya langsung bersinggungan dengan masyarakat. Hingga saat ini, sudah ada beberapa hal yang berhasil dicapai oleh Kemenkes RI yaitu revitalisasi 300.000 Posyandu di Indonesia, penambahan 3 jenis vaksin untuk imunisasi rutin (HPV, PCV, rotavirus), dan skrining 14 penyakit prioritas penyebab kematian tertinggi di setiap sasaran usia. Selain itu juga peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui aksi bergizi, ibu hamil sehat, Posyandu aktif, jambore kader, dan cegah stunting itu penting,” ujar Ari.
Transformasi Layanan Rujukan
Transformasi layanan rujukan menekankan pada peningkatan kualitas dan pemerataan layanan kesehatan di wilayah pelosok Indonesia. Dalam realisasinya, transformasi ini dilakukan melalui pembangunan rumah sakit di kawasan timur Indonesia, melakukan jejaring dengan 6 layanan unggulan, dan melakukan kemitraan dengan World’s Top Healthcare Centers. Kemenkes RI telah melakukan berbagai upaya dengan pemerataan layanan rujukan melalui optimalisasi jejaring rumah sakit (RS) nasional untuk penyakit prioritas (jantung, strok, kanker, ginjal, kesehatan ibu dan anak), minimal terdapat 1 RS tingkat paripurna/purnama di setiap provinsi dan 1 RS tingkat madya di setiap kabupaten, pemberian subsidi dana untuk memenuhi alat kesehatan di 150 RSUD dan 25 RSUP. Dilakukan pula penandatanganan kesepakatan kerja sama oleh 24 gubernur di Indonesia, serta pendampingan tindakan intervensi dan bedah di 37 RS terhadap penanganan jantung dan 5 RS untuk penanganan strok.
Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan
Transformasi sistem kesehatan memegang peran penting untuk mempertahankan sistem kesehatan yang baik di tengah ancaman kesehatan global.
“Pilar ini berfokus pada bagaimana cara memproduksi vaksin dan obat di dalam negeri sehingga nanti bisa terdistribusi dengan cepat kepada masyarakat. Selain itu, persiapan jejaring dalam rangka mencegah maupun menangani kondisi gawat darurat juga diperlukan, misalnya dengan melibatkan kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengadakan tenaga kesehatan cadangan atau relawan,” lanjut Ari.
Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan
Transformasi sistem pembiayaan kesehatan berfokus pada kemudahan dan kesetaraan akses layanan kesehatan, terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Pada regulasi pembiayaan kesehatan, terdapat 3 tujuan yang ingin dicapai dengan memastikan ketersediaan, memastikan kecukupan dan berkelanjutan serta teralokasi dengan adil, dan memastikan pemanfaatan yang efektif serta efisien.
“Sistem pembiayaan di Indonesia terus diperbaiki, mulai dari yang sifatnya formalitas karena adanya aturan tertulis, lama-lama jadi lebih tertata. Hingga kini, BPJS masih menjadi asuransi sosial utama yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk mendukung efisiensi, jangan sampai ada penyalahgunaan BPJS. Jika diagnosisnya tepat, maka tindakan yang dilakukan tim medis akan tepat, begitu pun dengan biaya yang dikeluarkan sehingga semua berjalan sesuai prosedur standar operasional,” terang Ari.
Transformasi SDM Kesehatan
Pada pilar kelima, transformasi sumber daya manusia (SDM) kesehatan dititikberatkan oleh pemerataan distribusi tenaga kesehatan di seluruh pelosok tanah air Indonesia, termasuk di daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan. Dalam realisasinya, pemerintah akan melakukan penambahan kuota mahasiswa, beasiswa dalam dan luar negeri, dan memberi kemudahan akses bagi tenaga kesehatan lulusan luar negeri.
Ari menyampaikan bahwa transformasi SDM kesehatan ini juga didukung oleh pendidikan, di mana nantinya ada pengembangan kurikulum seperti MBKM atau Merdeka Belajar Kampus Merdeka, research kedaireka/matching fund, dan kuantitas SDM yang terus ditingkatkan.
Transformasi Teknologi Kesehatan
Transformasi teknologi kesehatan memiliki peran dalam pemanfaatan teknologi informasi dan bioteknologi yang berada di sektor kesehatan. Kini, sudah banyak aplikasi digital yang tersebar di masyarakat, tinggal bagaimana aplikasi tersebut diintegrasikan untuk mendukung sistem kesehatan nasional. Sebuah pesan menohok disampaikan oleh Ariyanto. “Mau tidak mau, masyarakat harus menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 sehingga harus memiliki persiapan yang matang. Teknologi itu ibarat pisau, kalau ada di tangan koki bisa menciptakan masakan yang enak, tetapi kalau ada di tangan orang jahat maka akan digunakan untuk membunuh, merampok, dan sebagainya,” (ish).
uad.ac.id