Teknologi Pangan UAD Fokus pada Kearifan Lokal
Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk keberlangsungan hidup manusia. Permasalahannya, tidak semua makanan memiliki kandungan gizi yang baik. Bahkan, cenderung memiliki zat-zat yang berdampak negatif bagi kesehatan. Banyak faktor yang menentukan kelayakan konsumsi, dua di antaranya bahan baku dan cara pengolahan.
Menyinggung dua hal tersebut, Program Studi Teknologi Pangan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menempatkan kearifan lokal sebagai salah satu fokus utama dalam hal rekayasa pangan. Ika Dyah Kumalasari, Ph.D. Ketua Program Studi Teknologi Pangan menjelaskan, ada tiga hal yang menjadi fokus perhatian program studi ini, lokal, halal, dan fungsional.
“Indonesia sebagai negara tropis memiliki banyak bahan dasar makanan yang melimpah. Oleh karenanya, kami mengajarkan kepada mahasiswa terkait bahan dasar dan cara pengolahannyaberdasar kearifan lokal. Tujuannya untuk mengangkat potensi lokal Indonesia supaya dikenal masyarakat luas,” jelasnya ketika diwawancarai di kampus 3 UAD, Senin (3/9/2018).
Selain itu, Teknologi Pangan juga banyak melakukan riset dan pengabdian kepada masyarakat terkait potensi bahan pangan. Hal ini dilakukan untuk mengedukasi masyarakat supaya tidak bergantung pada produk pangan instan dan dari luar negeri.
“Kami melakukan riset terhadap bahan-bahan dasar pangan lokal. Mulai dari kandungan gizi hingga cara pengolahan supaya kandungan zat-zat di dalamnya tidak rusak. Inovasi rekayasa pangan berdasar kearifan lokal harus terus dikembangkan supaya Indonesia menjadi negara yang mandiri pangan,”tandasnya.
Ika menambahkan, banyak bahan dasar pangan lokal banyak yang belum dieksplorasi. Misalnya dari umbi-umbian, kacang-kacangan, hingga buah dan sayuran. Menurutnya, sumber bahan pangan lokal perlu diangkat agar tidak punah. Dari segi gizi pun bahan-bahan asli Indonesia memiliki manfaat yang bagus bagi tubuh.
“Teknologi Pangan UAD melihat peluang pasar dari kearifan lokal. Kami ingin mengembangkan variasi produk pangan Indonesia yang terstandar internasional dan memiliki nilai jual tinggi. Jadi, bisa diekspor sekaligus mengenalkan pangan asli Indonesia.”