• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Keindahan dan Evolusi Dunia Sastra Arab: Dari Pra-Islam ke Modern

14/01/2025/in Feature /by Ard

Ilustrasi oleh Husnul Khotimah (Dok. Husnul)

Sastra Arab adalah salah satu warisan budaya dunia yang kaya dengan sejarah yang sangat panjang dan mencerminkan evolusi sosial budaya intelektual masyarakat Arab dari zaman pra-Islam hingga era modern. Sastra bukan hanya bentuk ekspresi artistik, tetapi juga cermin dari perkembangan sejarah filosofi, dan cara hidup masyarakat Arab yang terus berubah. Perjalanan panjang ini terbagi dalam dua periode besar yang mendasar, yaitu sastra Arab pada pra-Islam dan pasca-Islam, serta transformasi yang lebih modern yang kita saksikan dalam sastra Arab kontemporer. Keindahan dan kompleksitas sastra Arab terletak pada kemampuan untuk tetap relevan sepanjang zaman, merespons tantangan zaman sambil mempertahankan karya tradisional yang mendalam.

Sastra Arab pada Masa Pra-Islam

Pada masa pra-Islam, sastra Arab berkembang dalam bentuk tradisi lisan. Masyarakat Arab pada masa itu tidak memiliki sistem tulisan yang tersebar luas, sehingga syair atau puisi menjadi medium utama untuk mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan pandangan hidup mereka. Era ini sering disebut sebagai masa jahiliah, yang diterjemahkan sebagai “masa kebodohan” meskipun istilah ini lebih merujuk pada waktu sebelum datangnya pencerahan spiritual Islam, bukan ketidaktahuan budaya secara keseluruhan. Pada periode ini, sastra Arab berkembang pesat dalam bentuk puisi lisan yang sangat terstruktur dan kompleks.

Ciri-Ciri Sastra Pra-Islam

  1. Dominasi puisi

Puisi pada masa ini sangat dominan dalam kehidupan masyarakat Arab. Qasidah sebuah bentuk puisi yang terstruktur dengan ketat adalah jenis puisi yang paling populer. Qasidah sering terdiri atas tiga bagian utama, yaitu nasib (pengantar emosional), rahil (perjalanan atau perjuangan), dan madh (pujian atau kritik terhadap individu atau suku lain). Struktur ini memberikan dasar bagi banyak karya sastra Arab yang dihasilkan selama masa pra-Islam. Puisi pada zaman ini berfungsi untuk menyertakan aspek moral yang penting bagi kehidupan sosial mereka.

  1. Tema-tema sastra pra-Islam
  • Keberanian dan perang
  • Cinta dan romantika
  • Hubungan dengan alam
  • Kebanggaan kesukuan
  1. Tradisi lisan

Sastra pada masa pra-Islam disampaikan secara lisan, karena tidak ada sistem tulisan yang lazim. Penyair pada masa itu diakui sebagai penjaga sejarah dan tradisi dengan kemampuan luar biasa dalam menghafal dan menyampaikan puisi secara akurat dan mendalam. Tradisi lisan ini memastikan bahwa sastra Arab tetap hidup dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Penyair Terkenal Pra-Islam

  1. Imru’ Al-Qais

Imru’ dikenal sebagai “raja penyair”, ia termasuk salah satu penyair paling terkenal pada masa pra-Islam. Puisi yang disampaikannya kerap kali penuh dengan kesedihan dan keindahan yang berkisar pada tema cinta dan kehilangan.

  1. Antarah Ibn Shaddad

Ia adalah seorang penyair yang terkenal dengan puisi keberanian dan cinta tragisnya yang menggambarkan kehidupan seorang pejuang yang juga seorang kekasih.

Sastra Arab pada Masa Pasca-Islam

Kehadiran Islam pada abad ke-7 M membawa perubahan besar dalam dunia sastra Arab, Al-Qur’an dengan bahasa yang sangat kaya dan penuh makna menjadi sumber inspirasi utama bagi para penulis dan penyair. Islam memperkenalkan konsep-konsep baru dalam sastra, menggabungkan elemen spiritual, moral, intelektual ke dalam karya sastra. Hadirnya Islam membuat sastra Arab melangkah ke era baru yang lebih luas dalam mengintegrasikan ajaran agama dengan seni.

Perkembangan Baru dalam Sastra Pasca-Islam

  1. Pengaruh Al-Qur’an

Gaya bahasa Al-Qur’an yang ritmis dan penuh metafora memberi pengaruh besar terhadap sastra Arab setelahnya. Para penulis dan penyair terdorong untuk menghasilkan karya-karya yang tidak hanya indah secara estetis, tetapi juga indah dengan kedalaman spiritual. Gaya bahasa tersebut melahirkan bentuk-bentuk sastra baru, terutama dalam prosa.

  1. Prosa sebagai genre baru

Prosa mulai berkembang pesat, terutama dalam bentuk tafsir (penafsiran Al-Qur’an), khitabah (pidato), dan maqamat (cerita pendek berirama). Karya-karya ini sering kali mencampurkan elemen sastra dengan pengetahuan ilmiah, dan menjadi sumber pengetahuan yang berharga bagi umat Islam.

  1. Tema-tema karya sastra pasca-Islam
  • Keagamaan
  • Kisah para Nabi
  • Moralitas dan etika
  • Kemanusiaan

Tokoh-Tokoh Sastra Pasca-Islam

  1. Al-Jahiz

Ia adalah seorang penulis dan ilmuwan terkenal yang menulis karya-karya filsafat, sastra, dan ilmu pengetahuan dengan gaya yang penuh humor dan observasi mendalam tentang kehidupan manusia.

  1. Al-Mutanabbi

Salah satu penyair terbesar dalam sejarah sastra Arab, karyanya sering kali berfokus pada tema kebanggaan diri, kebebasan, dan pencarian makna hidup.

Sastra Arab Modern

Pada abad ke-19 dan ke-20, sastra Arab mengalami kebangkitan besar yang dikenal sebagai nahda atau kebangkitan sastra. Periode ini ditandai oleh interaksi dengan budaya Barat, perubahan sosial akibat kolonialisme, dan munculnya kesadaran nasionalisme. Sastra Arab modern mulai menjauh dari dominasi puisi tradisional dan mengeksplorasi genre-genre baru seperti novel, cerpen, esai, dan drama. Transformasi ini mencerminkan perubahan besar dalam struktur sosial dan politik masyarakat Arab pada masa itu.

