• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Sunday Sound Session: Nada Bicara tentang Rasa

11/07/2019/in Feature /by NewsUAD

 

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Musik Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Sunday Sound Session (SSS) pada 30 Juni 2019, bertempat di Setren Opak, Bantul, Yogyakarta. SSS menampilkan Kopi Basi, Jejak Imaji, Sahsaka, Forum Komunikasi UKM Musik se-Yogyakarta (FKUKMMY), Sukma Ibu Jari, dan Satulana. SSS kali ini mengusung tema “Nada Bicara tentang Rasa” bergenre folk.

“Tema tersebut kami ambil karena segala sisi kehidupan manusia adalah seni. Cara berjalan, berbicara, menangis, tertawa, amarah, benci, keresahan, dan cinta. Lima tahun belakangan ini musik folk sedang meriah di kalangan penikmat musik, khususnya anak muda. Alunan musik yang sendu membuat pendengar menjadi tenang dan nyaman. Musik folk juga tidak jauh dari literasi dalam penulisan liriknya yang sarat dengan makna. Harapannya perasaan manusia itu tersampaikan lewat musik,” ujar ketua panitia Hardi Mardiansyah.

Banyak kendala yang dialami kepanitiaan dalam menyelenggarakan acara ini. Namun kendala itu langsung dikomunikasikan panitia ke Badan Pengurus Harian (BPH) dan senior UKM Seni Musik UAD untuk mencari solusi. Acara SSS yang merupakan program kerja tahunan UKM Seni Musik UAD ini sangat ditunggu oleh teman-teman musik di luar UAD. FKUKMMY juga selalu antusias dan mendukung setiap acara.

“Setiap tahun pasti memiliki kejutan tersendiri dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan acara ini dapat menjadi ajang silaturahmi antara teman-teman musik, penikmat sastra, dan teater. Juga, sebagai edukasi kepada penonton tentang genre folk itu sendiri,” tutupnya. (JM)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sunday-Sound-Session-Nada-Bicara-tentang-Rasa.jpg 853 1280 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-07-11 12:39:512019-07-11 12:39:51Sunday Sound Session: Nada Bicara tentang Rasa

Bimtek Daring Pendidikan Profesi Guru di UAD

11/07/2019/in Feature /by NewsUAD

Rabu (3-7-2019), berlangsung Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembelajaran Daring Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan angkatan V tahun 2019, yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara yang bertempat di lantai satu Fakultas Kedokteran kampus IV UAD ini bertujuan untuk menambah bekal bagi guru yang sedang mengikuti PPG.

Dr. Sri Hartini M.Pd. selaku Kaprodi PPG dalam sambutannya memberikan semangat dan arahan untuk peserta. Ia mengajak tepuk PPG diiringi gerakan. Senyum, sapa, salam, semangat, sukses, dan surga! Begitu bunyi dari tepuk dan salam PPG. Selain untuk memberi semangat, tepuk ini juga memiliki esensi bahwa seorang guru harus ikhlas dan profesional dalam mengemban tugas maka insya Allah balasannya surga.

Sementara itu, materi Bimtek diberikan oleh Febrianto Amri Ristadi dari Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kesukaan dalam bidang e-learning dan pembelajaran daring, membuat dirinya diundang oleh program studi PPG FKIP UAD untuk membimbing teknis peserta PPG. Selanjutnya, alur PPG dalam jabatan 2019 disampaikan secara rinci oleh Amri, yang diikuti oleh peserta dengan praktik di laptop masing-masing.

Uji kompetensi profesi merupakan syarat mengikuti PPG jika sudah dinyatakan lulus. Secara umum, peserta dari guru tingkat nasional yang terdiri atas 66 perguruan tinggi se-Indonesia, baik PTN dan PTS. Peserta seharusnya ada 168, tetapi yang hadir hanya 77 orang. Kali ini peserta dari jurusan Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Guru PAUD, Pendidikan Guru SD, serta Pendidikan Bahasa Inggris.

Peserta tidak hanya dari Yogyakarta dan Jawa Tengah. Namun ada dari Sulawesi, Kalimantan, Lampung, Bangka, dan NTB. Para peserta yang jauh dari kampus bisa lihat live streaming yang disediakan oleh UAD.

Hartini menjelaskan, bimbingan sudah mulai dari tahun 2017 hingga 2019. Pada tahun ini ada lima gelombang dari Januari sampai akhir November. Bimtek daring kali ini merupakan gelombang lima pada tahun 2019.

