• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Posts

Spiritualitas yang Terkoyak di Masyarakat Indonesia

02/04/2023/1 Comment/in Feature /by Ard

Kajian Tarawih Ramadan di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan pemateri Muhammad Aziz, S.T., M.Cs. (Foto: Siti Mawaddah)

“Apakah benar bahwa saat ini spiritualitas masyarakat Indonesia telah terkoyak?” tanya Muhammad Aziz, S.T., M.Cs. selaku pemateri dalam kajian tarawih pada Jumat, 3 Ramadan 1444 H/24 Maret 2023, yang berlangsung secara luring di kompleks Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) serta disiarkan langsung pada kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD.

Melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, spiritualitas berasal dari kata spiritual yang berarti berhubungan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin). Sedangkan kata terkoyak berasal dari kata koyak yang memiliki arti cabik, robek, atau sobek. Koyak yang mendapat prefiks (imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar) berfungsi membentuk kata kerja pasif pada kata terkoyak.

Jadi, spiritualitas yang terkoyak bisa diartikan sebagai ekspresi keberagamaan seseorang dalam rangka melakukan relasi dengan Tuhan, tetapi sedang mengalami kegelisahan, kegalauan, kepribadian ganda, dan lain-lain. Mengutip dari istilah Buya Asy-Syafi’i, “Spiritualitas yang terkoyak adalah kondisi seseorang yang sedang mengalami kesulitan berkomunikasi dan berunding dengan Allah.”

Kembali lagi dengan pertanyaan di awal mengenai spiritualitas masyarakat Indonesia. Ada 2 fenomena paling menarik dari hal tersebut. Fenomena pertama yang menunjukkan kebalikan dari terkoyaknya spiritualitas, sedangkan fenomena kedua menunjukkan adanya kekoyakan tersebut.

Fenomena pertama, dilihat dari realitas sosial di Indonesia memiliki grafik naik pada pola keberagamaan yang dibuktikan dari tahun ke tahun. Contohnya, orang yang ingin dan telah mendaftarkan diri untuk beribadah haji makin banyak. Hal ini menyebabkan daftar tunggu calon haji semakin panjang. “Katanya di Yogyakarta kalau mendaftar ibadah haji hari ini, butuh waktu 30 tahun untuk menunggu giliran berangkat,” celetuk Aziz. Sehingga alternatif untuk pemenuhan hasrat ke Baitullah dialihkan kepada ibadah umrah.

Mengetahui data ini, membuat perasaan menjadi senang karena dapat diasumsikan bahwa perekonomian masyarakat Indonesia makin baik dan kesadaran keberagamaan semakin baik pula. Lalu, apakah data ini dapat menunjukkan keseluruhan masyarakat Indonesia?

Masuk ke fenomena kedua, di mana kita juga dapat melihat orang–orang mengalami kesulitan secara ekonomi beserta kekeringan secara spiritual. Namun kasus yang paling mencolok saat ini adalah tindakan korupsi yang merajalela. Seperti topik yang sedang hangat dibicarakan di media sosial yaitu Direktorat Jenderal Pajak yang pamer kemewahan dan kekayaannya. Bahkan, Mahfud MD dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyatakan ada potensi pencucian uang di Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu) mencapai 300 triliun rupiah. Mendengar angka sebesar ini bikin geleng-geleng kepala.

Pada tahun 2022, transparansi internasional meluncurkan corruption perception index yang mengukur tingkat persepsi korupsi sektor publik yaitu korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara dan politisi dengan rentang indeks 0–100, dengan 0 dipersepsikan sangat korup dan 100 sangat bersih. Indonesia berada pada skor 34 pada urutan 110 dari 180 negara yang diukur. Di ASEAN, Indonesia menduduki peringkat 7 di bawah Singapura, Malaysia, Timor Leste, Vietnam, dan Thailand.

“Apa yang sebenarnya terjadi pada negara kita? Padahal Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi sangat disayangkan masih masuk sebagai negara dengan indeks tingkat korupsi yang tinggi.”

Selain korupsi yang merajalela, masalah yang masih mengakar kuat pada mayoritas masyarakat muslim di Indonesia yaitu memahami agama dalam tahap lahiriah saja. Salat sekadar ritual, membaca Al-Qur’an tidak sampai di tahap memahami maknanya termasuk pada aspek pengamalan, bersedekah dengan harapan akan dilipatgandakan hartanya oleh Allah, pergi umrah dengan memakai hijab yang benar tetapi saat pulang dilepaskan kembali, dan masih banyak lagi.

Untuk mengatasi krisis spiritualitas ini, dalam khazanah Muhammadiyah terdapat 3 model pendekatan ijtihad (usaha yang sungguh-sungguh) dalam keputusan Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih yang kerangka metodologi pengembangan pemikirannya yaitu pendekatan bayani, burhani, dan irfani. Artinya Islam dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang bulat, tidak sepotong-sepotong atau sebagian. Apabila Islam dipelajari secara parsial atau sebagian, apalagi bukan yang menjadi pokok ajarannya, hal ini biasanya mampu mengundang perpecahan umat.

Manusia dituntut tidak hanya beragama secara ritual, tetapi juga beragama secara spiritual. Agama tidak hanya dipahami sebagai sebuah tuntunan ritual ibadah, tetapi merupakan satu kesatuan antara aspek eksoterik dan esoteris sehingga kenikmatan dan keindahan dalam beragama tidak hanya bersandar pada aspek rasio tetapi juga aspek batin.

Allah berfirman di dalam sura Al-A’raf ayat 179, “Dan sungguh, akan Kami isi neraka jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Sudah saatnya Muhammadiyah untuk memberikan pemahaman khususnya kepada warga persyarikatan dan umat Islam tentang aspek penting dalam ajaran agama. Yaitu, aspek spiritual sambil menyosialisasikan melalui forum formal dan informal Muhammadiyah, bahkan di setiap pelatihan perkaderan sekaligus memberikan pencerahan untuk bangsa ini. Harapannya, mampu mencegah sekurang-kurangnya meminimalisasi tindakan-tindakan yang mengoyak bangsa dan melukai umat Islam. (Ema)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-Tarawih-Ramadan-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dengan-pemateri-Muhammad-Aziz-S.T.-M.Cs_.-Foto-Siti-Mawaddah-scaled.jpg 1451 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-02 15:45:112023-04-02 15:45:11Spiritualitas yang Terkoyak di Masyarakat Indonesia

Musyker IMM FAST: Wujudkan Spirit Kolektif sebagai Optimalisasi Kader Intelektual

02/04/2023/in Terkini /by Ard

Musyawarah Kerja (Musyker) IMM Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Royan Agil N)

Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah sukses melaksanakan Musyawarah Kerja (Musyker) bertempat di Kampus IV UAD pada Minggu, 26 Maret 2023.

