Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr. H. Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S., pemateri Pengajian Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Humas UAD)
Kalau kita refleksi bulan Ramadan kemarin, terdapat perubahan yang luar biasa. Mulai dari cara berpakaian, masjid penuh jamaah, hingga mendengarkan lagu. Hal ini menandakan jika umat Islam memasuki bulan Ramadan dengan benar. Namun tidak sedikit, setelah bulan Ramadan berakhir semuanya hilang. Hal inilah yang sebenarnya tidak kita inginkan. Oleh karena itu, Rasulullah saw. bersabda, âBertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya Ia akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.â
Itu tadi yang diungkapkan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr. H. Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S., saat menyampaikan tausiah dalam Pengajian Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Selasa (10-05-2022) yang berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting, dan luring bertempat di Ruang Amphitheater Kampus IV UAD.
Menurutnya, orang bertakwa itu sebagaimana peribahasa âPelihara kaki sebelum melangkah, pelihara lidah sebelum berbicaraâ. Ia melanjutkan, âBersungguh-sungguh dalam menjalankan, dan kesungguhan dalam bertakwa sangatlah penting. Sebab tantangan hidup tidak makin ringan, tetapi makin berat.â
Selain itu, ia juga menjelaskan ciri orang takwa yang terkandung dalam Al-Qurâan surah Ali Imran ayat 134 yang artinya mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di jalan Allah, baik di waktu lapang yakni mempunyai kelebihan harta setelah kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit yaitu tidak memiliki kelebihan, dan orang-orang yang menahan amarahnya akibat faktor apa pun yang memancing kemarahan, juga memaafkan kesalahan orang lain.
âOrang mutakin itu ringan menolong, ia bersedekah dalam keadaan lapang maupun sempit. Dan untuk urusan sedekah itu, kunci utamanya bukan banyak atau sedikit tetapi pada keikhlasan,â papar Agus.
Masih melanjutkan penjelasan surah Ali Imran, ciri orang takwa itu tidak mudah marah. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa ketika seseorang memiliki emosi negatif termasuk marah, akan berpengaruh pada kesehatan kardiovaskuler, yakni suatu kondisi terdapat gangguan pada jantung dan pembuluh darah.
Lebih lanjut, hasil perbedaan dari penelitian orang yang mudah marah dengan yang tidak ia ungkapkan, âTernyata kebiasaan orang yang mudah marah itu memiliki kadar interleukin lebih tinggi, sederhananya proses kekakuan pembuluh darahnya lebih cepat. Oleh karenanya, mari kita upayakan agar tidak mudah marah karena itu berpengaruh pada kesehatan.â
Ciri selanjutnya Agus menjelaskan, dari perbuatan maksiat dan dosa yang pernah dilakukan, tutuplah dengan perbuatan baik. Mengutip salah satu firman Allah surah Ali Imran ayat 135, dijelaskan jika seseorang telanjur berbuat salah atau perbuatannya menzalimi diri sendiri, maka ia segera ingat Allah dan memohon ampun terhadap dosa-dosanya.
âSelanjutnya dikatakan bahwa seberapa besar dosa kita, ampunan Allah lebih luas dari itu. Jika sudah mendapat ampunan, ia seharusnya tidak akan mengulanginya. Maka setelah taubat, isinya berbuat baik dan baik,â tandasnya.
Terakhir, bersungguh-sungguh dalam bertakwa di mana, kapan, dan selalu berusaha berbuat baik. Pesan Rasululah saw. yang terakhir adalah bergaullah kalian bersama sesama manusia dengan akhlak yang baik. Seperti halnya yang pernah ditanyakan kepada Rasul, âApakah yang menjadikan seseorang mudah masuk surga selain takwa? Kemudian Rasul menjawab husnul khuluq, akhlak yang baik. Riwayat lain disebutkan bahwa sebaik-baik orang dalam beriman yaitu orang yang baik akhlaknya.
âSehingga selesai Ramadan, salah satunya tetap berakhlak baik,â tutup Agus. (guf)