Bimtek merupakan tahap awal supaya mahasiswa PPG bisa melakukan daring atau pembelajaran online. Setelah tiga bulan setengah melaksanakan daring, bulan keempat datang ke UAD untuk melakukan pelatihan dan PPL masing-masing selama tiga minggu.

“Saya berpesan untuk guru dalam jabatan, supaya serius karena tuntutan pembelajaran semakin sulit dan kemajuan teknologi berpacu terus dengan waktu. Sehingga, tetap harus meningkatkan kualitas diri. Bagi yang belum jadi guru atau prajabatan, harus lebih bersemangat. Bagi anak-anak muda harus menyiapkan bekal untuk jadi guru masa depan yang profesional,” pesan Hartini selaku Ketua program PPG. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/bimtekppg.jpg 354 715 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-07-11 12:25:182019-07-15 10:02:47Bimtek Daring Pendidikan Profesi Guru di UAD

Sastra Peranakan Tionghoa dalam Konstelasi Kesusastraan Indonesia

10/07/2019/in Feature /by NewsUAD

Forum Apresiasi Sastra (FAS) mengadakan bincang-bincang tentang sastra peranakan Tionghoa, 26 Juni 2019, bertempat di hall kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Sunlie Thomas Alexander. Sunlie merupakan sastrawan Indonesia peranakan Tionghoa yang telah menulis berbagai buku, seperti cerpen Makam Seekor Kuda (2018), Istri Muda Dewa Dapur (2012), Malam Buta Yin (2009), dan kumpulan puisi Sisik Ular Tangga (2014).

Salah satu masalah yang sangat lama terpendam yaitu belum adanya pengakuan atas kepeloporan orang-orang Tionghoa dalam proses kebangsaan Indonesia melalui perkembangan kesusastraan Melayu-Tionghoa. Padahal, kesusastraan ini sudah ada sejak 1870. Kesusastraan Melayu-Tionghoa, yang ditulis dalam bahasa Melayu oleh dan untuk orang Tionghoa perantauan, berkembang di Hindia Belanda khususnya di Jawa dan dalam tingkatan lebih rendah di Malaysia dari akhir abad ke-19 sampai tahun 1945. Sejak itu kesusastraan tersebut perlahan mulai terlupakan.

Menurut Claudine Salmon dalam bukunya Sastra Indonesia Awal Kontribusi Orang Tionghoa, selama hampir 100 tahun (1870−1960) kesastraan Melayu-Tionghoa melibatkan 806 penulis yang menghasilkan 3.005 karya. Sebaliknya, berpatok pada catatan Prof. Dr. A. Teeuw, selama hampir 50 tahun (1918−1967), kesastraan modern Indonesia (tidak termasuk terjemahan) hanya ada 175 penulis dan sekitar 400 karya. Dihitung sampai 1979, sebanyak 284 penulis dan 770 karya.

Dalam kurun waktu 1920−1980-an, banyak penulis Tionghoa yang ikut serta menyumbangkan buah karyanya bagi perkembangan sastra di tanah air. Misalnya, Tjio Peng Hong, Im Yang Tjoe, Kwee Tek Hoay, Njoo Cheong Seng, Tan Sioe Tjhoan, Oen Bo Tik, Liem Khing Hoo, Gan San Hok, Soe Lie Piet, Pouw Kioe An, Tan Mo Goan, Wang Renshu, dan Siauw Giok Tjhan.

Jauh sebelum penerbitan roman berbahasa Indonesia karangan Marah Rusli berjudul Sitti Nurbaya (1922), 30 tahun sebelumnya, penulisan prosa telah muncul berupa roman Melayu Klasik   yang langsung ditulis dalam bahasa Melayu oleh para pengarang Tionghoa. Antara tahun 1880 dan 1930, ditemukan sekitar 280 judul roman yang diterjemahkan dari bahasa Tionghoa. Karya-karya terjemahan tersebut tidak hanya dibaca oleh masyarakat Tionghoa Peranakan, tetapi juga dibaca oleh penduduk Hindia Belanda yang kini bernama Indonesia. (JM)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sastra-Peranakan-Tionghoa-dalam-Konstelasi-Kesusastraan-Indonesia.jpg 712 1068 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-07-10 10:28:092019-07-10 10:28:09Sastra Peranakan Tionghoa dalam Konstelasi Kesusastraan Indonesia

Sentani: Bincang-Bincang Pembelajaran di Sekolah Merdeka

26/05/2019/in Feature /by NewsUAD

Sekolah Akar Rumput yang kerap kali disebut dengan sekolah merdeka, sudah berdiri sejak Juli 2017. Sekolah ini terletak di Dusun Pendes, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pembelajaran di sini tidak sama dengan pembelajaran sekolah formal pada umumnya. Peserta didik tidak berpakaian seragam, tidak ada kurikulum, dan tidak ada mata pelajaran. Prinsip sekolah ini adalah, semua kegiatan merupakan pembelajaran.