Acara yang dihadiri oleh seluruh PK, demisioner, dan kader IMM FAST tersebut berlangsung khidmat. Musyker dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PK IMM FAST, Widi Pinastika Istirofah, mahasiswa Program Studi Sistem Informasi.

Widi menyampaikan, “Dengan semangat baru, optimisme, dan kolaborasi, kita akan wujudkan arah gerak IMM FAST ke depan lebih baik lagi. Periode ini kami membawa misi ‘Spirit Kolektif sebagai Optimalisasi Kader Intelektual’ sebagai arah gerak selama 1 periode.”

Musyker merupakan kegiatan permusyawaratan yang membahas mengenai program kerja inti dan masing-masing bidang PK IMM FAST yang akan dilaksanakan selama 1 periode. Termasuk di antaranya adalah arah gerak dan pemantapan visi dan misi ketua umum.

Berbagai macam polemik dan permasalahan perkaderan di semua bidang yang belum tuntas pada periode sebelumnya, menjadi pertimbangan utama PK IMM FAST dalam merumuskan rancangan program kerja. Tentunya yang inovatif sesuai dengan visi Widi yaitu optimalisasi fungsi kader IMM melalui trilogi dan tri kompetensi sebagai upaya memajukan komisariat IMM FAST yang berjiwa militan.

Syawal Saputra selaku Ketua Bidang Organisasi yang menyelenggarakan acara ini menyampaikan, “Poin penting dalam Musyker yaitu bagaimana kita dapat menarik kader dengan mengadakan diskusi sesuai minat mereka, serta mengadakan kegiatan luring yang mampu mengekspresikan suara kader. Lebih penting lagi, hal itu dapat berdampak bagi peningkatan kualitas kader sebagai bentuk upaya kaderisasi kader Muhammadiyah yang progresif dan menjawab tantangan dakwah ke depan.”

Partisipasi kader cukup aktif dalam merespons pemaparan program dari PK. “Pertimbangannya yaitu bagaimana program kerja mampu mewujudkan substansi. Selain itu, bobot kompetensi yang sudah disusun oleh bidang kader dapat tersampaikan dengan baik kepada kader. Pada tahap akhir, kami sesuaikan dengan kalender akademik agar tidak mengganggu jalannya perkuliahan,” ungkap Syawal.

Farid Suryanto, S. Pd., M.T. selaku Pembina IMM FAST telah menyetujui program kerja dengan catatan substansi dan pokok materi harus terjawab. Ketika program kerja itu tidak bisa menjawab, maka program tersebut jelas tidak akan bermanfaat. Ia juga berpesan untuk memperbanyak kegiatan bertema keilmuan sebagai wadah kader untuk memperluas khazanah kajian diskusi dan mampu mengkritisi segala keresahan dan permasalahan yang ada saat ini.

“Hal itulah yang menjadi salah satu pembeda IMM dengan organisasi pergerakan lainnya. Kita memiliki wawasan intelektual yang tinggi dan kritis dalam menanggapi segala hal,” jelasnya.

Syawal berpesan kepada seluruh PK, “Sesuai arah gerak dan visi misi ketua umum, mari kita perkuat sinergitas dan nilai altruisme kita agar kita menjadi makin kompak, kader pun nyaman dan semangat dalam mengikuti seluruh kegiatan yang kita laksanakan nanti.”

“PK saat ini harus lebih militan ber-IMM dan selalu berprestasi dalam hal apa pun sesuai minat dan bakat masing-masing sebagai bentuk optimalisasi kader intelektual. Perlu kerja sama tim untuk bersama-sama membangun IMM FAST lebih baik lagi, itulah wujud dari spirit kolektif,” tutup Widi. (roy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Musyawarah-Kerja-IMM-Fakultas-Sains-dan-Teknologi-Terapan-FAST-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Royan-Agil-N.jpg 1200 1600 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-02 14:11:582023-04-02 14:11:58Musyker IMM FAST: Wujudkan Spirit Kolektif sebagai Optimalisasi Kader Intelektual

PWM DIY Gelar Pengajian Ramadan di UAD

01/04/2023/in Terkini /by Ard

Pengajian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Humas dan Protokol UAD)

Pengajian Ramadan 1444 Hijriah dengan tema “Membumikan Risalah Islam Berkemajuan Mencerahkan D.I. Yogyakarta”, resmi dihelat pada Jumat, 31 Januari 2023 di Amphitarium Gedung Utama Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kegiatan ini merupakan inisiasi dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan akan berlangsung selama 3 hari ke depan hingga tanggal 2 April 2023.

Dalam pidato iftitahnya, Ketua PWM DIY Muh. Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A. mengatakan bahwa pengajian Ramadan kali ini, selain sebagai sarana silaturahmi antara jamaah Muhammadiyah dan pimpinan se-wilayah Muhammadiyah DIY, juga bertujuan untuk lebih menyosialisasikan Islam Berkemajuan. Harapannya, diperoleh pemahaman yang benar dan tepat tentang isi putusan Muktamar itu.

Berdasarkan isi amanat dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si., risalah Islam berkemajuan mengandung substansi tentang Islam sebagai pandangan keagamaan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai mendasar dan utama tentang kemajuan dalam perspektif Islam sekaligus dalam berbagai aspek kehidupan.

Sementara itu, Rektor UAD Dr. Muchlas, M.T. memberikan sapaan hangat kepada seluruh jamaah yang hadir sekaligus berbagi wawasan tentang Islam berkemajuan dalam perspektif keilmuannya. Topik bahasan yang diangkat adalah “Peran Teknologi untuk Dakwah Islam Berkemajuan”.