Ciri-Ciri Sastra Arab Modern

  1. Diversifikasi genre

Sastra modern tidak lagi berfokus pada puisi, tetapi juga mulai mencakup genre baru seperti novel, cerpen, drama, dan esai. Penulis mulai mengeksplorasi berbagai bentuk tulisan untuk mengekspresikan ide dan perasaan mereka.

  1. Eksperimen bahasa

Penulis modern sering kali menggabungkan bahasa Arab standar dengan dialek lokal mereka. Hal ini membuat karya sastra menjadi lebih relevan dan dapat diakses oleh pembaca sehari-hari, menciptakan hubungan yang lebih erat antara karya sastra dan kehidupan nyata.

  1. Tema-tema karya sastra Arab modern
  • Perjuangan melawan kolonialisme
  • Kebebasan dan identitas
  • Ketimpangan sosial
  • Hak-hak perempuan

Tokoh-Tokoh Penting dalam Sastra Modern

  1. Naguib Mahfouz

Naguib adalah penulis Mesir yang memenangkan Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1988, yang dikenal dengan trilogi Kairo yang menggambarkan kehidupan sosial-politik Mesir.

  1. Taha Hussein

Ia dikenal sebagai “Bapak Sastra Arab Modern”, Taha Hussein memainkan peran besar dalam mempromosikan pendidikan dan kebebasan berpikir melalui karya-karyanya.

  1. Nawal El Saadawi

Seorang penulis feminis yang terkenal karena keberaniannya mengangkat isu-isu tentang peran perempuan dan hak-hak mereka dalam masyarakat Arab.

Pengaruh Teknologi pada Sastra Modern

Era digital membawa perubahan besar dalam dunia sastra Arab. Platform daring memberikan kesempatan bagi penulis muda untuk mempublikasikan karya mereka dengan cepat dan menjangkau audiens yang lebih luas. Selain itu, tema-tema modern seperti kecemasan teknologi dan aliensi digital juga mulai muncul dalam karya-karya sastra Arab kontemporer.

Keindahan Sastra Arab: Dari Masa ke Masa

Keindahan sastra Arab terletak pada fleksibilitas dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri. Meskipun bentuk dan tema sastra terus berubah dari waktu ke waktu, sastra Arab tetap menjadi medium yang menyuarakan perjuangan, harapan, dan identitas kolektif masyarakat Arab. Melalui akar yang kuat dalam tradisi dan inovasi yang terus berkembang, dunia sastra Arab tetap menjadi salah satu pilar budaya global yang menginspirasi.

(Husnul Khotimah, Mahasiswa BSA FAI UAD)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ilustrasi-oleh-Husnul-Khotimah-Dok.-Husnul.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-14 10:16:472025-01-14 10:16:47Keindahan dan Evolusi Dunia Sastra Arab: Dari Pra-Islam ke Modern

Pengaruh Politik Identitas dalam Konflik Dunia Arab: Studi Kasus Palestina dan Suriah

14/01/2025/in Feature /by Ard

Muhammad Ibni Tuahena, Mahasiswa BSA UAD (Dok Iben)

Politik identitas telah menjadi faktor dominan dalam konflik di berbagai belahan dunia, termasuk di Timur Tengah. Politik identitas merujuk pada upaya menggunakan unsur etnis, agama, atau budaya sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan politik. Di dunia Arab, konflik di Palestina dan Suriah menjadi contoh nyata bagaimana politik identitas memainkan peran sentral dalam memperumit konflik yang sudah berlangsung lama. Kedua konflik ini menunjukkan bahwa politik identitas tidak hanya memperburuk ketegangan, tetapi juga mempersulit upaya penyelesaian konflik.

Dalam opini ini, akan dibahas bagaimana politik identitas memengaruhi konflik di Palestina dan Suriah, dengan menyoroti peran agama, etnis, dan sektarianisme. Selain itu, opini ini akan mengutip beberapa sumber buku dan artikel akademik untuk memperkuat analisis.

Politik Identitas dalam Konflik Palestina

Konflik antara Israel dan Palestina adalah salah satu konflik paling kompleks di dunia yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Meskipun akar konflik ini adalah masalah tanah dan kolonialisme, politik identitas memainkan peran besar dalam mempertahankan dan memperpanjang konflik.

Menurut Edward Said dalam bukunya The Question of Palestine (1979), politik identitas memainkan peran sentral dalam cara kedua pihak mendefinisikan konflik. Israel menggunakan identitas Yahudi sebagai legitimasi untuk mengklaim tanah Palestina, sementara Palestina memperjuangkan identitas Arab dan muslim mereka dalam menuntut hak atas tanah tersebut.

“The Zionist movement was fundamentally about the creation of a Jewish state, and this inherently involved the displacement and erasure of Palestinian identity.” – Edward Said

Politik identitas di Palestina juga terlihat dalam cara negara-negara Arab mendukung perjuangan Palestina. Banyak negara Arab menggunakan isu Palestina sebagai simbol solidaritas Islam dan Arab untuk memperkuat posisi politik mereka di kawasan. Namun, dukungan ini sering kali bersifat retorik tanpa langkah konkret, karena negara-negara Arab memiliki kepentingan politik domestik yang berbeda.

Selain itu, politik identitas di Palestina diperkuat oleh perbedaan sektarian antara kelompok Fatah dan Hamas. Fatah, yang lebih sekuler, menguasai wilayah Tepi Barat, sementara Hamas, yang berhaluan Islamis, menguasai Gaza. Perpecahan ini menciptakan konflik internal di Palestina yang memperumit upaya mencapai perdamaian dengan Israel.

Politik Identitas dalam Konflik Suriah

Konflik di Suriah adalah salah satu contoh paling jelas bagaimana politik identitas dapat memicu dan memperpanjang perang saudara. Konflik ini bermula dari protes damai yang menyerukan reformasi politik pada tahun 2011, tetapi dengan cepat berubah menjadi perang saudara yang melibatkan berbagai kelompok dengan identitas agama dan etnis yang berbeda.

Pemerintah Suriah di bawah Bashar al-Assad adalah rezim yang didominasi oleh minoritas Alawit, sebuah sekte dalam Islam Syiah. Sebagian besar penduduk Suriah adalah Sunni, yang merasa terpinggirkan oleh rezim Alawit. Politik identitas memainkan peran penting dalam memobilisasi kelompok-kelompok perlawanan yang sebagian besar terdiri dari kaum Sunni.