Menurut Mirja Sentani selaku fasilitator, pembelajaran di Sekolah Akar Rumput yaitu riset tentang kearifan lokal. Semester ini telah mengangkat kegiatan riset bedah desa. Awalnya dari bedah desa, mendatangkan orang-orang dari balai desa untuk membicarakan keunggulan-keunggulan di Desa Panggungharjo.

Pertemuan dilakukan dari Senin sampai Jumat. Mereka meneliti tentang apa pun yang mereka lihat, kemudian ditulis. Setelah itu, dipresentasikan oleh peserta didik saat akhir semester.

Pembelajaran hari Senin lebih ke tema budaya, semester ini mereka belajar karawitan. Selasa sampai Rabu ada persiapannya. Kamis, mereka belajar kreativitas, yaitu membuat batik cap dan teknik membatik. Kamis juga berkunjung ke rumah salah satu orang tua dari peserta didik. Di sana nanti ada pembelajaran dari orang tua tersebut. Jumat dilalui dengan olahraga bela diri, renang, dan kepanduan.

Secara lebih umum, sekolah ini dipersiapkan dari Januari sampai Mei. Bulan pertama, mereka mencari dan menentukan judul riset. Bulan kedua, mereka memantapkan dan membuat pertanyaan. Bulan ketiga, mereka wawancara. Bulan keempat, mereka mulai mengerjakan dan mengevaluasi hasil riset. Bulan kelima, mereka presentasi.

“Cara menjadi fasilitator bagi anak-anak di sini adalah harus bisa membaur dengan mereka, melebur, dan bisa memahami mereka. Tidak muluk-muluk. Harapan saya untuk anak-anak di sini, mereka dapat mengenali diri sendiri,” ujar Mirja, yang merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

“Visi dan misi dari Sekolah Akar Rumput ringkasnya adalah tentang kesehatan, pangan, dan budaya. Kemudian, semua itu dimasukkan dalam pengajaran. Kami ingin anak-anak menemukan dirinya. Para penggagas Sekolah Akar Rumput tertarik dari Sanggar Anak Alam (Salam). Selama ini, praktik pembelajaran dibagi dalam kelas besar dan kecil, yakni kelas satu sampai tiga dan empat sampai enam. Target kami membuat mereka memahami huruf dan angka. Selanjutnya, memanfaatkan keahlian huruf dan angka itu untuk mencapai keahlian lain,” jelas Rona Narendra, alumnus ISI Yogyakarta asal Jepara yang merupakan salah satu penggagas di Sekolah Akar Rumput.

Rona juga menyampaikan, “Kelas enam melakukan riset soal ujian dan mengikuti kejar paket. Rapotnya tidak dalam bentuk angka, namun narasi. Lulusan sekolah Akar Rumput Sangat bisa melanjutkan ke sekolah formal, bahkan sampai jenjang perkuliahan juga bisa. Sekolah ini berbasis Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Kebetulan kepala desa visioner, yang menerapkan pembangunan berbasis desa.” (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sentani-Bincang-Bincang-Pembelajaran-di-Sekolah-Merdeka.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-26 14:25:162019-06-01 19:39:20Sentani: Bincang-Bincang Pembelajaran di Sekolah Merdeka

Mahasiswa UAD Menjadi Fasilitator di Akar Rumput

25/05/2019/in Feature /by NewsUAD

Mirja Sentani mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) semester enam, dikenal sebagai aktivis kampus. Ia mengikuti Lembaga Semi Otonom (LSO) Kreativitas Kita (Kreskit) yang bergerak di bidang jurnalistik, Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB), serta Forum Kreativitas Mahasiswa Bangka Tengah (Forkrevmah) yang merupakan organisasi daerah ekstra kampus.