Berdasarkan pengamatannya, Muchlas menyampaikan, saat ini di dalam perserikatan Muhammadiyah implementasi teknologi informasi sudah cukup masif. Hanya saja, dalam perspektif IT terdapat persoalan yang cukup pelik yang dihadapi yaitu sistem dan data antarbagian yang belum terintegrasi sehingga data terdistribusi ke mana-mana.

Selain itu, adanya disrupsi digital mempermudah masyarakat dalam menyumbang berbagai informasi. “Celakanya, kebebasan berekspresi yang tidak didukung dengan aturan menyebabkan berita yang ditulis menjadi berkualitas rendah hingga hoaks,” paparnya. Tak hanya itu, lahirnya Artificial Intelligent (AI) seperti ChatGPT, sebuah mesin cerdas berbasis pengetahuan yang dapat mengelaborasi, punya potensi mengatasi otoritas keagamaan yang dibangun oleh Muhammadiyah.

Dalam kesempatan ini pula, Muchlas pun menyampaikan berbagai langkah solutif di antaranya penciptaan SuperApp Muhammadiyah, sebuah platform yang dapat mengintegrasikan seluruh data antarbagian perserikatan. Perlunya memperkuat konten di semua lini platform media daring dengan prinsip media konvergen diharapkan dapat menetapkan konten-konten yang valid sebagai sumber untuk sosial media.

Selain itu reaktif, atau memiliki sosial media analisis untuk mendeteksi sentimen positif dan negatif terhadap Muhammadiyah sehingga dapat dilakukan antisipasi. Terakhir, membangun server AI yakni informasi yang ditaruh di dalam adalah informasi yang valid dengan harapan post-truth atau berita bohong yang diyakini kebenarannya dapat diatasi.

“Mudah-mudahan, pengajian kita selama 3 hari ke depan ini dapat memenuhi fungsinya untuk mengkristalisasikan dan menyosialisasikan konsep Islam berkemajuan,” tutupnya.s (eka)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Pengajian-Pimpinan-Wilayah-Muhammadiyah-PWM-DIY-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Humas-dan-Protokol-UAD.jpg 1333 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-01 12:51:572023-04-01 12:51:57PWM DIY Gelar Pengajian Ramadan di UAD

Mengapa Manusia Harus Mempunyai Sikap Ikhlas?

01/04/2023/in Feature /by Ard

Kajian Rutin Jelang Buka Puasa Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan pemateri Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. (kiri) (Foto: Ummi Hasanah)

Kajian Jelang Buka Puasa yang terselenggara di Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berlangsung khidmat pada Senin, 27 Maret 2023. Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. selaku Kepala Pusat Tarjih UAD didapuk sebagai pemateri dengan topik pembahasan mengenai ikhlas.

Ikhlas adalah sebuah kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilakukan. Padahal, ikhlas adalah kunci menuju hati yang lebih tenang, penuh rasa syukur, dan hidup yang lebih baik.

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Setiap amal perbuatan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Terlebih jika dilakukan dengan penuh keikhlasan. Budi memberikan contoh terkait dengan keikhlasan. “Keikhlasan tercermin ketika kita mendengarkan ceramah tidak merasa jenuh,” tuturnya.

Secara sederhana ikhlas artinya memurnikan niat hanya semata-mata mencari rida Allah Swt., atau semata-mata menaati perintah-Nya. Dalam kitab Nadhrotun Na’iim tertulis bahwa “Engkau tidak mencari selain Allah sebagai saksi dan pemberian ganjaran atas amalmu.” Cukup Allah sebaik-baiknya alasan untuk melakukan suatu perbuatan. Bukan karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain.

Selaras dengan hal itu, Budi mengatakan bahwa, “Kamu tidak butuh dilihat orang, kamu tidak butuh pendapat orang, kamu tidak butuh imbalan apa pun dari orang lain. Itulah yang dinamakan ikhlas. Keikhlasan membutuhkan latihan dan proses.”

Lebih lanjut, ia menuturkan, “Seorang mukmin akan mendapatkan pahala karena niatnya, sekalipun tidak mengerjakan niat tersebut karena uzur.” Niat yang ikhlas merupakan syarat amalan baik yang diterima Allah Swt.

Tanda Sudah Ikhlas

Menuju ikhlas sesungguhnya merupakan proses latihan jiwa. Ada 3 hal yang menandakan bahwa seseorang telah memiliki sikap ikhlas. Pertama, tidak ada bedanya bagi seseorang ketika dipuji atau dicela. Maksudnya ialah saat seseorang melakukan suatu perbuatan lalu, mendapatkan cacian atau pujian dirinya akan tetap melakukan hal tersebut. Kedua, tidak menghiraukan pandangan dan omongan manusia. “Orang mau ngomong apa silakan, ini saya. Karena saya mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah,” jelasnya. Ketiga, mengharapkan pahala dari amal yang telah dilakukan untuk akhirat.

Keikhlasan Adalah Benteng Pertahanan

Ikhlas adalah benteng manusia yang tidak bisa ditembus oleh setan. “Kalau teman-teman sudah ikhlas maka setan tidak akan mampu menyesatkan kita,” jelasnya. Seperti dalam firman Allah surah Shad ayat 82–83 yang menerangkan bahwa iblis akan menyesatkan semua manusia kecuali hamba-hamba Allah yang mukhlas.

Ada 3 hal yang dapat menjebak kepada ketidakikhlasan. Pertama, bila seseorang telah menganggap dirinya hebat. Kedua, bila seseorang merasa amalnya sudah banyak. Ketiga, ketika seorang hamba lupa akan dosa-dosa yang telah dilakukan. “Jika hal ini sudah ada pada diri manusia, maka setan tidak akan mencari jalan lain untuk menggodanya dan merasa bahwa dirinya telah menang,” tutur Budi.

Terakhir, ia mengajak semua jamaah untuk terus datang ke kajian. “Mari, hadiri terus kajian meskipun saat ini belum ikhlas. Datang saja, nanti Allah yang akan mengikhlaskan karena kebiasaan yang terus dilakukan,” tutupnya. (umh)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-Rutin-Jelang-Buka-Puasa-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dengan-pemateri-Budi-Jaya-Putra-S.Th_.I.-M.H.-kiri-Foto-Ummi-Hasanah.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-01 11:11:002023-04-01 11:11:00Mengapa Manusia Harus Mempunyai Sikap Ikhlas?