Menurut Joshua Landis, seorang pakar Suriah, dalam artikelnya “The Syrian Civil War and Sectarianism” (2018), konflik Suriah tidak bisa dipahami tanpa memperhitungkan politik identitas sektarian.

“The Syrian conflict is not just a political struggle, but a deeply rooted sectarian conflict that has been fueled by identity politics and historical grievances.” – Joshua Landis

Selain itu, konflik di Suriah semakin diperumit oleh intervensi negara-negara asing yang juga membawa agenda politik identitas. Iran, sebagai negara mayoritas Syiah, mendukung rezim Assad, sementara negara-negara seperti Arab Saudi dan Turki mendukung kelompok-kelompok oposisi Sunni. Politik identitas juga digunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis seperti Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS), yang memanfaatkan sektarianisme untuk merekrut anggota dan memperluas pengaruh mereka.

Perbandingan Palestina dan Suriah

Meskipun konflik di Palestina dan Suriah memiliki perbedaan dalam konteks sejarah dan politik, keduanya menunjukkan bagaimana politik identitas dapat memperburuk konflik. Di Palestina, politik identitas terutama berpusat pada nasionalisme dan agama, sementara di Suriah, sektarianisme memainkan peran yang lebih besar.

Dalam buku Conflict and Identity in the Middle East karya Shibley Telhami (2001), disebutkan bahwa politik identitas di Timur Tengah sering kali digunakan oleh para pemimpin politik untuk mengonsolidasikan kekuasaan mereka di tengah masyarakat yang terfragmentasi.

“Identity politics in the Middle East is not just a reflection of cultural differences, but a tool used by leaders to maintain power and control in divided societies.” – Shibley Telhami

Dampak Politik Identitas terhadap Upaya Perdamaian

Politik identitas mempersulit upaya perdamaian di kedua konflik tersebut. Di Palestina, perbedaan ideologi antara Fatah dan Hamas membuat sulit untuk mencapai kesepakatan bersama dalam negosiasi dengan Israel. Sementara itu, di Suriah, sektarianisme yang mendalam membuat sulit untuk menciptakan pemerintahan yang inklusif dan stabil.

Upaya perdamaian di Timur Tengah sering kali gagal karena tidak memperhitungkan faktor politik identitas ini. Menurut Avi Shlaim dalam bukunya The Iron Wall: Israel and the Arab World (2000), solusi politik yang tidak memperhitungkan identitas dan hak-hak masyarakat setempat cenderung tidak berhasil.

“Peace initiatives that ignore the identity and aspirations of the local population are doomed to fail.” – Avi Shlaim

Politik identitas memainkan peran besar dalam memperumit konflik di dunia Arab, terutama di Palestina dan Suriah. Identitas agama, etnis, dan sektarian telah digunakan oleh berbagai pihak untuk memobilisasi dukungan dan memperkuat posisi politik mereka. Namun, politik identitas juga mempersulit upaya perdamaian, karena menciptakan perpecahan dan ketidakpercayaan di antara kelompok-kelompok yang terlibat dalam konflik.

Untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, penting untuk mengakui dan memahami pengaruh politik identitas dalam konflik ini. Solusi politik harus mencakup upaya untuk menciptakan inklusi dan rekonsiliasi di antara kelompok-kelompok yang terfragmentasi, dengan menghormati identitas dan aspirasi mereka. Seperti yang dikatakan oleh Shibley Telhami, “Perdamaian hanya dapat dicapai ketika identitas semua pihak diakui dan dihormati.” (Ibni/Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Muhammad-Ibni-Tuahena-Mahasiswa-BSA-UAD-Dok-Iben.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-14 09:59:522025-01-14 09:59:52Pengaruh Politik Identitas dalam Konflik Dunia Arab: Studi Kasus Palestina dan Suriah

Kisah Inspiratif dr. Izza Qorina: dari Tulisan Kecil hingga Menjadi Nyata

13/01/2025/in Feature /by Ard

dr. Izza Qorina, dokter dengan IPK tertinggi (Dok Bidang Humas dan Protokol UAD)

dr. Izza Qorina mencatatkan sejarah manis dalam Sumpah Dokter Periode I Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (FK UAD) tahun 2025. Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98, dr. Izza menjadi lulusan terbaik yang menunjukkan dedikasi luar biasa sepanjang masa pendidikannya.

Dalam sambutannya, dr. Izza berbagi cerita tentang perjalanan panjang yang telah ia tempuh untuk meraih gelar dokter. Ia mengungkapkan, cita-cita menjadi dokter telah tertanam sejak kecil. “Waktu SD, saya sering menuliskan nama saya di selembar kertas dengan gelar ‘dr. Izza’. Saat itu hanya mimpi, tapi sekarang mimpi itu menjadi nyata,” ungkapnya dengan mata berbinar. Ia juga mengenang momen penuh haru saat dinyatakan lulus berkompeten sebagai dokter, sebuah pengumuman yang menjadi puncak kebahagiaannya.

dr. Izza tak lupa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada suami, ayah, dan ibunya yang selalu memberikan dukungan penuh selama perjalanannya sebagai mahasiswa kedokteran. Ia mengaku, semangat dan doa dari keluarga menjadi energi besar baginya untuk melewati berbagai tantangan, khususnya selama masa koas. “Masa koas bukanlah perjalanan yang mudah, tapi setiap langkahnya penuh makna dan pelajaran hidup yang sangat berharga,” ujarnya. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/dr.-Izza-Qorina-dokter-dengan-IPK-tertinggi-Dok-Bidang-Humas-dan-Protokol-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-13 10:35:552025-01-13 10:35:55Kisah Inspiratif dr. Izza Qorina: dari Tulisan Kecil hingga Menjadi Nyata

Media dan Narasi dalam Konflik Israel dan Palestina

12/01/2025/in Feature /by Ard

Ilustrasi Konflik Israel dan Palestina (Dok. Hani)

Konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade telah menjadi sorotan utama di media internasional. Namun, selain melaporkan fakta, media juga memegang peran besar dalam membentuk opini publik tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Media sering kali bukan hanya mencerminkan kenyataan, tetapi juga mengemas narasi yang dapat memperburuk ketegangan, menciptakan polarisasi, dan mengarah pada pendapat yang mendukung salah satu pihak.

