Mahasiswa Produktif di Era Merdeka Belajar
Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada tahun 2020, sebanyak 64,8 persen dari 4.010 orang mengalami masalah psikologis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari jumlah tersebut, paling banyak dialami oleh orang-orang dengan rentang usia 18‒29 tahun, yang pada usia-usia ini merupakan masa produktif dan di dalamnya terdapat satu nama yang tidak boleh tertinggal yaitu mahasiswa.
Pada Senin, 14 Maret 2022, Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan kuliah umum dengan tema serupa yaitu “Mahasiswa Produktif di Era Merdeka Belajar”. Acara disiarkan secara daring melalui Zoom Meeting dan kanal YouTube UAD dengan pembicara Dr. Dody Hartanto, M.Pd. selaku Wakil Dekan FKIP UAD.
Mengacu pada riset yang telah disebutkan, Dody kemudian menjelaskan bahwa jika kita memilih untuk melanjutkan studi (S2) tetapi tidak terencana dan tidak memiliki orientasi produktivitas, maka kita hanya akan terjebak pada lima lingkaran masalah yaitu kurang jam tidur, kekurangan me time dan family time, kebingungan membagi waktu antara pekerjaan dan kuliah, banyak tugas di kampus, serta lelah secara fisik. Hal ini akan berakibat pada lemahnya daya saing yang selanjutnya berhubungan dengan kurangnya motivasi, kreativitas, dan inovasi dalam membuat luaran. Bahkan menurut data dari World Economic Forum (WEF) tentang Global Competitiveness Report (GCR), pada tahun 2019 Indonesia menempati urutan ke-50 dunia dalam hal daya saing bangsa. Berbanding terbalik dengan Singapura yang berada pada posisi pertama dan membuatnya memiliki pendapatan per kapita yang tinggi.
Secara umum, terdapat tiga tantangan produktivitas yang dihadapi oleh mahasiswa Ph.D. Pertama adalah lack of focus, karena ada distraksi dari gawai dan media sosial, interupsi yang membuat tugas tidak segera tuntas, dan prokrastinasi untuk menunda pekerjaan. Kedua adalah uncomfortable emotions, terdiri atas tekanan yang berhubungan dengan waktu, takut dengan dosen, frustrasi karena nilai jelek, rasa bersalah telah menunda tugas, bosan karena stuck di bab tertentu, dan proses pengambilan keputusan. Tantangan ketiga yaitu task conflict, biasanya berhubungan dengan adanya prioritas lain seperti keluarga, proyek atau penelitian lain yang tidak berkaitan, dan tugas tesis yang sedang dikerjakan.
Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, berdasarkan Strategi dan Kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Mahasiswa 4.0, terdapat beberapa hal yang harus dikembangkan guna menciptakan mahasiswa yang produktif yaitu general education, literasi baru yang di dalamnya mencakup literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia; belajar sepanjang hayat; kemampuan kognitif; dan kegiatan kokurikuler serta ekstrakurikuler. Jika ingin lebih dimaksimalkan lagi, maka future skills yang wajib dimiliki oleh mahasiswa agar bisa survive yaitu keterampilan sosial dan kompetensi berinteraksi dengan berbagai budaya.
Terakhir, Dody menutup kuliah umum dengan beberapa kata-kata mutiara yang diklaimnya menjadi kunci dari produktivitas, yang pertama adalah “Orang sukses tidak santai, orang santai tidak sukses”. Kemudian ia melanjutkannya dengan “Jika tidak berkorban untuk impian, maka bersiaplah impianmu yang jadi korban”. (tsa)