PMM MBKM: Find Your Treasure

01/04/2023/in Terkini /by Ard

Program “FKIP Berbincang” yang diselenggarakan BEM dan IMM FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD) membahas MBKM (Foto: Catur Rohmiasih)

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), merupakan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan atau keahlian yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka (KM) memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil.

Sementara itu, Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) merupakan program dari MBKM. Salah satu kampus Muhammadiyah yaitu Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sangat mendukung program ini, terbukti dari jumlah mahasiswa yang mengikuti MBKM makin meningkat. Hal ini disampaikan oleh Dr. Suyatno, S.Pd., M.Pd.I. selaku Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dalam sambutannya pada acara FKIP Berbincang. Tema yang diambil find your treasure, peran mahasiswa dalam menemukan pengalaman autentik melalui program PMM.

Acara yang terselenggara oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UAD berkolaborasi dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bimbingan dan Konseling (BK), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) itu sukses digelar secara daring pada Minggu, 26 Maret 2023. Pemateri pertama merupakan Kepala Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UAD Dr. Ishafit, M.Si. dan pemateri kedua Adisty Griselda, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) yang mengikuti PMM 2 di universitas yang berada di Makassar. Saat sesi tanya jawab, acara makin interaktif dipandu oleh Rashika Ardafa Sahila yang juga pernah mengikuti PMM angkatan 1.

Ishafit banyak menyampaikan paparan mengenai MBKM, khususnya manfaat program PMM. Pertama, untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, integritas, solidaritas, dan wadah perekat kebangsaan antarmahasiswa se-Indonesia melalui pembelajaran antarbudaya. Kedua, mengembangkan kepemimpinan dan soft skills yang adaptif terhadap beragam latar belakang sehingga meningkatkan nilai persatuan dan nasionalisme. Ketiga, memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar di Perguruan Tinggi (PT) penerima, serta mendapat pengakuan Sistem Kredit Semester (SKS). Keempat, memperkuat, menambah, dan memperkaya kompetensi mahasiswa.

Sedangkan untuk PT, dapat meningkatkan kemampuan PT dalam mengelola program pertukaran mahasiswa, meningkatkan keberagaman mahasiswa di PT penerima sekaligus membuka ruang jumpa mahasiswa dari PT penerima dan PT pengirim, serta meningkatkan kerja sama antar-PT dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Adisty mengaku banyak mendapatkan pengalaman menarik selama mengikuti program PMM. “Asyiknya bisa merasakan belajar di kampus lain di luar pulau Jawa. Saya sangat senang dapat mengenal banyak kawan di sana. Pengalaman ini sungguh tidak akan terlupa,” ungkapnya. Selain itu, Adisty juga mendapatkan mata kuliah modul nusantara bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang kebhinekaan, wawasan kebangsaan, dan cinta tanah air.

Dalam modul ini ada 4 jenis kegiatan utama. Kegiatan pertama kebhinekaan, yaitu mahasiswa mengikuti kegiatan promosi kebhinekaan yang diadakan PT penerima. Contohnya seperti kunjungan museum, kunjungan rumah ibadah, tur wisata, dan lain-lain. Kegiatan kedua inspirasi. Mahasiswa mengikuti talkshow dari figur inspiratif daerah. Contohnya budayawan daerah, atlet berprestasi daerah, kepala daerah, pengusaha, figur-figur sukses, dan sebagainya.

Kegiatan ketiga yaitu refleksi. Mahasiswa merefleksikan pengalaman kebhinekaan untuk memahami dan menghargai keberagaman. Misalnya diskusi kelompok, refleksi, dan renungan. Kegiatan keempat, kontribusi sosial. Mahasiswa melaksanakan kegiatan kontribusi sosial di daerah PT penerima. Contohnya bakti sosial, pentas budaya, relawan rumah sakit, membuat kelas inspirasi di sekolah, dan lain sebagainya.

Di akhir acara Ishafit menyampaikan, “Sesuai dengan pemeo dari PMM yaitu ‘Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya’, harapannya untuk program PMM angkatan 3 pada tahun ini lebih banyak yang mengikuti. Mengingat pengalaman belajar dan bersosial yang besar. (ctr)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Program-FKIP-Berbincang-yang-diselenggarakan-BEM-dan-IMM-FKIP-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Catur-Rohmiasih.jpg 635 1356 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-01 10:35:362023-04-01 10:35:36PMM MBKM: Find Your Treasure

Penelitian, Publikasi, hingga KI Jadi Kunci Klaster Mandiri

01/04/2023/in Terkini /by Ard

Anton Yudhana, S.T., M.T., Ph.D Kepala LPPM Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Ardy Priyantoko)

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Anton Yudhana, S.T., M.T., Ph.D. menyampaikan bahwa penelitian, publikasi, hingga Kekayaan Intelektual (KI) mengantarkan UAD meraih predikat klaster Mandiri Perguruan Tinggi (PT) tahun 2023. Bahasan ini ia sampaikan dalam Zoom Meeting Sosialisasi Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat oleh LPPM UAD pada Jumat, 17 Maret 2023.

“Alhamdulillah, kita bisa menyelenggarakan acara ini. Sosialisasi di internal perlu kita adakan sebagai bagian dari penegasan dan penguatan untuk penelitian dan pengabdian yang hilirnya berupa publikasi dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Publikasi dan penelitian sudah makin bagus serta KI meningkat tajam sehingga kita dianggap layak untuk masuk ke klaster Mandiri di antara 40 PT lainnya.”

Dilansir dari situs web LPPM UAD, data Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) UAD tahun 2019 menunjukkan angka 121 PkM, sedangkan pada tahun 2021 sebesar 336 PkM. Hal ini menunjukkan kenaikan PkM UAD secara signifikan. Adapun publikasi baik Scopus, Web of Science, Garba Rujukan Digital (GARUDA), dan Google Scholar, dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada para dosen atas keikutsertaannya dalam program Matching Fund. Matching Fund merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Pendidikan Tinggi (Dikti) dengan sasaran pendanaan program penguatan antara PT dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).