Dalam konflik ini, media mainstream sering kali menggunakan pilihan bahasa dan gambar yang dapat memperkuat bias tertentu. Istilah seperti “teroris” dan “pejuang kebebasan” atau “kependudukan” dan “pemukiman” dapat menggambarkan kelompok atau situasi yang sama, tetapi dari sudut pandang yang sangat berbeda. Sehingga, audiens mungkin mendapatkan informasi yang tidak sepenuhnya akurat atau berimbang, memperburuk stereotip yang ada dan semakin memperuncing perpecahan antara kedua belah pihak.

Akan tetapi, di tengah tantangan ini, media juga memiliki potensi besar untuk memainkan peran konstruktif dalam mengubah narasi yang ada. Salah satunya adalah dengan mengusung jurnalisme perdamaian, sebuah pendekatan yang berfokus pada penyajian pemberitaan yang tidak hanya mengutamakan konflik dan kekerasan, tetapi juga menyoroti upaya rekonsiliasi, solusi damai, dan kisah-kisah kemanusiaan dari kedua belah pihak. Ini memberi ruang bagi suara-suara moderat yang dapat membuka dialog dan menjembatani pemahaman.

Media sosial juga memainkan peran penting dalam penyebaran informasi. Namun, dalam era digital ini, misinformasi dan propaganda sering kali tersebar luas, semakin memperburuk pemahaman masyarakat terhadap konflik tersebut. Oleh karena itu, media sosial perlu diarahkan untuk mempromosikan narasi perdamaian dengan menyebarkan informasi faktual dan kisah-kisah positif yang dapat menginspirasi solidaritas global serta mendukung inisiatif perdamaian.

Untuk mencapai tersebut, peran organisasi masyarakat sipil dan dukungan internasional menjadi sangat penting. Pelatihan bagi jurnalis lokal, terutama dalam jurnalisme perdamaian, dapat membantu mereka menggali cerita yang lebih berimbang dan autentik, yang sering kali terabaikan oleh media mainstream. Selain itu, pemerintah dan institusi global harus melindungi kebebasan pers, memberikan perlindungan bagi jurnalis yang bekerja di wilayah konflik, dan memastikan bahwa mereka dapat melaporkan fakta dengan akurat serta tanpa ancaman.

Dengan semakin banyaknya inisiatif perdamaian yang diperkenalkan melalui media, harapan untuk menciptakan perubahan yang berarti di wilayah yang telah lama dilanda kekerasan ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Media dapat bertransformasi dari menjadi penggerak konflik menjadi agen perdamaian, asalkan jurnalis dan pembuat kebijakan berkomitmen untuk mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kedamaian dalam pemberitaan mereka.

Pada akhirnya, media memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan suara kepada mereka yang terdampak langsung oleh konflik—baik itu warga Israel maupun Palestina. Melalui narasi yang lebih berimbang dan lebih memperhatikan kemanusiaan, media dapat membantu menciptakan pemahaman yang lebih baik, mengurangi polarisasi, dan membuka jalan menuju perdamaian yang lebih nyata. (Hani)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Template-News-UAD-PUTIH-5.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-12 09:06:042025-01-12 09:06:04Media dan Narasi dalam Konflik Israel dan Palestina

Kisah Halim Raih Prestasi di Tapak Suci

10/01/2025/in Feature /by Ard

Halim Efendi Tanjung Atlet Tapak Suci sekaligus Mahasiswa PAI UAD (Dok. Halim)

Atlet Tapak Suci (TS) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah membuktikan keeksisan prestasinya melalui perlombaan-perlombaan yang diikuti. Begitulah yang dilakukan juga oleh Halim Efendi Tanjung, mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2023 sekaligus atlet TS UAD yang telah banyak meraih penghargaan pada kejuaraan nasional hingga internasional.

Geluti Tapak Suci Sedari SMP

Awal karier Halim di dunia tapak suci ia mulai sejak Kelas I SMP hingga saat ini, yang terhitung sudah 8 tahun perjalanan. Perlombaan pertama Halim dilaksanakan pada Kelas II SMP mewakili sekolahnya Al-Husna Mariendal, Medan, Sumatra Utara.

“Alhamdulillah, saat itu saya mendapatkan juara III, karena perolehan juara tersebut saya mulai tertarik dengan dunia pencak silat atau tapak suci. Oleh karena itu, saya terus berlatih demi menggapai impian saya dan selama berkarier di tapak suci saya sudah memenangkan 15 penghargaan nasional dan internasional, serta menjadi pesilat terbaik di 2024,” terangnya.

Konsistensi Tekuni Tapak Suci

Beberapa lomba yang Halim ikuti selama ini memberikan banyak manfaat untuk dirinya. Salah satunya dapat menambah relasi dan memperkaya ilmu dapat dengan melihat perlombaan pemain-pemain lain. Selain itu, Halim juga mendapat nilai kekeluargaan berkat kerja sama tim selama perlombaan.

Cuaca yang saat ini tidak bisa diprediksi menjadi tantangan tersendiri bagi Halim. “Salah satu perjuangan yang saya rasakan selama latihan hingga perlombaan adalah pengaruh cuaca yang tidak bisa diprediksi dan hal itu tentu memengaruhi kesehatan hingga berpengaruh dengan kualitas latihan saya,” terang Halim.

Perjalanan menuju perlombaan tentu tidak mudah, maka dukungan pelatih turut mendorong semangat Halim. Saat merasa lelah, ragu, bahkan hampir menyerah, Halim berusaha tetap bertahan. Proses yang telah dilalui, setiap tetes keringat, usaha, dan pengorbanan merupakan kekuatan Halim. Pelatihnya selalu berpesan untuk fokus dan konsisten terhadap suatu hal yang dapat dikendalikan, baik itu persiapan, teknik, maupun mental. Pelatih memberikan arahan untuk mengeluarkan usaha terbaik, dan menikmati setiap momen, karena kemenangan akan mengikuti usaha sungguh-sungguh yang dilakukan.

Tips membagi waktu sebagai atlet sekaligus mahasiswa ala Halim yaitu membuat jadwal kegiatan yang realistis, memprioritaskan kegiatan yang penting, memanfaatkan waktu luang dengan bijak, mengatur waktu dengan efektif, serta bersikap konsisten terhadap kebiasaan-kebiasaan baik.

