• TERKINI
  • UAD BERDAMPAK
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Krisis Identitas di Kalangan Mahasiswa, Kamu Salah Satunya?

30/06/2025/in Feature /by Ard

Novia Laras Wati, S.Psi. Mahasiswa S2 Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam Seminar Bertajuk Swipe, Repeat (Dok. BIMAWA UAD)

Pernahkah kamu merasa bingung dalam menentukan siapa diri kita, termasuk nilai-nilai yang dianut, peran sosial, hingga tujuan hidup yang ingin dicapai? Atau, jangan-jangan kamu adalah salah satu orang yang mengalami krisis identitas?

Menurut berbagai pakar psikologi, masa transisi dari sekolah ke perguruan tinggi menjadi salah satu fase paling rentan dalam memicu krisis identitas. Mahasiswa dihadapkan pada tekanan dalam memilih jurusan kuliah yang sesuai dengan karier masa depan serta harus beradaptasi dengan lingkungan sosial yang lebih kompleks.

Novia Laras Wati, S.Psi., mahasiswi S-2 Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), dalam seminar bertajuk “Swipe, Repeat: Membedah Dampak Brain Rot terhadap Konsentrasi dan Kesehatan Mental Mahasiswa” yang diadakan oleh Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) UAD pada Sabtu, 31 Mei 2025, menyebutkan bahwa dominasi media sosial juga turut memperparah situasi.

“Fenomena flexing atau pamer gaya hidup yang marak di berbagai platform digital, ditambah penggunaan media sosial yang berlebihan, sering kali membuat mahasiswa kehilangan kesadaran terhadap jati diri mereka yang sebenarnya. Mereka menjadi lebih mudah mengalami disosiasi (merasa terpisah dari diri sendiri atau realitas), kehilangan fokus, hingga sulit merasakan kontrol atas kehidupan pribadi,” tambahnya.

Ia turut menambahkan bahwa dalam mengatasi persoalan ini, para ahli merekomendasikan sejumlah langkah pencegahan. Pertama, penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran diri, termasuk mengenali tanda-tanda disosiasi seperti merasa kosong, melupakan hal-hal yang baru saja dipelajari, atau merasa seperti tidak hadir dalam realitas.

Beberapa bentuk intervensi yang dapat dilakukan di antaranya:

  1. Psikoedukasi, untuk mengenalkan mahasiswa pada gejala krisis identitas.
  2. Konseling atau psikoterapi, terutama yang berbasis trauma dan naratif identitas.
  3. Mindfulness dan refleksi diri, untuk memperkuat kesadaran dan kendali diri.
  4. Digital hygiene, yaitu mengurangi paparan konten digital yang tidak sehat.
  5. Peer support, yakni kelompok sebaya yang memberikan dukungan emosional dan rasa keterhubungan.

Dengan pendekatan yang kolaboratif antara mahasiswa, lembaga pendidikan, dan praktisi kesehatan mental, krisis identitas di kalangan mahasiswa diharapkan bisa dicegah dan ditangani secara lebih menyeluruh. Identitas yang sehat menjadi fondasi penting bagi generasi muda dalam menjalani peran sosial, baik saat berkuliah maupun setelah lulus. (Lin)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Novia-Laras-Wati-S.Psi_.-Mahasiswa-S2-Psikologi-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dalam-Seminar-Bertajuk-Swipe-Repeat-Dok.-BIMAWA-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-30 10:35:272025-06-30 10:35:27Krisis Identitas di Kalangan Mahasiswa, Kamu Salah Satunya?

Digital Public Health Competencies

30/06/2025/in Feature /by Ard
Penyampaian materi tentang Digital Public Health oleh Kepala BKPK Kemenkes RI dalam kuliah pakar Prodi Magister Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)

Penyampaian materi tentang Digital Public Health oleh Kepala BKPK Kemenkes RI dalam kuliah pakar Prodi Magister Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)

Prof. Asnawi Abdullah, S.KM., MHSM., M.Sc., HPPF., DLSHTM., Ph.D., kembali menjadi narasumber dalam kuliah pakar di Program Studi (Prodi) Magister Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang baru dilantik pada Januari 2025 lalu ini memberi wawasan baru mengenai kompetensi kesehatan masyarakat digital melalui Zoom Meeting.