“Pada tahun ini, keikutsertaan dosen-dosen UAD dalam program Matching Fund makin baik, terdapat 27 proposal yang berhasil submit di Batch 1 dan 10 kelompok lolos pitching, 4 di antaranya sudah mendapat undangan verifikasi keuangan. Ini menjadi alternatif pendanaan kita dari eksternal karena kini penelitian bersifat kompetitif, tak lagi desentralis. Oleh karena itu, kami berharap dengan adanya sosialisasi dan klinik minggu depan, kualitas proposal yang dihasilkan makin membaik. Di periode ini juga kami berharap bisa meningkatkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya internasional baik penelitian maupun pengabdian karena hal ini masih menjadi catatan. Semoga kita bisa bersanding dan mengimbangi PT lain dalam klaster Mandiri ini,” papar Anton Yudhana.

Turut hadir dalam sosialisasi yakni Wakil Rektor bidang Akademik Rusydi Umar, S.T., M.T., Ph.D. Ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh dosen atas kinerjanya yang sudah mengantarkan UAD menuju klaster Mandiri. “Ini pencapaian yang sungguh luar biasa, kita harus mempertahankan klaster ini pada tahun-tahun berikutnya.” (nov)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Anton-Yudhana-S.T.-M.T.-Ph.D-Kepala-LPPM-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Ardy-Priyantoko.jpg 1124 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-01 10:13:132023-04-01 10:13:13Penelitian, Publikasi, hingga KI Jadi Kunci Klaster Mandiri

Muspan ke-39 UKM Pramuka: Kunci Organisasi Kuat Adalah Solidaritas dan Sinergisitas

01/04/2023/in Terkini /by Ard

Musyawarah Pandega ke—39 UKM Pramuka Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Pramuka UAD)

Solidaritas dan sinergitas sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Solidaritas adalah sifat satu rasa atau perasaan saling percaya antara para anggota dalam satu kelompok, sedangkan sinergisitas merupakan kerja sama antara semua pihak untuk mencapai tujuan yang baik. Berdasarkan hal tersebut, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengangkat tema “Satukan Suara dalam Membangun Kepengurusan yang Solidaritas dan Sinergisitas” dalam Musyawarah Pandega (Muspan) ke-39. Acara yang berlangsung pada Minggu–Selasa, 19–21 Maret 2023, bertempat di Joglo Riverside Guest House, Bantul itu, dihadiri oleh alumni UKM Pramuka sebagai perwakilan dari pembina, anggota, dan panitia.

Muspan sendiri adalah kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh UKM Pramuka sebagai forum tertinggi dalam pengambilan keputusan di lingkungan Pramuka UAD atau Racana Kiai Haji Ahmad Dahlan & Nyi Hajah Ahmad Dahlan. Sama halnya dengan kongres atau musyawarah lainnya, Muspan membahas mengenai tata tertib musyawarah, sidang pleno I tentang pemaparan dan pandangan umum laporan pertanggungjawaban dewan racana, sidang pleno II tentang tata adat racana, arah kebijakan, serta program kerja, dan pemilihan ketua sekaligus pemangku adat periode 2023–2024.

Upacara pembukaan atau biasa disebut tata adat buka, menjadi awal kegiatan Muspan, yaitu proses pembacaan sandi racana oleh pemangku adat putra dan putri seraya mengeluarkan keris dari sarungnya dan memeluk Al-Qur’an. “Amar ma’ruf nahi munkar fastabiqul khairaat, itulah cita-cita racana kami,” ucap Cholil Ahmad sebagai Pemangku Adat Putra yang diikuti semua peserta upacara. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan laporan pertanggungjawaban ketua reka kerja atau panitia Muspan.

Siti Mawaddah selaku Sekretaris Muspan yang mewakili ketua panitia menyampaikan bahwa Pramuka UAD senantiasa semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik dalam mengembangkan fungsi dan peranannya melalui kegiatan–kegiatan yang berdasarkan prinsip Dasar Metodik Pendidikan Kepramukaan. Banyak prestasi yang sudah diraih oleh Pramuka UAD, baik dari ranah universitas maupun luar universitas. Pramuka UAD memerlukan generasi baru dan pembaruan program kerja serta evaluasi untuk masa bakti 2021–2022. Maka dari itu, perlu adanya kegiatan Muspan ke-39.

Setelah laporan panitia, dilanjutkan dengan sambutan dari alumni sebagai perwakilan pembina yang berhalangan hadir. Rizeqi Indah Wulandari mengatakan dengan tegas bahwa Muspan ini sebagai ranah belajar bagi anggota Pramuka UAD dalam membentuk organisasi yang baik serta mempererat tali persaudaraan. “Kakak harap 3 hari ke depan akan berjalan dengan lancar dan kita mendapatkan ketua sekaligus pemangku adat periode 2023–2024 yang amanah dan mampu bertanggung jawab,” ucapnya.

Pada 21 Maret 2023 pukul 21.15 WIB telah terpilih ketua dan pemangku adat periode 2023–2024 yang akan melanjutkan perjuangan periode sebelumnya. Kemudian, kegiatan ditutup dengan prosesi tata adat tutup yang hampir sama dengan upacara pembukaan, penutupan keris atau memasukkan keris ke dalam sarungnya sebagai pembeda dari prosesi tersebut. (Ema)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Musyawarah-Pandega-ke—39-UKM-Pramuka-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Pramuka-UAD-scaled.jpg 1707 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-01 09:06:312023-04-01 09:06:31Muspan ke-39 UKM Pramuka: Kunci Organisasi Kuat Adalah Solidaritas dan Sinergisitas

Masyarakat Butuh Role Model Nyata di Tengah Masifnya Teknologi

01/04/2023/in Terkini /by Ard

Dialog Nasional Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Muh Raihan)

Ketua Bidang Riset, Inovasi, dan Publikasi Tablig Majelis Tablig Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pradana Boy ZTF, Ph.D. mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat kesulitan dalam menentukan role model seiring dengan perkembangan teknologi. Hal tersebut disampaikan saat ia memberikan penjelasan dalam Dialog Nasional Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada, Senin, 20 Maret 2023.

Role model sangat penting dan dibutuhkan masyarakat untuk dijadikan arahan dalam menjalankan sebuah kehidupan. Sebaiknya role model juga dapat hadir secara nyata. “Saya melihat yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sebenarnya adalah role model. Namun masalahnya hidup di dunia ketika teknologi seperti sekarang berkuasa, kita kehilangan dan sulit menentukan role model itu siapa,” jelasnya.