Saat ini, mahasiswa asal Bangka Tengah itu sedang bekerja sebagai fasilitator di Sekolah Akar Rumput yang terletak di Dusun Pendes, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul. Mantan Pemimpin Umum Kreskit periode 2017/2018 tersebut mengaku mengajar di Sekolah Akar Rumput setelah mendapat tawaran dari temannya. Esensi pendidikan menurutnya ialah memanusiakan manusia, yang dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara.

“Sebelumnya saya tidak termovitasi sebagai fasilitator, namun tertarik dengan metode pembelajaran di sekolah merdeka. Saya tertarik sejak tahun 2018, saat Kreskit mengadakan bakti sosial di Sanggar Anak Alam (Salam). Kebetulan tahun 2019 teman saya menjadi fasilitator di Sekolah Akar Rumput. Sekolah ini juga mempunyai benang merah dengan Salam. Saat teman saya mengunggah kegiatan di sekolah merdeka, saya selalu mengikuti posting-annya. Kemudian, saya tertarik dengan sistem pembelajaran di sana. Suatu sistem pembelajaran yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Pembelajaran yang tidak menggunakan kurikulum dan tidak ada mata pelajaran, karena semua kegiatan termasuk pembelajaran,” jelas Mirja saat ditemui di Sekolah Akar Rumput pada Kamis (16-5-2019).

Ia menyampaikan, “Saya baru tiga bulan mengajar di Sekolah Akar Rumput. Saya merasa bodoh, karena ternyata banyak hal yang tidak saya dapatkan di ruang kuliah saat di kampus. Untungnya saya terbantu saat mengikuti LSO Kreskit tentang kepenulisan di organisasi. Khususnya dalam kepenulisan dan teater, keduanya sangat membantu saya. Kreativitas sangat dibutuhkan, bukan hanya teori a, b, dan z.”

“Ketika seseorang mendapatkan IPK empat, saya berani bertaruh bahwa orang tersebut belum tentu bisa menerapkan gaya belajar IPK-nya pada macam-macam kepala anak. Karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda, memiliki keunikan masing-masing. Misalnya kita yang menjalani pendidikan dari SD, SMP, dan SMA, maka kita dijejali semua mata pelajaran. Sebenarnya semua mata pelajaran tersebut belum tentu kita pahami. Seharusnya, kita juga tidak harus paham semua dengan bidang tersebut, karena setiap anak memiliki keahlian di bidang masing-masing. Berbeda dengan sekolah merdeka. Setiap anak kami latih dan dampingi, sampai mereka menemukan hal yang mereka bisa. Sebagai fasilitator, kami hanya mendampingi bukan menuntut mereka harus bisa ini dan itu,” pungkasnya. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Mahasiswa-UAD-Menjadi-Fasilitator-di-Akar-Rumput.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-25 17:11:372019-06-01 19:21:00Mahasiswa UAD Menjadi Fasilitator di Akar Rumput

Windarwan: Tanam Kebaikan sejak Hari Ini

25/05/2019/in Feature /by NewsUAD

Setelah melewati pekarangan warga yang banyak pohon pisang dan beberapa warung, akhirnya kami tiba di rumah Windarwan. Sempat cemas, karena rumah itu sepi, tidak sebanding dengan ramai halamannya yang dihiasi warna bunga. Ternyata perjalanan dua kilo meter yang kami tempuh harus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Windarwan sudah berada di kawasan mangrove. Untungnya, perjalanan kami sebelum sampai di lokasi mendapat tumpangan dari mobil Dinas Lingkungan Hidup. Hingga sampailah kami di kawasan mangrove.

Windarwan yang merupakan narasumber kami, menyambut kami dengan sepiring nasi lauk sayur kangkung dan kentang. Laki-laki bertopi itu mulai bercerita. Menurutnya, untuk berbuat kebaikan tidak perlu ditunda. Jika bisa dilakukan hari ini, tidak perlu menunggu hari esok.

“Prinsip itu yang saya tanamkan dalam menjaga lingkungan, khususnya mangrove di area pantai Baros. Selain untuk abrasi dan salinitas air laut, kawasan mangrove bermanfaat untuk kehidupan satwa. Satwa yang hidup di sana ada 500 spesies burung, kepiting bakau, kepompong, siput, dan ular. Pengelola sengaja tidak membunuh satwa dan membiarkannya tetap hidup karena dapat membantu petani, yaitu mengurangi populasi tikus dengan memakannya. Membantu ekosistem juga untuk perkembangan populasi burung pipit. Kabar gembira lain bagi petani yaitu dapat diet pestisida karena ada beberapa habitat satwa yang memakan hama padi.”

