Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Membangun Student Wellbeing
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional pada tahun 2022 yang kini tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, kurikulum ini digadang-gadang dapat memberikan keleluasaan kepada tenaga pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas sesuai kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Dalam implementasinya, penyusunan Kurikulum Merdeka melibatkan pemerintah daerah dan organisasi profesi guna memulihkan pembelajaran pascapandemi Covid-19.
Perguruan tinggi sebagai instansi pendidikan juga turut merasakan dampak dari perubahan kurikulum nasional. Guna masifikasi konsep dari perubahan tersebut, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LP2) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengupas tuntas implementasi Kurikulum Merdeka dalam kegiatan studium generale pada 10 Oktober 2023 secara daring melalui Zoom Meeting dan live streaming YouTube. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa baru S-2, S-3, dan profesi UAD tahun ajaran 2023–2024 dalam rangka membangun kesejahteraan siswa atau biasa disebut student wellbeing.
Dr. Dra. Sarjilah, M.Pd. yang merupakan Kepala Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya didapuk sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa implementasi student wellbeing dalam Kurikulum Merdeka dilakukan dengan beberapa cara.
“Pertama, terdapat penyederhanaan konten sehingga bisa berfokus pada materi esensial. Kedua, integrasi semua mata pelajaran dengan kompetensi dasar emosional sehingga tujuan pengembangan sosial kepribadian anak tercapai, bukan hanya transfer pengetahuan. Ketiga, penerapan pembelajaran berdefisiensi yakni anak bisa belajar sesuai dengan kesiapan, minat, dan kecenderungan gaya belajar. Terakhir, penerapan asesmen formatif awal (asesmen diagnostik, formatif proses, dan sumatif) dengan beragam bentuk dan guru diberikan kebebasan merancang jenis maupun bentuk penilaian sesuai karakteristik mata pelajaran,” ujarnya.
Ia melanjutkan, “Anak yang mau belajar yang akan diberi pelayanan. Melalui asesmen, kekurangan anak bisa diketahui dengan mudah dan terus diperbaiki selama proses belajar. Hal inilah yang menjadi ujung tombak kesejahteraan siswa sehingga dianggap sebagai roh dari implementasi Kurikulum Merdeka, sementara penguatan profil pelajar Pancasila (P5) menjadi tujuan dari pendidikan nasional,” terang Sarjilah. (ish)