Oleh karena itu, Pradana menjelaskan penentuan role model pada zaman teknologi saat ini disebut sebagai citizen dan netizen. Sehingga, hal tersebut telah mengubah hakikat manusia dalam menjalankan kehidupan.

“Kita sebagai warga Indonesia itu bahasa Inggrisnya citizen, yang artinya nyata. Orangnya ngomong apa itu terlihat. Namun dengan adanya teknologi, lahirlah yang disebut netizen atau warganet. Orangnya ada, tetapi tidak terlihat,” kata Pradana.

Dalam penjelasan yang disampaikan, ia membeberkan adanya perbedaan antara citizen dan netizen. Citizen merupakan sosok role model yang memiliki tanggung jawab, sedangkan netizen tidak memiliki tanggung jawab dalam menggunakan teknologi. Hal ini berdampak pada adanya kecenderungan masyarakat dalam bermedia sosial yang akhirnya turut mengubah keadaan role model. Secara tidak langsung, role model telah hadir secara nyata sebagai seorang pengguna teknologi masa kini.

“Iklim yang seperti ini, maka yang kita sebut role model itu sesungguhnya harus hadir dalam kehidupan sehari-hari kalau ilmu bisa diperoleh dari media sosial,” tutupnya. (Han)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dialog-Nasional-Milad-Ikatan-Mahasiswa-Muhammadiyah-IMM-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Muha-Raihan.jpeg 727 1280 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-01 08:46:022023-04-01 08:46:02Masyarakat Butuh Role Model Nyata di Tengah Masifnya Teknologi

Pendidikan untuk Kemanusiaan Universal

01/04/2023/in Feature /by Ard

Diyah Puspitarini, M. Pd., dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sekaligus Sekretaris PP ‘Aisyiyah periode 2022–2027 dan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjelaskan tentang “Pendidikan untuk Kemanusiaan Universal” (Foto: Istimewa)

Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia menuju lahirnya insan yang bernilai secara kemanusiaan. Namun pada kenyataannya, pendidikan masih mengalami dehumanisasi (tidak memanusiakan manusia). Sementara menurut pandangan Islam, hakikat pendidikan adalah mengembangkan harkat dan martabat manusia dalam memanusiakan manusia agar benar-benar mampu menjadi khalifah di muka bumi ini.

Berhubungan dengan hal tersebut, Diyah Puspitarini, M. Pd., alumnus Magister Manajemen Pendidikan (MP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sekaligus Sekretaris PP ‘Aisyiyah periode 2022–2027 dan Komisioner di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), berkesempatan menjadi narasumber dalam acara Kuliah Umum Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UAD. Topik menarik yang diangkat yakni “Pendidikan untuk Kemanusiaan Universal”, dan diselenggarakan pada 15 Maret 2023 secara langsung di YouTube resmi UAD.

Diyah menyampaikan, “Pendidikan adalah proses yang mengubah potensi kita. Pendidikan juga menyadarkan bahwa manusia mempunyai potensi sebagai makhluk yang berpikir. Potensi itu di antaranya: spiritual (rohaniah), jiwa (nafsiah), berpikir (akliah), dan tubuh (jasmaniah). Dengan memaksimalkan potensi yang ada, maka manusia akan menemukan eksistensi dalam kehidupannya.”

Kemanusiaan Universal

Menurut prinsip human rights atau panduan tindakan kemanusiaan, disebutkan bahwa manusia memiliki kebutuhan dan hak yang sama. Kemudian, Muhammadiyah hadir dengan membawa misi kemanusiaan universal. Dengan spirit teologi Al-Ma’un. Muhammadiyah berusaha mengeluarkan umat Islam dan bangsa Indonesia dari jurang kejumudan, kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan.

K.H. Ahmad Dahlan merasa miris akibat anak-anak pribumi pada saat itu tidak bisa bersekolah. Dengan semangat juang teologi tersebut, ia bersama Muhammadiyah akhirnya membangun sekolah khusus untuk memfasilitasi anak-anak pribumi. Spirit kemanusiaan yang dibawa bertujuan untuk menolong dan melayani. Selain pendidikan, saat itu di bidang kesehatan juga banyak yang tidak bisa terobati penyakitnya sehingga memerlukan rumah sakit, di situ peran Muhammadiyah hadir.

Isu Strategis Kemanusiaan Universal

Pada Muktamar ke-48 di Surakarta, ada 4 isu strategis kemanusiaan universal yang diusung oleh Muhammadiyah. Pertama, membangun tata dunia yang damai berkeadilan.

“Di Indonesia, masih terjadi konflik seperti di Papua hingga Aceh, korbannya adalah mereka yang lemah dan belum bisa mendapatkan haknya sebagai manusia, yakni pendidikan,” jelas Diyah. “Secara global, konflik banyak terjadi di berbagai belahan dunia seperti kasus Rohingya di Syria, dan lain sebagainya. Lalu, di sini, apa yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan? Ya, tidak hanya membangun sekolah, Muhammadiyah juga ingin menciptakan suasana tatanan global yang damai dan berkeadilan.”

Kedua, regulasi dampak perubahan iklim. Di Indonesia, perubahan iklim cukup terasa dan menjadi salah satu isu dunia yang harus diperhatikan. Pengalaman menarik diceritakan Diyah saat mengikuti musyawarah wilayah di Sumatra Selatan, tepatnya di Prabumulih. Itu termasuk daerah pertambangan, baik tambang minyak maupun batu bara.

“Harus kita sadari bahwa penambangan secara besar-besaran berpengaruh besar terhadap cuaca yang cukup ekstrem. Kebijakan yang dilakukan Wali Kota Prabumulih adalah stop tambang batu bara,” ungkap Diyah.

Ketiga, mengatasi kesenjangan antarnegara. Indonesia saat ini cukup membuat geleng-geleng kepala. Mulai dari kasus korupsi besar-besaran, hingga kasus kekerasan perempuan dan anak yang masih tinggi di Asia Tenggara. Hal ini menjadi kesenjangan antarnegara. Tidak hanya Indonesia, tetapi juga terjadi di beberapa negara lainnya. Tentunya Muhammadiyah hadir berperan dalam aksi kemanusiaan universal.