“Framework Predictive Analytic Model dapat digunakan dalam pola berpikir kita. Yang pertama adalah pola pikir deskriptif; yang kedua, diagnostic; ketiga, predictive; dan yang terakhir adalah prescriptive. Ringkasnya adalah apa yang terjadi, mengapa hal itu terjadi, apa yang akan terjadi ke depannya, dan apa yang harus disiapkan selanjutnya. Model ini sangat relevan bagi mahasiswa agar cara berpikir kita jauh ke depan, bukan hanya sekadar apa dan mengapa hal tersebut terjadi, tetapi juga apa yang akan terjadi berikutnya dan apa saja yang harus disiapkan,” ujar Prof. Asnawi dalam memantik diskusi.

Ia melanjutkan, “Tanpa disadari, teknologi digital mengalami kemajuan di luar imajinasi kita dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, berkembang secara eksponensial. Revolusi Industri 3.0 membutuhkan waktu untuk berubah ke Revolusi Industri 4.0 dan dari 4.0 hanya membutuhkan waktu 10 tahun untuk berubah ke Revolusi Industri 5.0.”

Sejak tahun 2020, era 5.0 ini sudah berfokus pada bagaimana pengetahuan dioptimalisasi dengan bantuan Artificial Intelligence (AI). Nyatanya, wearable devices telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Berbagai aplikasi digital terus berkembang dalam kesehatan secara umum dan pelayanan kesehatan, mulai dari health information, knowledge generation, knowledge integrators, personal health devices, telemedicine, diagnostics, imaging, pharmaceuticals, implantable devices, surgical, personalized therapeutics, hingga geospatial and environmental.

Prof. Asnawi menyampaikan bahwa terdapat tujuh kompetensi kesehatan masyarakat digital yang telah disepakati. Secara umum, ketujuh kompetensi tersebut di antaranya adalah public health sciences, data analytic and assessment; policy and program planning, implementing and evaluation; partnerships, collaboration and advocacy; diversity and inclusiveness; communication; dan leadership.

“Tentu ada yang bertanya-tanya, apa bedanya digital public health dengan digital health yang lain. Prevention and health promotion mencakup mHealth, sedangkan health care and management mencakup eHealth dan Digital Health. Digital Public Health (DiPH) adalah irisan dari ketiganya yang berada di tingkat populasi (lebih luas),” terang Prof. Asnawi.

Digital Public Health merupakan rekonstruksi pendekatan dasar ilmu dan seni dalam upaya kesehatan masyarakat dengan mengedepankan konsep dan peralatan teknologi digital terkini. Sederhananya, jika dianalogikan public health sebagai kopi dan digital technology sebagai susu, maka digital public health adalah perpaduan keduanya (kopi susu).

Idealnya, seorang praktisi kesehatan masyarakat (public health) harus memiliki tingkat literasi digital yang tinggi dan mampu menggunakannya dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Pengintegrasian antara kesehatan masyarakat (public health) tradisional dengan teknologi digital menjadi tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. (Ish/dnd)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Penyampaian-materi-tentang-Digital-Public-Health-oleh-Kepala-BKPK-Kemenkes-RI-dalam-kuliah-pakar-Prodi-Magister-Kesmas-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Isah.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-30 09:43:492025-06-30 09:43:49Digital Public Health Competencies

Mendidik Anak Tak Semudah Memindahkan Air

28/06/2025/in Feature /by Ard

Kajian Ahad Pagi di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Anove)

Ketika berbicara soal pendidikan, sorotan sering kali tertuju pada anak didik. Namun, dalam Kajian Ahad Pagi yang rutin diadakan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), fokus itu dibalik: pihak yang perlu “dibentuk” lebih dulu justru adalah para pendidik.

“Kalau ingin anak-anak menjadi generasi yang kuat, maka yang harus diperbaiki adalah gurunya, dosennya, dan orang tuanya. Caranya? Bertakwalah kepada Allah,” ujar Ustaz Arif Jamali Muis, M.Pd., di hadapan jemaah. Ia menekankan bahwa pendidikan tidak bisa sekadar dipahami sebagai proses mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus dilandasi oleh keteladanan dan hati yang terhubung dengan nilai-nilai ketakwaan.

Mengusung tema “Pendidikan sebagai Jalan Menuju Takwa”, kajian ini berlangsung pada Minggu, 22 Juni 2025, di Masjid Islamic Center (IC) UAD. Ustaz Arif sendiri merupakan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia (RI).

Ia menyampaikan bahwa QS. An-Nisa ayat 9 memberikan pendekatan yang berbeda dalam mendidik anak. “Ayat itu tidak menyentuh anaknya, tetapi justru memerintahkan orang tua dan pendidik untuk bertakwa lebih dulu,” terangnya.