Berikut beberapa daftar prestasi yang berhasil diraih Halim dalam ajang tapak suci:

  1. Medali Perunggu NII Cup Tahun 2018
  2. Medali Emas Mawarid Cup Tahun 2019
  3. Medali Emas Gunung Tua Cup Tahun 2019
  4. Medali Emas Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) Tahun 2019
  5. Medali Emas Tapak Suci Internasional di Lampung Tahun 2019
  6. Medali Perak Pekan Olahraga dan Seni Nasional (PORSENI) Tahun 2019
  7. Medali Emas Pekan Olahraga Pelajar Daerah Tahun 2021
  8. Medali Perak Pekan Olahraga Pelajar Nasional Tahun 2021
  9. Medali Perunggu Insya Open Sumatera Utara Tahun 2021
  10. Medali Emas Kajurwil Tapak Suci Tahun 2023
  11. Medali Emas Kejurnas Tapak Suci Padang 2023
  12. Medali Perak Kejurnas UNS Tahun 2023
  13. Medali Emas Sumedang Cup Tahun 2024
  14. Medali Perunggu Borneo Cup Tahun 2024
  15. Medali Perunggu Batam Cup Tahun 2024
  16. Pesilat Terbaik Putra Sumedang Challenge 2024

(Lus)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Halim-Efendi-Tanjung-Atlet-Tapak-Suci-sekaligus-Mahasiswa-PAI-UAD-Dok.-Halim.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-10 11:42:282025-01-11 17:28:20Kisah Halim Raih Prestasi di Tapak Suci

Mengupas Peran Strategis Bahasa Arab dalam Diplomasi Internasional

08/01/2025/in Feature /by Ard

Penyampaian Materi pada Seminar Nasional Sastra dan Diplomasi (Dok. Alfia)

Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sukses menggelar seminar nasional bertema “Berdiplomasi dengan Bahasa Arab” pada 6 Januari 2025. Acara ini menghadirkan Akhmad Masbukhin, seorang Diplomat Ahli Madya dari Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Aspasaf, Kementerian Luar Negeri, yang memaparkan peran penting bahasa Arab sebagai alat strategis dalam hubungan diplomatik internasional.

Dalam seminar, Akhmad Masbukhin menjelaskan lima tugas utama seorang diplomat dalam menjalankan perannya di ranah internasional. Pertama, mewakili negara (representing the sending state), Diplomat menjadi representasi resmi pemerintah dalam pertemuan dan acara internasional, termasuk bertugas sebagai penerjemah dan bekerja di Kedutaan Besar maupun Kementerian Luar Negeri. Kedua, melindungi kepentingan negara (protecting the interest of the sending state and nationals), Diplomat bertanggung jawab melindungi kepentingan negara serta warga negaranya yang berada di negara tujuan sesuai hukum lokal dan internasional.

Ketiga, bernegosiasi (negotiating with the receiving state/organization), Diplomat berperan dalam melakukan negosiasi strategis terkait isu politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan. Keempat, melaporkan kondisi negara (reporting to the sending state), memberikan laporan terkini mengenai situasi dan dinamika negara penerima. Kelima, mempererat hubungan persahabatan (promoting friendly relations), memperkuat kerja sama di bidang perdagangan, pendidikan, budaya, dan ilmu pengetahuan untuk menciptakan hubungan antarnegara yang harmonis.

Bahasa Arab menjadi salah satu elemen penting dalam diplomasi, terutama di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara yang memiliki pengaruh besar dalam geopolitik dan ekonomi global. Beberapa poin penting yang diangkat oleh pemateri sangatlah relevan. Terkait pengaruh budaya dan sejarah, bahasa Arab membawa nilai-nilai budaya, sejarah, dan agama Islam, sehingga memperkuat soft power negara-negara Arab dalam diplomasi internasional. Lalu, jumlah penutur yang signifikan, yakni dengan penutur yang besar, terutama di kawasan strategis Timur Tengah, bahasa Arab memegang peranan kunci dalam komunikasi internasional.

Selain itu, lewat peran ekonomi global, negara-negara berbahasa Arab seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar menjadi pusat energi dunia, menjadikan bahasa Arab esensial dalam komunikasi bisnis. Kemudian tentang tantangan variasi dialek, meskipun bahasa Arab modern standar (Fusha) digunakan secara resmi, perbedaan dialek antar negara sering menjadi kendala komunikasi. Terakhir, kekurangan penerjemah profesional menjadi hal yang perlu diperhatikan sehingga masih minimnya penerjemah diplomatik yang mahir menjadi tantangan tersendiri di ranah internasional.

Akhmad Masbukhin menutup sesi dengan menekankan pentingnya modernisasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam penguasaan bahasa Arab. “Dengan integrasi teknologi dan pelatihan berkelanjutan, bahasa Arab dapat terus memainkan peran strategis dalam diplomasi global, meskipun dominasi bahasa Inggris dan Prancis masih kuat,” tuturnya.

Seminar nasional ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa BSA FAI UAD untuk memperkuat motivasi dan komitmen dalam menguasai bahasa Arab sebagai sarana untuk menciptakan perubahan positif di ranah internasional. Seminar tersebut tidak hanya memberikan wawasan kepada peserta, tetapi juga menginspirasi mahasiswa untuk memahami peran penting bahasa Arab dalam membangun hubungan antarnegara yang harmonis dan saling menguntungkan. (Fia)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Template-News-UAD-PUTIH-4.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-08 10:29:282025-01-08 11:34:02Mengupas Peran Strategis Bahasa Arab dalam Diplomasi Internasional

Drama Masra’ Cleopatra: Karya Besar yang Menghidupkan Kisah Cinta, Politik, dan Patriotisme

08/01/2025/in Feature /by Ard

Ilustrasi Cleopatra (Dok. Alfia)

Drama Masra’ Cleopatra yang ditulis oleh Ahmad Syauqi adalah sebuah mahakarya sastra yang memadukan elemen cinta, politik, dan patriotisme menjadi sebuah narasi yang penuh makna. Melalui kisah Cleopatra, penulis menyuguhkan potret pengorbanan cinta dan tanah air, yang menjadikan drama ini tetap relevan sepanjang masa. Dengan latar istana yang megah di Mesir kuno, karya ini mengajak kita untuk merenungkan nilai-nilai kepemimpinan, kesetiaan, dan keberanian dalam menghadapi konflik besar.