Keempat, menguatnya xenophobia. Xenophobia merupakan ketakutan terhadap segala sesuatu yang muncul dari hal-hal bersifat asing. Contohnya, stigma budaya barat yang dianggap pengaruh buruk. Muhammadiyah berperan untuk filterisasi budaya tersebut agar tetap bisa diambil sisi positif dan hal baik sehingga mampu berkembang di masyarakat.

Nilai Pendidikan dalam Kemanusiaan Universal

Diyah menjabarkan secara singkat nilai-nilai pendidikan dalam kemanusiaan universal. Pertama, mengentaskan kebodohan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan, yang disebabkan tidak tahu dan tidak paham ilmu. Kedua, nilai inklusif yang tidak membedakan latar belakang dan kondisi. Hal-hal yang sifatnya eksklusif akan menyebabkan sifat intoleran. Ketiga, nilai toleransi, yang berarti menghormati perbedaan. Keempat, nilai keterbukaan akses mendapatkan pendidikan.

Sejatinya, universal access to education merupakan kemungkinan atau kemampuan manusia untuk memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan. Tidak adanya batas pada strata sosial, ras, gender, etnis atau fisik, dan gangguan mental atau disabilitas.

“Akses pendidikan secara universal mendorong berbagai pendekatan pedagogis untuk mencapai penyebaran pengetahuan lintas keragaman latar belakang sosial, budaya, ekonomi, nasional, dan biologis,” katanya.

Diyah mencatat pada tahun 2017 menurut UNESCO, perempuan dan anak-anak merupakan bagian terbesar dari kategori masyarakat yang tidak memiliki akses ke pendidikan berkualitas. Sebanyak 131,7 juta anak putus sekolah atau tidak memiliki kesempatan untuk memulai sekolah di tempat pertama sama sekali.

“Indonesia berada pada gerbang lost generation,” ungkap Diyah.

Diskriminasi dalam Mengakses Pendidikan

Anak perempuan dapat menghadapi hambatan berbasis gender. Misalnya perkawinan anak, kejadian tidak diharapkan pada perempuan, dan kekerasan berbasis gender lain yang sering kali menghalangi mereka untuk bersekolah atau menyebabkan meningkatnya angka putus sekolah. Termasuk di antaranya Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH).

Penyandang disabilitas sering menghadapi masalah aksesibilitas literal seperti kurangnya jalur landai atau transportasi sekolah yang tidak memadai, sehingga lebih sulit untuk pergi ke sekolah.

Pekerja migran sering menghadapi hambatan administratif yang menghalangi mereka mendaftar sekolah, yang secara efektif menghambat mereka di sistem pendidikan. Selain itu, daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) di Indonesia masih banyak yang belum mendapatkan fasilitas yang memadai.

Implementasi Pendidikan dalam Kemanusiaan Universal

Diyah menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan apa pun latar belakang, geografis, suku, ras, agama, gender, disabilitas, dan atau kondisi lainnya. Negara harus hadir memenuhi hak dasar warga negara untuk mendapatkannya.

Meski faktanya, kemitraan global untuk pendidikan mengatakan sekitar 90% anak penyandang disabilitas dari negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak bersekolah. Lebih dari 72 juta anak usia pendidikan dasar tidak bersekolah, dan sekitar 759 juta orang dewasa tidak berpendidikan. Di hampir semua negara (maju dan berkembang), anak menghadapi hambatan pendidikan sebagai akibat dari ketidaksetaraan yang berasal dari identitas kesehatan, gender, dan budaya seperti agama, bahasa, dan asal etnis.

Faktor-faktor yang terkait kemiskinan—termasuk pengangguran, buta huruf pada orang tua, dan penyakit—meningkatkan kemungkinan tingkat putus sekolah. Parahnya, hal ini diikuti oleh Asia Tengah dan Timur serta Pasifik dengan lebih dari 27 juta anak tidak menempuh pendidikan.

Pesan K.H. Ahmad Dahlan untuk Pendidikan

Pertama, pendidikan sebagai bagian dari rekayasa sosial untuk memajukan bangsa Indonesia dan umat muslim yang saat itu sedang tertinggal. Kedua, pendidikan sebagai bagian usaha untuk membangun persatuan bumi putra yang saat itu dipisahkan oleh politik pecah belah yang diciptakan oleh Belanda. Ketiga, K.H. Ahmad Dahlan berusaha menjadikan pendidikan itu sebagai bagian dari sosialisasi dan gagasan pembaruan khususnya mengenai Islam yang berkemajuan. (roy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Diyah-Puspitarini-M.-Pd.-dosen-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-sekaligus-Sekretaris-PP-‘Aisyiyah-periode-2022–2027-dan-Komisioner-Komisi-Perlindungan-Anak-Indonesia-KPAI-Foto-Istimewa.png 1077 1913 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-04-01 08:12:032023-04-01 08:12:38Pendidikan untuk Kemanusiaan Universal

4 Nilai Dasar yang Berkaitan dengan Ibadah dan Tuntunan Puasa Ramadan

31/03/2023/in Feature /by Ard

Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A., M.Hum. Kepala LPSI UAD, narasumber Kajian Ahad Pagi “Puasa Ramadan” Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan Kajian Rutin Ahad Pagi. Kajian ini berlangsung secara luring di kompleks masjid tersebut dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD dengan tema serta pemateri yang berbeda setiap pertemuan. Pemateri kali adalah Rahmadi Wibowo S., Lc., M.A., M.Hum. yang merupakan Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) dan juga dosen UAD Program Studi Ilmu Hadis.

Rahmadi menuturkan, ada 4 nilai dasar yang berkaitan dengan ibadah-ibadah yang dilakukan oleh umat Islam. Pertama, umat Islam beribadah ditujukan kepada tauhid. Jadi, semua ibadah yang dilakukan itu bermuara pada tauhid yaitu mengesakan Allah Swt. Maka ketika ibadah itu ditujukan kepada selain Allah, secara otomatis itu bertentangan dengan ketauhidan. Atau ada yang menyebutnya dengan ilahiyyah, ibadah yang dilakukan berdasarkan pada aturan yang dibuat oleh Allah Swt. Jadi, yang membuat aturan itu Allah bukan manusia.