Masih menurut penuturannya, penanaman mangrove diketahui dari mahasiswa, mencari, dan mempelajari di internet. Setelah itu, pemuda di desa mencoba mengembangkan masukan-masukan dan ide dari berbagai instansi. Salah satunya dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Bantuan yang terpampang jelas dari pihak UAD yaitu papan peduli lingkungan yang dipajang di kawasan mangrove.

Pemuda pantai Baros yang memiliki hobi fotografer dan jalan-jalan ini menegaskan bahwa kawasan mangrove tujuannya untuk konservasi bukan untuk pariwisata belaka. Selain itu, mencoba menyadarkan pengunjung yang ingin belajar tentang alam sekitar. Terutama belajar seputar kawasan pantai Baros, bahaya-bahaya yang akan terjadi, cara menanggulanginya, dan fungsi kawasan mangrove. Lingkungan akan seimbang, jika budi daya mangrove terus dilestarikan. Selain itu juga menyaring beribu spesies sampah ulah tangan kotor dan menyaring air laut yang masih terkandung pasir besi.

Peran masyarakat luar bagi kawasan Baros sangat membantu menyelamatkan kawasan Baros. Ada yang menyumbang bibit pohon dan membuat sumur. Masyarakat yang hidup di kawasan Baros sadar, bahwa abrasi perlu diantisipasi. Maka sampai detik ini, warga setempat tetap berpegang teguh dengan prinsipnya yaitu tetap fokus menanam dan menjaga kawasan mangrove tanpa membukanya untuk kepentingan komersil pariwisata.

Win, panggilan akrabnya, selaku pengelola dari Keluarga Pemuda dan Pemudi Baros (KP2B), membuka pintu lebar-lebar bagi pengunjung yang ingin belajar seputar kawasan mangrove dan manfaatnya. Mereka antusias untuk membagi edukasi bagi pengunjung. Tidak hanya mengelola, tapi juga mengedukasi masyarakat dalam kawasan maupun luar pantai Baros. Mulai dari penanaman, pengenalan, perawatan, dan penyampaian manfaat dari kawasan mangrove.

Pencadangan taman pesisir merupakan peran dari mangrove sebagai hutan buatan, karena kalau dibilang hutan tidak sebanding. Zona memanjang yang luasnya hanya 6−7 hektar, belum bisa dikatakan sebagai hutan. Dana yang diberikan dari kegiatan penanaman dialokasikan pengelola untuk pembelian bibit. Sampah yang datang lebih banyak daripada yang dikelola, menggugah pemuda untuk terus mengantisipasi terjadinya penumpukan sampah dan bahaya lain yang akan datang dengan cara terus membudidayakan mangrove.

Kawasan ini juga dipantau oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Baru-baru ini DLH memberi donasi, yang dialokasikan untuk pagar kawasan mangrove. Di sekitar jembatan bambu yang sudah rapuh dimakan sinar matahari, terlihat kumpulan pohon mangrove yang terlindungi oleh pagar yang terbuat dari bambu dan jaring warna hitam. Jika surut atau kira-kira air laut sampai lutut, maka bisa ditanam dengan bibit mangrove yang baru. Guna meninjau lingkungan Baros, terkadang dari pihak DLH melihat perkembangan kawasan mangrove, mengamati banyaknya pohon yang mati dan hidup, kemudian melakukan perbaikan untuk ke depannya. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Windarwan-Tanam-Kebaikan-sejak-Hari-Ini.jpg 614 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-25 08:24:152019-05-28 21:30:46Windarwan: Tanam Kebaikan sejak Hari Ini

Terselip Doa Ibu dalam Kemenangan Farah

24/05/2019/in Feature /by NewsUAD

Farah Muthia Saputri, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) angkatan 2017 ini bercita-cita menjadi guru. Selain kuliah, dahulu ia merupakan aktivis kampus di bidang jurnalistik yaitu Lembaga Semi Otonom Kreativitas Kita (LSO Kreskit). Namun, kandas di tengah jalan karena alasan tertentu yang berhubungan dengan jarak.

Walaupun berhenti menjadi aktivis kampus, Farah saat ini tak hanya menjadi mahasiswa “kupu-kupu” yang pekerjaannya kuliah pulang saja. Berbagai lomba ia ikuti, dengan alasan mencoba menguji diri lewat tantangan. Walau katanya sering tak beruntung, ia tetap gencar mencoba dan mengikuti berbagi lomba. Selagi ada kesempatan, maka cobalah. Prinsip itu yang ia berlakukan dalam sebuah tantangan mengikuti perlombaan.

