Membangun Jati Diri Manusia dengan Prinsip Pendidikan Islam
Berbicara tentang pendidikan Islam, memang tidak ada akhirnya. Di Indonesia, pemerintah telah membangun banyak pusat pendidikan yang berbasis keislaman dalam proses belajar mengajarnya. Namun, hal itu masih sulit untuk mengatasi pengaruh globalisasi dari dunia Barat yang telah meruntuhkan jiwa pemuda Indonesia yang terlena.
Selain membangun akal manusia, peran pendidikan Islam adalah untuk melindungi diri melalui kebudayaan Islam. Di samping itu, juga untuk mengembangkan pembeda antara baik dan buruk, alam benda, serta alam ide dari hasil produksi sendiri.”
Meminjam ide adalah penyebab keterbelakangan umat. Sedangkan hikmah adalah ide yang dicita-citakan umat Islam. Dengan demikian, umat Islam harus meneliti sebelum mengambil ide orang lain yang diukur menurut kebenaran.
“Meski Islam terbuka, harus memiliki standar penilaian untuk menyeleksi ide. Pendidikan tinggi harus dapat membangun alam ide dan alam benda dalam waktu yang sama, dengan selalu memperhatikan sisi materi dan kejiwaan untuk menuju umat Islam yang dinamis.”
Pembahasan tersebut diuraikan oleh Dr. Ibrahim Abu Muhammad dan Dr. Muhammad Khamis dari Australia, dalam kuliah umum internasional yang diadakan LPSI UAD di Aula Islamic Center pada Senin (1/3/2016). Acara ini dihadiri oleh lebih dari 300 peserta yang merupakan mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI) UAD. Kedua pembicara menguraikan materinya dengan menggunakan bahasa Arab.
Menurut Ibrahim, pengajar dan murid telah berusaha menciptakan hidup sendiri yang membawa misi keislaman. Hal itu mereka lakukan dengan analisis proses pendidikan. Sebenarnya, proses pendidikan tidak harus terbatas pada output, tetapi harus melangkahi kepada membangun manusia. Selain itu juga cara manusia diciptakan sebelum ia mendesain proses pendidikan yang tinggi.
“Prinsip pendidikan Islam adalah membangun manusia, sebelum membangun masjid dengan memperhatikan al-Qur’an. Hal ini berkaitan dengan melatih manusia untuk berpikir, meliputi fenomena yang dipikirkan, dan menyimpan informasi yang sudah dipikirkan,” tambah Ibrahim.
Pemuda harus jeli dalam mempelajari hal mengenai pendidikan Islam. Sebab, ini menyangkut peran dan tugas pemuda sendiri. Pemuda diharapkan mampu memahami tentang tujuan hidup serta Islam secara benar dengan membedakan hal yang benar dan tidak.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan pemuda. Di antaranya tidak menambah ajaran Islam (bid’ah), tidak memahami teks secara harfiah yang sama dengan tren sekularis sehingga dapat memecah Islam, belajar dari ulama yang diakui keshalihannya, menghindari kefanatikan, mengutamakan akidah dalam memahami kondisi masyarakat, tidak membesarkan masalah kecil, serta mencari ilmu yang berimplikasi amal. (AKN)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!