Cleopatra: Ikon Pengorbanan dan Cinta Tanah Air

Cleopatra, tokoh utama dalam drama ini, digambarkan sebagai seorang ratu yang tidak hanya dikenal karena kecantikannya, tetapi juga karena kecerdasan dan kecintaannya yang mendalam pada tanah air. Ahmad Syauqi mengangkat Cleopatra sebagai sosok pemimpin yang berani mengorbankan segalanya demi rakyat. Konflik batinnya, antara menjaga hubungan cinta dengan Antonius atau mengutamakan kepentingan rakyat Mesir yang menghadapi ancaman dari Octavius, menjadi inti dari drama ini.

Hubungan Cleopatra dan Antonius melambangkan cinta sejati yang diuji oleh intrik politik dan konflik kekuasaan. Meski menghadapi tantangan besar, mereka terus berjuang mempertahankan hubungan mereka. Cinta Cleopatra kepada Antonius tidak hanya bersifat romantis tetapi juga menjadi cerminan kesetiaan dan keberanian. Dalam perjalanannya, Cleopatra selalu mengutamakan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin, meskipun harus menempatkan dirinya dalam risiko besar.

Konflik Kekuasaan yang Sarat Patriotisme

Drama ini menonjolkan tema patriotisme melalui perjuangan Cleopatra melawan ambisi kekuasaan Octavius. Konflik antara Mesir dan Romawi tidak sekadar menjadi latar cerita, tetapi juga elemen yang membentuk dinamika karakter dan hubungan antar tokoh. Cleopatra, sebagai simbol patriotisme, menghadapi dilema berat untuk melindungi Mesir dari kehancuran. Dalam salah satu adegan yang menggugah, Cleopatra lebih memilih mengakhiri hidupnya daripada menyerahkan diri kepada musuh. Hal ini menunjukkan kecintaan dan loyalitasnya terhadap tanah air.

Kisah ini menggambarkan bahwa patriotisme tidak hanya tentang mempertahankan kedaulatan negara, tetapi juga tentang menjaga martabat dan kehormatan. Cleopatra adalah teladan seorang pemimpin yang memahami bahwa tanggung jawab kepada rakyat lebih besar daripada kepentingan pribadi.

Karakterisasi yang Dinamis dan Beragam

Ahmad Syauqi berhasil menciptakan karakter yang hidup dan penuh warna. Cleopatra adalah sosok protagonis yang kompleks, kuat, cerdas, dan penuh kasih sayang. Di sisi lain, Antonius tampil sebagai pria yang penuh cinta tetapi sering terjebak dalam ketidakpastian akibat tekanan politik. Octavius, antagonis utama, adalah perwujudan ambisi dan intrik, menjadikannya ancaman nyata bagi Mesir.

Tokoh pendukung seperti Charmion, Helena, dan Olympus juga memainkan peran penting dalam memperkuat narasi. Charmion, misalnya, mewakili kesetiaan hingga akhir hidupnya sebagai pelayan Cleopatra, sementara Helena dan Olympus memberikan dimensi tambahan pada kehidupan istana yang penuh intrik. Kombinasi tokoh-tokoh ini menciptakan dinamika cerita yang kaya dan menarik.

Penggambaran Latar yang Memikat

Dengan latar yang beragam, mulai dari Istana Cleopatra hingga Kuil dan wilayah Alexandria, drama ini membawa pembaca ke dalam suasana Mesir kuno yang autentik. Penulis dengan cermat mendeskripsikan detail lingkungan, dari kemegahan istana hingga keheningan malam yang dipenuhi ketegangan. Latar waktu, yang mencakup berbagai momen seperti pagi, malam, dan hari-hari berikutnya, memberikan ritme yang dinamis pada alur cerita.

Alur maju dalam drama ini membuat perjalanan cerita terasa lancar dan mudah diikuti. Setiap adegan menyajikan konflik yang semakin intens, hingga mencapai puncaknya pada klimaks tragis ketika Cleopatra membuat keputusan akhir untuk melindungi kehormatannya. Ahmad Syauqi secara cerdas mengombinasikan drama pribadi dan konflik politik, menciptakan keseimbangan yang membuat cerita ini menyentuh sekaligus memikat.

Pesan Moral: Kepemimpinan dan Pengorbanan

Drama Masra’ Cleopatra menyampaikan pesan moral yang mendalam, khususnya tentang arti kepemimpinan dan pengorbanan. Melalui Cleopatra, Ahmad Syauqi menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan sulit demi kebaikan rakyatnya. Tindakan Cleopatra yang rela mengorbankan dirinya sendiri menggambarkan nilai kepemimpinan sejati, di mana kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama.

Kisah cinta Cleopatra dan Antonius juga mengajarkan tentang pentingnya kesetiaan dan keberanian dalam menjalani hubungan. Di tengah intrik dan ancaman, mereka tetap berusaha bertahan, meski pada akhirnya harus menerima kenyataan pahit. Drama ini mengingatkan kita bahwa cinta sejati sering kali menuntut pengorbanan besar dan keberanian untuk menghadapi tantangan bersama.

Relevansi dengan Kehidupan Masa Kini

Meskipun berlatar belakang sejarah, drama ini tetap relevan dengan kehidupan modern. Konflik antara cinta, kekuasaan, dan tanggung jawab adalah isu yang sering dihadapi oleh banyak pemimpin dan individu masa kini. Sosok Cleopatra menginspirasi kita untuk mencintai tanah air dengan sepenuh hati dan berkontribusi bagi kebaikan bersama.

Selain itu, drama ini juga memberikan pelajaran tentang pentingnya keberanian dan integritas dalam menghadapi tantangan hidup. Keteguhan Cleopatra dan Antonius menjadi pengingat bahwa perjuangan demi nilai-nilai yang diyakini benar adalah hal yang layak dilakukan, meskipun harus menghadapi risiko besar.

Sebuah Karya Sastra yang Abadi

Drama Masra’ Cleopatra adalah karya sastra yang memadukan cinta, politik, dan patriotisme dalam sebuah cerita yang mendalam. Dengan penggambaran karakter yang kompleks, latar yang hidup, dan alur yang menegangkan, Ahmad Syauqi menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran berharga bagi pembacanya.

