Ilmu Hadis UAD Gelar Kuliah Umum Bahas Diskursus Hadis Kontemporer
Program Studi (Prodi) Ilmu Hadis Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar kuliah umum pada Rabu, 29 Mei 2024 yang dimulai pada pukul 08.30 WIB. Acara diadakan secara hybrid, yaitu bertempat di Amphitarium Lantai 9 Gedung Utama Kampus IV UAD dan via Zoom Meeting. Peserta kuliah umum terdiri atas seluruh mahasiswa aktif Ilmu Hadis UAD dan peserta yang hadir daring dari kalangan umum serta dari perguruan-perguruan tinggi lainnya.
Turut hadir Wakil Rektor Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) UAD Dr. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag., Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UAD Dr. Arif Rahman, S.Pd.I., M.Pd.I., Ketua Program Studi (Kaprodi) Jannatul Husna, Ph.D., Sekretaris Program Studi (Sekprodi) Qaem Aulassyahied, S.Th.I., M.Ag., serta dosen-dosen Ilmu Hadis UAD. Pemateri kuliah umum yaitu Associate Prof. Dr. Faisal bin Ahmad Shah selaku sosen dan Associate Professor Department of Al-Qur’an and Hadith, Academy of Islamic Studies University Malaya.
Kaprodi Ilmu Hadis UAD menyampaikan, “Kuliah umum merupakan suatu tradisi di prodi kita, yang seharusnya diadakan sebelum memulai perkuliahan. Namun karena jadwal narasumber tidak memungkinkan, maka kita undur hingga terlaksana pada hari ini. Acara kuliah umum digelar hampir tiap semester dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri, utamanya dari perguruan tinggi mitra. Kami juga menghadirkan pembicara-pembicara yang memiliki kepakaran dalam ilmu hadis, hal ini bertujuan agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dan ilmu baru. Kami juga telah menginisiasi program student mobility ke Universitas Sultan Zainal Abidin (UniSZA) Trengganu, Malaysia. Program pertukaran itu dilaksanakan selama dua minggu dan berkredit SKS yang bertujuan untuk kemajuan mahasiswa.”
Dekan FAI UAD juga menyambut acara kuliah umum tersebut dengan sangat baik. “Prodi Ilmu Hadis itu sangat langka, terbukti dari semua Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) tampaknya hanya satu yakni di Ilmu Hadis UAD. Hal ini ibarat permata di tengah hutan. Kebanyakan PTMA membuka Prodi Pendidikan Agama, Bahasa, Hubungan Internasional, padahal Muhammadiyah selalu merujuk pada Al-Qur’an dan hadis. Maka dari itu, hari ini merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk kita semua, seakan memberikan recharge, insight, dan ilmu baru dari pakar hadis.”
Setelah itu, Nur Kholis selaku Wakil Rektor AIK UAD menyampaikan keresahannya terkait perkembangan ilmu hadis di Indonesia. “Banyak yang bergembira dengan perkembangan studi ilmu hadis di Indonesia, tetapi saya termasuk yang merasa kurang bahagia. Saya belum melihat teman-teman ilmu hadis khususnya UAD, mencoba melakukan kajian hadis dengan menyadari atas tantangan yang sangat dahsyat kecuali hanya skripsi dibuat supaya cepat lulus.”
Ia melanjutkan, “Di satu sisi bergembira karena lulus tepat waktu, tetapi idealisme keilmuan betul-betul mengalami kemunduran. Muhammadiyah membagi aspek ajaran agama menjadi empat, yaitu akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah duniawiyah. Kajian epistemologi Muhammadiyah di dalam memahami dua dasar dalil ajaran agama menggunakan epistemologi bayani, burhani, dan irfani.”
Sekelompok orang yang saat ini menghiasi media sosial, mengkaji dua dasar agama termasuk hadis Nabi dengan seakan-akan semua ajaran agama didekati dengan epistemologi bayani/tekstual. Contohnya perdebatan soal pengharaman musik. Muhammadiyah memasukannya pada muamalah duniawiyah, sehingga menggunakan pendekatan burhani berbasis pada konteks bukan teks.
Orang-orang ilmu hadis benar-benar tertidur pulas, tidak bangkit barang sedikit pun untuk merasa resah dengan hegemoni yang terjadi ini. Sekelompok orang yang menghegemoni masyarakat, memahami bahwa larangan musik setara dengan hadis-hadis akidah dan ibadah.
“Maka kita memiliki problem yang begitu besar, mari kita rebut wacana kajian hadis di Indonesia! Jangan hanya diserahkan kepada sekelompok orang saja, yang kemudian dengan pemahamannya akan menghegemoni seluruh dinamika pemahaman hadis di Indonesia,” tandas .
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi kuliah umum oleh Associate Prof. Dr. Faisal bin Ahmad Shah, dengan tema “Diskursus Hadis Kontemporer: Realitas dan Prospek Pengembangannya di Nusantara”. Bidang keahlian yang dimiliki beliau yaitu metode pemahaman hadis, takhrij hadis, dan tafsir hadis. Tak lupa, setelah penyampaian materi pun dibuka sesi diskusi. Kemudian, acara diakhiri dengan foto bersama tamu undangan dan seluruh peserta. (Lus)