Tak hanya soal tanggung jawab pendidikan, Ustaz Arif juga mengangkat pentingnya rasa syukur serta prasangka baik kepada Allah dalam menghadapi kehidupan. Ia menjelaskan bahwa apa yang tampak tidak menyenangkan bagi manusia bisa jadi merupakan hal terbaik menurut Allah. “Bukan banyaknya rezeki yang membuat hidup berkah, tetapi cara kita menerima pemberian Allah. Itu yang disebut nikmat dan justru itulah yang Allah tambah,” ungkapnya, mengutip pemahaman dari QS. Al-Baqarah ayat 216.

Ia juga mengkritisi sikap abai sebagian orang tua dan pendidik terhadap anak-anak mereka. Menurutnya, sikap cuek hanya akan membuka jalan pada kerusakan generasi. Ustaz Arif juga menambahkan bahwa kasih sayang terhadap anak juga harus diungkapkan. “Generasi Z juga butuh dipuji, disayang, dan dihargai. Walau kadang mereka cuek minta ampun, tetap harus kita sampaikan hal-hal yang baik,” ungkapnya.

Ustaz Arif mengingatkan bahwa mendidik anak bukan hanya soal memberi tahu, tetapi juga soal menyelaraskan akal dan nurani serta menanamkan nilai dalam jiwa. “Mendidik anak tidak semudah memindahkan air dari satu wadah ke wadah yang lain. Anak-anak kita itu manusia yang punya hati dan pikiran sendiri. Yang bisa membolak-balikkan hati mereka adalah Allah,” tutupnya mengakhiri sesi kajian. (Anove)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-Ahad-Pagi-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Anove.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-28 11:13:052025-06-28 11:13:05Mendidik Anak Tak Semudah Memindahkan Air

Apakah AI Dapat Dimintai Pertanggungjawaban jika Menyebarkan Disinformasi dan Deepfake?

28/06/2025/in Feature /by Ard

Dikabarin BEM FH Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Salsya)

Di Indonesia, belum ada regulasi khusus yang mengatur tentang disinformasi dan deepfake dalam konteks Artificial Intelligence (AI). Terlebih, pertanyaan besar di kalangan publik adalah, dapatkah AI dimintai pertanggungjawaban jika menyebarkan disinformasi dan deepfake?

Untuk merespons hal tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Kegiatan Diskusi dan Kajian Bareng Rutin (DIKABARIN) dengan irisan topik yang esensial pada Minggu, 22 Juni 2025, di Warung Kopi Dua Masa.

Acara ini menghadirkan Zulham Fandy Raharusun, S.H., selaku mahasiswa Magister Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagai pemateri. Ia mengatakan, “Tanggung jawab atas muncul dan tersebarnya disinformasi serta deepfake yang dihasilkan oleh AI sebetulnya masih menjadi pertanyaan yang sering dipertanyakan.”

“Jika AI menyebarkan disinformasi dan deepfake, apakah bisa dimintai pertanggungjawaban? AI merupakan teknologi atau kecerdasan buatan. AI hanya sebatas objek hukum, bukan subjek hukum, sehingga apabila AI melakukan perbuatan tersebut dan menyebabkan kerugian, maka AI tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana,” tambahnya.

Dapat disimpulkan bahwa AI hanyalah objek hukum yang tidak dapat dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan dalam pembaruan hukum pidana di masa depan untuk menjadikan AI sebagai subjek hukum agar bisa bertanggung jawab apabila melakukan perbuatan melawan hukum, seperti disinformasi dan deepfake.

Harapannya, diskusi ini mampu membentuk pola pikir yang kritis bagi mahasiswa hukum dalam mengawal kasus atau isu yang memang disebabkan oleh AI dan mampu membatasi diri dalam penggunaan AI di kehidupan sehari-hari. (Salsya)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dikabarin-BEM-FH-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Salsya.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-28 11:05:262025-06-28 11:05:26Apakah AI Dapat Dimintai Pertanggungjawaban jika Menyebarkan Disinformasi dan Deepfake?