Melalui Cleopatra, kita diajak untuk merenungkan arti sejati dari kepemimpinan, kesetiaan, dan cinta kepada tanah air. Drama ini adalah pengingat abadi bahwa cinta sejati dan pengorbanan demi kebaikan bersama adalah nilai-nilai yang harus terus dijunjung tinggi. Dengan segala keindahan dan kompleksitasnya, Masra’ Cleopatra adalah karya yang layak diapresiasi dan diingat sepanjang masa. (Alfia Salsabila R. Mahasiswa BSA UAD)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ilustrasi-Cleopatra-Dok.-Alfia.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-08 09:55:032025-01-08 09:55:03Drama Masra’ Cleopatra: Karya Besar yang Menghidupkan Kisah Cinta, Politik, dan Patriotisme

Arif Nur Rahman, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD yang Gemar Berkompetisi di Dunia Poster

06/01/2025/in Feature /by Ard

Arif Nur Rahman Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD (Dok Arif)

Arif Nur Rahman, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) angkatan 2024, dikenal dengan kegemarannya mengikuti lomba desain poster. Perjalanannya dalam dunia desain dimulai sejak masa SMK, di mana ia belajar beradaptasi dari fokus awal pada videografi menuju desain grafis. Peralihan ini terjadi karena keterbatasan alat untuk mendukung keahliannya di bidang videografi, tetapi ternyata membuka pintu baru dalam bidang yang kini menjadi passion utamanya.

Saat di SMK, Arif mengambil jurusan Multimedia, yang memupuk kecintaannya terhadap dunia kreatif. Ia mulai aktif melakukan pekerjaan freelance desain grafis untuk mengasah keterampilan dan menciptakan peluang usaha sampingan. Setelah lulus, Arif sempat bekerja di industri batik sebagai staf kreatif, pengalaman yang memperdalam pemahamannya tentang pentingnya desain di sektor industri kreatif. Ia kerap menggunakan aplikasi seperti Canva dan CorelDRAW untuk menghasilkan karya-karya berkualitas.

Arif juga membagikan beberapa tips belajar desain grafis bagi pemula: memahami dasar-dasar desain, memilih perangkat lunak yang mudah dipelajari, menggunakan hierarki visual, serta bergabung dengan komunitas desain grafis. Arif sendiri aktif di komunitas @Ruang_edit.id, di mana ia berbagi hasil karya dan memperluas wawasan. Selain itu, ia menekankan pentingnya niat kuat, latihan konsisten, keberanian mengolah komposisi, dan memperbanyak referensi sebagai kunci sukses dalam desain.

Sebagai mahasiswa, Arif harus pintar membagi waktu antara akademik dan hobi desain. Ia menggunakan strategi skala prioritas, menyusun to-do list, dan memastikan tidak menunda pekerjaan. Dengan bantuan aplikasi seperti to-do list dan notify, ia merancang jadwal kegiatan mingguan untuk tetap produktif tanpa mengorbankan salah satu aspek kehidupan.

Berkat kegigihannya, Arif telah mencetak berbagai prestasi. Di antaranya adalah Juara I Iklan Layanan Masyarakat Kategori Putra KOMPBI Unisri 2021, Karya Terinovatif dalam Gelar Karya Vol.4 FSBK UAD, serta Juara III Public Service Announcement Poster dalam International Competition Indonesia Broadcasting Conference 2024.

Bagi Arif, desain grafis bukan hanya hobi, tetapi juga medium untuk menyampaikan pesan kreatif yang berdampak. “Desain itu fleksibel, bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja,” ungkapnya. Dengan semangat inovasi dan kecintaannya pada seni, Arif membuktikan bahwa kreativitas dapat membuka jalan menuju berbagai pencapaian gemilang. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Arif-Nur-Rahman-Mahasiswa-Ilmu-Komunikasi-UAD-Dok-Arif.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-06 10:31:122025-01-06 10:31:12Arif Nur Rahman, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD yang Gemar Berkompetisi di Dunia Poster

Kisah Inspiratif Yusron Umar Gubernur BEMF-Farmasi UAD 2024/2025

06/01/2025/in Feature /by Ard

Yusron Umar Gubernur BEM Fakultas Farmasi UAD 20242025 (Dok. Yusron)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali melahirkan sosok inspiratif di bidang kepemimpinan organisasi. Yusron Umar, mahasiswa angkatan 2021, ia dipercaya menjabat sebagai Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (BEMF-Farmasi) UAD periode 2024/2025. Melalui Kabinet Resonansi Dedikasi, ia mengusung inovasi dan pembaruan dalam setiap langkah kepemimpinannya.

Perjalanan Yusron menjadi Gubernur BEMF-Farmasi dimulai sejak awal masa orientasi, Program Pengenalan Kampus (P2K) 2021. Saat sesi pengenalan organisasi, ia terinspirasi oleh jawaban Gubernur BEMF-Farmasi saat itu, hingga tekadnya untuk suatu hari memimpin organisasi tersebut mulai tumbuh. Langkah awalnya dimulai dengan mengikuti program magang di BEMF-Farmasi pada periode 2021/2022. Berbekal pengalaman sebagai aktivis di SMAIT Ibnu Abbas Klaten, Yusron melanjutkan karier organisasinya dengan menjadi Sekretaris Departemen Luar Negeri pada periode pertama. Meskipun tak memiliki pengalaman di bidang kesekretariatan, ia terus belajar hingga akhirnya menjabat sebagai Kepala Departemen Luar Negeri pada periode berikutnya.

Dalam masa jabatannya sebagai gubernur, Yusron berhasil membawa berbagai inovasi melalui program kerja unggulan. Salah satunya adalah Pharmacy Talkshow 2024, sebuah acara berskala nasional yang menghadirkan narasumber terkemuka dan dihadiri oleh Rektor UAD Prof. Muchlas, M.T. beserta jajaran pimpinan universitas. Selain itu, program Duta Farmasi UAD menjadi terobosan baru yang bertujuan menghadirkan wajah representatif Farmasi UAD, baik di tingkat internal maupun eksternal. Tidak hanya itu, Beasiswa Dedikasi Farmasi Muda menjadi bentuk apresiasi bagi mahasiswa dengan kapabilitas non-akademik.

Membagi waktu antara akademik dan non-akademik menjadi tantangan tersendiri bagi Yusron. Ia memanfaatkan teori Eisenhower Matrix untuk memprioritaskan tugas, serta time-blocking dengan bantuan Google Calendar. Meski terkesan normatif, kombinasi teori ini sangat membantu Yusron menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa dan pemimpin organisasi secara optimal.