“Manusia memiliki beberapa tugas, di antaranya adalah memahami aturan yang dibuat oleh Allah sehingga manusia harus terus belajar. Oleh karena itu mengapa manusia disebut dengan pembelajar sejati. Selanjutnya adalah mengamalkan atau menerapkan ilmu yang telah didapat serta mengajarkan atau menyampaikan berdasarkan ketentuan hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah Swt.,” jelasnya.

Kedua, mengikuti apa yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad (hiba’). Ada yang sifatnya mutlak, tidak boleh diubah walaupun manusia bisa mengubahnya. Dalam hal ini biasanya yang berhubungan dengan ibadah mahdhah yaitu ibadah yang sudah diatur tata cara dan pelaksanaannya dengan rinci.

Ketiga, sesuai dengan kemampuan (taisir). Hal ini menjadi nilai dasar bahwa ibadah itu mudah sesuai dengan kemampuan. “Yang bisa mengukur mampu atau tidaknya kembali kepada pribadi masing-masing. Maka, dalam Islam kejujuran itu betul-betul diutamakan,” lanjut Rahmadi. Terakhir, adalah maslahah, makna maslahah di sini ialah semua yang dilakukan oleh umat manusia pasti akan mendatangkan kebaikan dan kebaikan itu akan kembali kepada pribadi masing-masing.

“Hidup adalah pilihan yang diberikan potensi baik dan buruk, masuk surga atau neraka juga adalah pilihan,” imbuh Rahmadi.

Apakah Puasa Itu?

Puasa adalah beribadah kepada Allah dengan menahan diri dari makan dan minum serta hal-hal lain yang membatalkannya dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. “Puasa ini termasuk ke dalam ibadah mahdhah di mana aturannya sangat rinci. Puasa ini wajib bagi orang-orang yang beriman dengan harapan menjadi orang yang bertakwa,” ucap Rahmadi.

Ia melanjutkan, “Menurut tafsir Al-Misbah yang dimaksud orang bertakwa itu ialah orang yang menjauhkan diri dari siksa dunia dan siksa akhirat. Siksa akhirat adalah neraka, kemudian siksa dunia adalah sakit, miskin, dan bodoh.”

Waktu Puasa

Rahmadi Wibowo menuturkan, waktu puasa adalah dimulai dari fajar shodiq, di Muhammadiyah ketentuannya ialah di bawah ufuk 18o dan yang pada umumnya di masjid-masjid itu 20o sampai terbenamnya matahari.

Orang yang diberi keringanan dan boleh meninggalkan puasa ramadan ada 2, yaitu wajib mengganti puasa di luar bulan Ramadan dan tidak perlu mengganti puasa tetapi membayar fidiah. “Adapun kategori orang yang wajib mengganti di luar bulan Ramadan adalah orang yang sakit biasa, ukuran orang yang sakit biasa ini adalah orang yang sakit kemudian bisa membahayakan kesehatannya. Jika ia sakit biasa tetapi tidak membahayakan kesehatannya maka ia tetap wajib berpuasa, misalnya sakit kulit, bisul dan lain-lain. Selanjutnya adalah orang yang sedang bepergian atau musafir. Adapun kategori orang yang tidak perlu mengganti puasa namun membayar fidiah adalah orang yang tidak mampu berpuasa misalnya karena tua dan lain sebagainya, orang yang sakit menahun, perempuan hamil, dan perempuan yang menyusui,” jelas Rahmadi.

Ia menambahkan, “Fidiah ini bisa dibayarkan di awal ataupun di akhir dan lebih baik jika dalam bentuk makanan yang sudah siap makan atau nasi kotak.”

Hukum Meninggalkan Puasa dan Hal yang Membatalkannya

Rahmadi Wibowo mengatakan, Ada dua hukum meninggalkan puasa ramadan. Pertama, kafir yang berarti tidak meyakini akan kewajiban puasa dan meninggalkan puasa. Kedua, bermaksiat yaitu orang yang meyakini kewajiban puasa namun tetap meninggalkan puasa.

“Adapun hal-hal yang membatalkan puasa ialah makan dan minum dengan sengaja, berhubungan intim di siang hari, mengeluarkan mani, muntah dengan sengaja, dan haid atau menstruasi,” tutup Rahmadi. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Rahmadi-Wibowo-Suwarno-Lc.-M.A.-M.Hum_.-Kepala-LPSI-UAD-narasumber-Kajian-Ahad-Pagi-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-31 10:24:382023-03-31 10:24:384 Nilai Dasar yang Berkaitan dengan Ibadah dan Tuntunan Puasa Ramadan
Page 317 of 501«‹315316317318319›»

TERKINI

  • Kolaborasi KKN UAD dan Warga Ngestiharjo: Seminggu Penuh Kreasi, Edukasi, dan Kebersamaan30/06/2025
  • Mengungkap Kriminalitas Lewat Sains: Kuliah Umum Forensik Molekuler bersama Puslabfor POLRI30/06/2025
  • Sinergi Mahasiswa KKN UAD Alternatif ke-97 dan KWT Krapyak Kulon Tanam Tanaman Herbal30/06/2025
  • Mahasiswa KKN UAD dan Warga Kalipucang Berkolaborasi Kelola Sampah Organik30/06/2025
  • Sivitas Akademika UAD Dukung Peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal30/06/2025

PRESTASI

  • Tapak Suci UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Bhayu Manunggal Championship 202530/06/2025
  • Mahasiswa UAD Torehkan Prestasi di Kejuaraan Nasional UPI Karate Cup V 202526/06/2025
  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara 3 Lomba Artikel Ilmiah Nasional25/06/2025
  • Mahasiswa UAD Juara 2 Lomba Fotografi dengan Karya Bertema Edukasi Islami24/06/2025
  • Ahmad Syaiful Hadi Raih Juara 1 Baca Puisi di Festival Kenduri Sastra #420/06/2025

FEATURE

  • Menyemai Sila Pertama, Menuai Takwa30/06/2025
  • Krisis Identitas di Kalangan Mahasiswa, Kamu Salah Satunya?30/06/2025
  • Penyampaian materi tentang Digital Public Health oleh Kepala BKPK Kemenkes RI dalam kuliah pakar Prodi Magister Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)Digital Public Health Competencies30/06/2025
  • Mendidik Anak Tak Semudah Memindahkan Air28/06/2025
  • Apakah AI Dapat Dimintai Pertanggungjawaban jika Menyebarkan Disinformasi dan Deepfake?28/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top