Perempuan yang hobi menulis puisi ini telah mengikuti lomba di luar kampus. Salah satunya Gelegar Kompekalis #1 dari Unit Kegiatan Mahasiswa Kepenulisan Universitas PGRI Yogyakarta (UPY). Acara tersebut diadakan dalam rangka memperingati Hari Buku Nasional.

Gelegar Kompekalis #1 pada 4 Mei 2019 lalu menyajikan tiga lomba. Ada lomba resensi buku nonfiksi yang merupakan lomba individu bagi mahasiswa se-DIY. Dua lomba lagi yaitu menghias kue dan speaking contest yang diadakan khusus untuk mahasiswa UPY.

“Saya sempat cemas karena tidak mengikuti technical meeting (TM) acara lomba. Namun, saya memburu informasi yang tertinggal melalui teman saya. Beruntung, saya masih bisa mengikuti lomba tersebut,” jelas Farah saat diwawancarai pada Kamis (9-5-2019).

Sistem lombanya, dimulai dengan dibagikan buku yang akan diresensi oleh panitia. Kemudian, peserta diminta untuk meresensi buku selama 90 menit. Ia meresensi buku Marketing Publik Relation yang berisi tentang penjualan.

Mahasiswi asal Cilacap ini mengaku hanya mengikuti prosedur dari panitia dan menerapkannya saat meresensi buku. Dibumbui dengan modal suka dan tertarik, Farah menyelesaikan resensi di perlombaan tersebut.

“Hal paling utama untuk meresensi buku adalah, tahu inti isi buku dan identitas buku. Untuk memahami itu, kita harus gemar membaca. Saya rasa, kebiasaan ini juga sangat berguna untuk calon guru seperti saya,” ucapnya.

Ia menambahkan, “Alhamdulillah saat pengumuman, saya mendapat juara II. Juara I dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan juara III dari UPY. Doa ibu, diselipkan Tuhan untuk saya. Saya dibekali restu oleh ibu yang membuat perjuangan saya menjadi mudah dan lancar. Walaupun hanya meminta restu dari grup WhatsApp keluarga, saya mengakui doa ibu nyata begitu kuat untuk anaknya,” pungkasnya. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/juara2resebsise-DIYFarah.jpg 774 1032 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-24 16:52:022019-05-28 21:24:01Terselip Doa Ibu dalam Kemenangan Farah

Menulis untuk Mengubah Indonesia

23/05/2019/in Feature /by NewsUAD

“Saya ingin mengubah Indonesia dengan tulisan.”

Begitulah kutipan Hannif Andy Al Anshori yang akrab disapa Hannif, seorang bloger, travel writer, dan kontributor NatGeo.

Ia mempunyai hobi menulis sejak masih kuliah di salah satu perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta. Menariknya, ia menulis cerita perjalanan atau story telling. Hampir seluruh kisah perjalanan ia tulis ke blog pribadinya. Alhasil, banyak orang yang membaca, sekaligus tulisan itu menjadi daya tarik tersendiri. Orang yang membaca bukan hanya dari kalangan pelajar maupun orang biasa, tetapi juga dosen, menteri, sampai orang asing. Dengan tulisan itu, ia kerap sekali diundang untuk mengekspos keragaman dan mempromosikan daerah-daerah.

“Saya pergi berwisata tidak bermodal uang, hanya bermodal menulis lalu diundang untuk mengajar. Makan tidur pun dikasih sama orang,” ungkapnya saat memberikan Workshop Penulisan Kisah Perjalanan atau story telling yang diselenggarakan berkat kolaborasi antara Program Studi Sastra Indonesia dengan Sastra Inggris, Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di kampus II UAD, Jln. Pramuka 42, Umbulharjo, Yogyakarta, Minggu (12-5-2019).

Banyak sekali pengalaman dan peristiwa yang ia temukan di tempat yang pernah disinggahi, salah satunya daerah Papua. Papua yang wilayahnya jauh dari peradaban, tidak ada listrik, jarang sekali ada transportasi, dan banyak sekali orang meninggal karena telat ditolong.

Selain itu, ia juga memberikan tips dan teknis menulis story telling. Pertama, sebelum menulis, perlu sekali untuk meriset tempat yang dituju, meriset bisa dengan bertanya kepada masyarakat dan tentunya harus membaca guna mengetahui keunikan, cerita, serta mitos dari tempat tersebut. Kedua, lakukan pengamatan di lingkungan, dengan menggunakan lima indra yang dalam tubuh seperti mata, telinga, hidung, kulit, serta lidah.