Kesan mendalam selama menjabat datang dari kecintaannya pada BEMF-Farmasi. Baginya, bertahan di tengah dinamika organisasi adalah bukti cinta yang nyata. Salah satu kalimat yang menginspirasinya adalah, “Jika proses adalah luka, maka bertahan adalah bentuk cinta paling nyata”. Kalimat ini terus memotivasi Yusron untuk garang menghadapi tantangan dan mengukir perubahan.

Dengan semangat Resonansi Dedikasi, Yusron Umar berhasil menunjukkan bahwa impian besar yang dirangkai dengan kerja keras dan cinta mampu membawa perubahan nyata. Ia adalah bukti bahwa setiap perjuangan pasti akan bermuara pada keberhasilan. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Yusron-Umar-Gubernur-BEM-Fakultas-Farmasi-UAD-20242025-Dok.-Yusron.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-06 09:55:452025-01-06 09:55:45Kisah Inspiratif Yusron Umar Gubernur BEMF-Farmasi UAD 2024/2025

Transformasi Minyak Jelantah dalam Perspektif Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

04/01/2025/in Feature /by Ard

Proses Transesterifikasi pada Minyak Jelantah (Dok. Annisa)

Indonesia menghadapi tantangan besar akibat limbah minyak jelantah yang dihasilkan dari industri dan rumah tangga. Dengan populasi besar dan gaya hidup konsumtif, negara ini memproduksi volume minyak bekas yang signifikan. Jika dibiarkan, limbah ini berpotensi mencemari air tanah, merusak ekosistem, dan mengancam kesehatan masyarakat. Namun, di balik tantangan ini, tersimpan peluang inovasi yang dapat mengubah minyak jelantah menjadi energi terbarukan.

Perspektif Islam dan Muhammadiyah dalam Pelestarian Lingkungan

Dalam Islam, menjaga lingkungan adalah amanah sebagai khalifah di bumi. Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam terkemuka, menjadikan pelestarian lingkungan sebagai salah satu agenda utama. Pendekatan ini tercermin dalam buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan, yang menawarkan panduan transisi energi ramah lingkungan seperti tenaga surya, angin, air, dan biodiesel. Inisiatif ini tidak hanya menyediakan solusi ekologis, tetapi juga menegaskan tanggung jawab umat Islam untuk menjaga keseimbangan alam sesuai perintah Allah Swt.

Inovasi Teknologi: Minyak Jelantah Menjadi Biodiesel

Melalui teknologi modern seperti transesterifikasi, minyak jelantah diolah menjadi biodiesel bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil. Selain itu, metode sederhana seperti modifikasi tungku memungkinkan penggunaan minyak jelantah langsung sebagai bahan bakar, menciptakan pembakaran yang lebih sempurna dengan tambahan suplai udara.

Muhammadiyah memanfaatkan teknologi ini dengan mendirikan unit pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel. Langkah ini memberikan manfaat ganda: mengurangi limbah lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar.

Edukasi dan Kesadaran Lingkungan

Muhammadiyah juga aktif mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya mengelola limbah secara bijak. Minyak jelantah kini dipandang sebagai sumber daya bernilai ekonomi dan lingkungan. Langkah ini menciptakan kesadaran kolektif bahwa limbah dapat diubah menjadi peluang.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Kendala utama adalah kurangnya regulasi ketat terkait pembuangan minyak jelantah serta minimnya insentif bagi industri kecil yang mengolah limbah menjadi energi terbarukan. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah menjadi kunci keberhasilan program ini. Diperlukan kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi hijau dan meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya daur ulang limbah.

Muhammadiyah sebagai Pionir Transformasi Energi

Melalui Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM), organisasi ini menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian dari amal saleh. Dalam konteks minyak jelantah, Muhammadiyah menunjukkan bahwa pengelolaan limbah dapat menjadi wujud nyata dakwah lingkungan dan jihad ekologi. Buku Fikih Energi Berkeadilan menjadi panduan penting dalam membangun masyarakat berkeadilan dan berkelanjutan, sesuai visi Muhammadiyah di era teknologi 4.0 dan 5.0.

Transformasi minyak jelantah menjadi energi terbarukan adalah bukti nyata sinergi antara sains, teknologi, dan nilai-nilai Islam. Muhammadiyah, dengan visi progresifnya, memimpin gerakan ini sebagai inspirasi perubahan menuju lingkungan berkelanjutan dan masyarakat sejahtera. Di tengah krisis energi global, langkah ini menjadi dakwah yang membawa keberkahan bagi dunia dan akhirat.

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Proses-Transesterifikasi-pada-Minyak-Jelantah-Dok.-Annisa.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-01-04 11:51:022025-01-04 11:51:02Transformasi Minyak Jelantah dalam Perspektif Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Page 20 of 64«‹1819202122›»

TERKINI

  • IMM BPP UAD Gelar Diskusi Literasi Bertema Media Sosial dan Kesehatan Remaja18/06/2025
  • IMM PBII UAD Gelar Pelatihan Administrasi18/06/2025
  • HISKI UAD Gelar Pelatihan Menulis Cerpen bagi Siswa SMA se-Kota Yogyakarta18/06/2025
  • IMM FAI, IMM FTI UAD, dan LazisMu Mantrijeron Gelar Kurban Bersama18/06/2025
  • Demokrasi sebagai Bagian Pembelajaran Kepemimpinan Mahasiswa18/06/2025

PRESTASI

  • Mahasiswi UAD Raih Juara 1 Seni Tunggal Tangan Kosong Putri dalam Kejurnas Tapak Suci Semar VI18/06/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara 2 dalam Lomba Pidato Gebyar Ilmu Hadis 202518/06/2025
  • Tim Indynamics UAD Raih Prestasi di UNITY Competition #1317/06/2025
  • Mahasiswi Gizi UAD Raih Juara I Kelas C Putri di Kejurnas Tapak Suci Semar VI13/06/2025
  • UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Tapak Suci Semar VI13/06/2025

FEATURE

  • Membangun Administrasi yang Rapi dan Visioner ala IMM18/06/2025
  • Salsabila Aulia Untsa dan Perjalanan 10 Sahabat di Lautan Kedokteran18/06/2025
  • Spirit HEBAT untuk Dokter UAD18/06/2025
  • Hidupkan Harapan, Kejar Impian di Universitas Ahmad Dahlan18/06/2025
  • Latar Belakang Lahirnya Surat Edaran tentang Larangan Penahanan Ijazah bagi Pekerja18/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top