B&G: Dari Tongkat Jadi Kacamata Sebuah Inovasi untuk Tunanetra
Ketika duduk di tengah keramaian, Husna dan kawan-kawannya (dkk.) melihat seorang bapak memakai kacamata dengan penglihatan yang telah berpindah ke tongkatnya. Ia meraba-raba apa pun di sekitarnya, memastikan tak ada yang menghalangi agar sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Saat itu pula, Husna dkk. tergerak membantu para tunanetra agar lebih mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa menggunakan tongkat, tetapi tetap aman. Mereka kemudian menciptakan alat bantu yang disebut B&G (Bracelet and Glasses for Blind People).
B&G adalah suatu sistem yang digunakan membantu penyandang tunanetra dalam bergerak dari satu tempat ke tempat lain melalui navigasi yang disediakan. B&G memiliki dua perancangan alat yaitu smart bracelet (gelang pintar) dan smart glasses (kacamata pintar) yang saling berkaitan satu sama lain. Kacamata berfungsi untuk mengetahui kondisi sekitar dengan kombinasi sensor, dan gelang akan memudahkan pengguna dalam bernavigasi untuk berpindah melalui petunjuk yang berupa suara.
Perancangan pada smart bracelet akan diletakkan pada lengan agar memudahkan mobilitas penyandang tunanetra dalam kegiatan sehari-hari. Pada smartband terdapat GPS yang berfungsi untuk merekam data posisi pengguna lalu dari data tersebut akan didapat posisi koordinat dan dikirim ke jaringan operator serta diterima oleh modem GSM/GPRS yang tersedia di smartphone. Penerima tinggal salin-tempel pesan ke aplikasi Google map. Kemudian, perancangan dari kacamata dibuat simpel dan tidak banyak kabel yang terhubung agar penyandang tunanetra dapat merasakan kenyamanan saat menggunakannya.
B&G mempunyai sensor ultrasonik yang mampu memberikan informasi lingkungan sekitar sampai dengan jarak 40 meter di depannya, dan jarak detail sekitarnya mencapai 4 meter. Selain dapat mengeluarkan suara peringatan, B&G juga dilengkapi dengan headset yang dapat mengeluarkan suara petunjuk arah yang berfungsi menuntun tunanetra ke tempat tujuan yang diinginkan. Alat ini berbasis pada IoT (Internet of Thing) sehingga praktis dan efisien.
Latar belakang penciptaan B&G secara luas berdasarkan pada data WHO (World Health Organization) tahun 2012 yang menunjukkan bahwa terdapat 39 juta jiwa penyandang tunanetra di dunia. Sedangkan berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2012 menginformasikan bahwa sebanyak 1.776.912 jiwa Indonesia merupakan penyandang tunanetra.
Penelitian inovasi ini menurut Yeni, mahasiswi Teknik Elektro, dan Husna dari Teknik Kimia merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Mereka mengembangkan dari yang sebelumnya berupa tongkat kemudian menjadi kacamata. Tujuannya agar lebih praktis dan dapat memberi kesan menyetarakan antara yang tunanetra dengan orang normal. Dari pengembangan tersebut, B&G mendapat persetujuan dari pihak Universitas Ahmad Dahlan (UAD) untuk dikompetisikan di Shanghai dalam rangka lomba pameran inovasi dari seluruh negara, antara lain Rusia, Arab, Korea, dan Belanda.
Bila dibandingkan dengan produk yang hampir serupa dari luar negeri, B&G memiliki beberapa kelebihan yakni relatif lebih murah dan sudah menggunakan sistem IoT. Produk dari luar harganya sampai ratusan juta rupiah, dan dilengkapi dengan kamera. Sementara B&G masih menggunakan ultrasonik.
Menurut Husna dan Yeni, terdapat alat yang hampir sama juga di Indonesia tetapi masih berbasis ketukan, sementara B&G telah dilengkapi suara. Dalam waktu dekat, B&G akan terus dikembangkan menggunakan kamera dan harganya tetap terjangkau.
Setelah disetujui mengikuti kompetisi di Shanghai 19 sampai 21 April 2019 kelak, harapan dari Yeni dan Husna dapat mengharumkan nama UAD di kancah dunia dalam bidang inovasi alat. Selain itu, setelah B&G dapat bekerja dengan maksimal, mereka akan mengurus hak paten agar tidak akui orang lain dan segera dapat dimanfaatkan oleh penyandang tunanetra yang di seluruh Indonesia, bahkan dunia. (Ari)