Setelah itu, mencari sudut pandang yang sekiranya menarik untuk diangkat. Sudut pandang akan menentukan gaya bercerita dan cara menyampaikan masalah itu. Selanjutnya, komposisi foto karena foto juga sangat berpengaruh untuk memberikan bayangan kepada pembaca ketika membaca cerita tersebut.

“Lalu tulislah judul, judul harus meringkas cerita. Pembukaan yang ada di paragraf pertama akan menjadi umpan untuk menarik pembaca, makanya buat semenarik mungkin. Paragraf pertama itu akan menjadi penentu apakah pembaca mau melanjutkan atau berhenti membaca. Kemudian isi, isi untuk memaparkan kronologis dan mengelompokkan yang masih berhubungan dengan sebab-akibat. Penutup bisa mengutip pernyataan tokoh, sehingga membuat pembaca bertanya-tanya,” paparnya. (ASE)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Menulis-untuk-Mengubah-Indonesia-2.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-23 16:31:322019-05-28 20:37:05Menulis untuk Mengubah Indonesia

Nohan Juara 1 Lomba Cipta Puisi Nasional

21/05/2019/in Feature, Prestasi /by NewsUAD

Gandrung Raja Santanu dipilih Nohan Dhanan Purwawijaya sebagai judul puisi yang diikutkan lomba bertema cinta. Tak disangka, dari lomba yang diadakan oleh @ikutlomba dan bertaraf nasional itu, puisi Nohan berhasil menjadi juara 1.

Lomba menarik ini diadakan secara online, penyelenggara berasal dari Purwokerto dan Jakarta. Pengiriman karya dibatasi dalam kurun waktu satu minggu. Karya dikirim melalui surel dengan format yang ditentukan panitia. Antusiasme terlihat dari banyaknya peserta, yakni berjumlah 300, yang kemudian diseleksi hingga 100 naskah, lalu tahap seleksi 30 besar. Peserta yang masuk 30 besar wajib mengirimkan video pembacaan puisi yang telah diunggah di YouTube untuk memilih juara favorit. Sebanyak 65% penilaian pada naskah puisi.

“Saya menyukai cerita wayang, maka yang saya tulis cerita wayang terutama dalam Mahabharata. Saya mengambil peristiwa cinta yang genting dan penting. Lomba puisi ini bertemakan cinta, dan saya teringat kisah cinta Raja Santanu yang amat getir. Posisi Raja Santanu selain menentukan nasib kerajaan Hastina juga menentukan nasib cintanya. Pembuatan puisi saya cukup sederhana, karena menceritakan ulang dan dituangkan dalam bahasa puisi. Hanya saja, sudut pandang dalam pembuatan puisi tersebut tertuju pada Ranja Santanu,” ungkap Nohan.

“Hampir tidak ada kendala dalam lomba tersebut karena aturan yang dibuat oleh panitia sudah cukup jelas. Hanya saja di awal, saya sempat bingung menentukan cerita apa yang dirasa penting dalam Mahabharata,” lanjutnya.

Noran sangat beruntung karena ada banyak dukungan yang diberikan kepadanya. Orang tua dan teman-teman sangat mengapresiasi selama hal itu positif. Sementara dukungan dari kampus, ia berharap akan semakin ditingkatkan. Apalagi untuk lomba bertema sastra. (JM)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Nohan-Juara-1-Lomba-Cipta-Puisi-Nasional.jpg 1280 960 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-21 13:58:122019-05-22 16:02:18Nohan Juara 1 Lomba Cipta Puisi Nasional

EO Kopma UAD Kenalkan Kerajinan Kayu Karya KP2B

20/05/2019/in Feature /by NewsUAD

 

Bagi kebanyakan orang, jika mendengar kata mangrove pasti yang terlintas hanyalah konservasi alam di sekitar pantai. Lebih luas dari itu, padahal banyak yang bisa diulik. Dusun Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul, menjadi salah satu wilayah yang dekat dengan konservasi mangrove. Sehari-hari, warga mengumpulkan sampah kayu yang hanyut hingga ke Pantai Baros dan wilayah konservasi mangrove. Sampah kayu yang dikumpulkan warga kemudian akan dijual ke pengumpul untuk diolah menjadi kerajinan kayu.

Andi Wibowo bersama dengan dua rekan lainnya adalah pengrajin sampah kayu yang tiga tahun terakhir ini fokus mengembangkan kerajinan dari sampah kayu pantai. Laki-laki yang mengenakan jaket hijau ini menuturkan bahwa awal mula kerajinan ini digagas oleh Josh, warga negara Jerman yang memberi ide mengelola sampah kayu pantai menjadi kerajinan. Tidak sembarang sampah kayu bisa digunakan untuk kerajinan. Kayu bamboo dan kayu telo menjadi salah satu jenis kayu yang tidak dapat diolah menjadi kerajinan.

“Kerajinan berbentuk bowl, cemara, dan wadah buah, yang sering diminati pembeli baik lokal maupun mancanegara,” tutur laki-laki berkulit sawo matang itu.

Harga kerajinan tersebut dipatok mulai harga 40 ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah, tergantung tingkat kesulitannya. Seperti kerajinan berbentuk ikan yang memerlukan ketelitian yang tinggi, sehingga harga yang dipatok hingga jutaan rupiah. Hasil kerajinan akan disetorkan ke CV yang menjadi mitra kerja sama.

Kendala yang dialami Andi beserta kedua rekannya berupa kebutuhan alat-alat pendukung, galeri kerajinan, pemasaran, serta modal untuk mengembangkan kerajinan sampah kayu. Oleh karena itu, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebagai salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang memiliki Unit Komunitas Mahasiswa (UKM) seperti Koperasi Mahasiswa (Kopma), berupaya untuk menjadi wadah yang tepat dalam membantu mengembangkan usaha kerajinan sampah kayu itu. Bantuan dikhususkan pada bidang pemasaran yakni dengan membawa hasil produk ke berbagai Event Organizing (EO) yang biasa diadakan setiap tahunnya. Hal ini bisa menjadi salah satu cara mudah untuk mengenalkan produk kerajinan ramah lingkungan karya anak bangsa, sehingga meningkatkan minat generasi muda dalam melakukan pemberdayaan sampah kayu pantai.

Kopma yang memiliki galeri di kampus 1 UAD dapat digunakan untuk menampung serta memasarkan hasil kerajinan kayu sampah pantai, mengingat Andi beserta kedua rekannya belum memiliki galeri tetap. Harapan Andi dan kedua rekannya yang tergabung dalam Kelompok Pemuda Pemudi Baros (KP2B) dapat memiliki CV dan galeri sendiri. (chk).

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/UAD-3.jpg 745 1303 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-20 14:12:122019-05-22 15:19:48EO Kopma UAD Kenalkan Kerajinan Kayu Karya KP2B
Page 44 of 56«‹4243444546›»

TERKINI

  • UAD Gelar Wisuda Periode III Tahun Akademik 2024/202510/05/2025
  • PBI UAD Gelar Syawalan dan Lantik Pengurus KAMADA Periode 2025–202809/05/2025
  • Mahasiswa UAD Latih Kemampuan Jurnalistik Lewat Magang di Lembaga Muhammadiyah09/05/2025
  • PBSI FKIP UAD Gelar Sapa Prodi, Mahasiswa Dapat Ruang Suara dan Solusi09/05/2025
  • IMM FKM UAD Jalin Sinergi Inovatif dengan IMM Psikologi UMP09/05/2025

PRESTASI

  • UKM Voli UAD Raih 2 Trofi pada Ajang Febipharm Championship 202508/05/2025
  • Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat UAD Berprestasi di Nusantara Writing Festival 305/05/2025
  • Mahasiswa FEB UAD Raih Juara I Lomba Futsal dalam Semarak Milad IMM DIY03/05/2025
  • Pramudya Wijaya, Sabet Juara II Menyanyi Kategori Solo Pop Putra dan Solo Keroncong Putra02/05/2025
  • IMM Djazman Al-Kindi Sabet Juara I & II dalam Semarak Milad IMM se-DIY02/05/2025

FEATURE

  • Masyarakat yang Tangguh dalam Menghadapi Bencana09/05/2025
  • ABCDE-in Hidupmu: Strategi Membangun Karier dan Finansial Sejak Dini08/05/2025
  • Membentuk Mentalitas Juara Seorang Atlet08/05/2025
  • Bencana Urusan Bersama, Bukan Tanggung Jawab Tunggal07/05/2025
  • Pendidikan sebagai Jalan Jihad Melawan Kemiskinan07/05/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top