Dari Konsep ke Aksi: Workshop OBE AFEB PTMA Hasilkan Peta Jalan Implementasi Kurikulum

28/06/2025/in Feature /by Ard

Peserta Workshop OBE AFEB PTMA di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Humas FEB)

Rangkaian Workshop Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) yang diinisiasi oleh Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (AFEB PTMA) telah resmi berakhir pada Rabu, 18 Juni 2025, bertempat di Ruang Serbaguna Lantai 10 Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Hari kedua sekaligus penutup workshop difokuskan pada penguatan aspek teknis, praktik penyusunan dokumen, serta integrasi standar internasional ke dalam kurikulum.

Pada sesi kelima, Prof. Dr. Naelati Tubastuvi membedah strategi penyusunan asesmen dan rubrik. Menurutnya, penilaian dalam kerangka OBE harus mencerminkan pencapaian konkret mahasiswa dan tidak lagi sebatas angka. Ia mencontohkan berbagai pendekatan seperti studi kasus, presentasi bisnis, hingga peer review untuk mengukur nilai-nilai etik dan karakter Islami.

“Rubrik yang baik tidak hanya krusial untuk akreditasi, tetapi juga menjadi alat refleksi untuk peningkatan mutu berkelanjutan,” tegasnya.

Sesi kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung, di mana peserta didampingi oleh Prof. Naelati untuk menyusun draf dokumen kurikulum. Mulai dari menurunkan profil lulusan hingga memetakan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) ke mata kuliah, diskusi kelompok berlangsung dinamis. Setiap tim juga mempresentasikan hasilnya dan mendapatkan umpan balik konstruktif, sebuah proses yang dinilai sangat membantu dalam memahami tantangan implementasi di lapangan.

Sesi pamungkas menghadirkan Dr. Sartini Wardiwiyono, S.E., M.S.Acc., Ph.D., Ak., dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berbagi praktik terbaik tentang integrasi Standar Pendidikan Internasional (International Education Standards). Ia memaparkan bagaimana benchmarking terhadap standar global seperti Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) menjadi dasar untuk mereformulasi CPL agar lulusan siap bersaing secara global.

“Kurikulum harus berpijak pada kebutuhan dunia nyata, namun tetap membumi pada nilai-nilai keislaman yang menjadi karakter institusi Muhammadiyah,” tegas Dr. Sartini.

Workshop secara resmi ditutup oleh Ketua AFEB PTMA, Prof. Rizal Yaya, S.E., M.Sc., Ph.D., Ak., CA., CRP. Dalam sambutannya, ia berharap kegiatan ini menjadi batu loncatan untuk transformasi kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah secara kolektif. Dengan demikian, para peserta tidak hanya pulang membawa draf dokumen kerja, tetapi juga semangat kolaborasi dan komitmen baru untuk mewujudkan kurikulum yang unggul, relevan, dan berorientasi pada luaran. (Ito)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Peserta-Workshop-OBE-AFEB-PTMA-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Humas-FEB.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-28 10:34:052025-06-28 10:34:05Dari Konsep ke Aksi: Workshop OBE AFEB PTMA Hasilkan Peta Jalan Implementasi Kurikulum

Memahami Filosofi OBE: Menggeser Fokus Pendidikan ke Arah Kompetensi dan Dampak Nyata

27/06/2025/in Feature /by Ard

Prof. B.M. Purwanto, M.B.A., Ph.D., sebagai narasumber pada Materi Pengantar dan Landasan Filosofi Kurikulum OBE di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Humas FEB)

Di tengah pesatnya tuntutan dunia kerja dan perubahan global, pendidikan tinggi ditantang untuk terus bergerak dari sekadar mencetak lulusan berijazah menuju generasi kompeten yang berdampak secara nyata. Sesi pertama Workshop Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (AFEB PTMA) pada Selasa, 17 Juni 2025, bertempat di Ruang Serbaguna Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD), menjadi ajang penting untuk mengurai landasan filosofis OBE secara mendalam.

Prof. B.M. Purwanto, M.B.A., Ph.D., sebagai narasumber pada sesi kali ini, mengupas secara kritis bagaimana perguruan tinggi harus bertransformasi. Ia menekankan bahwa akuntabilitas pendidikan saat ini bukan sekadar tentang jumlah lulusan, tetapi juga kompetensi aktual yang mahasiswa miliki dan kontribusi nyata mereka terhadap masyarakat. “Kita terlalu lama sibuk menghitung input dan proses, padahal yang seharusnya kita soroti adalah outcome, bahkan impact,” ujarnya dengan tegas.

Konsep OBE dipaparkan sebagai sistem pendidikan berbasis hasil belajar yang terukur dan relevan. Pendidikan tidak lagi hanya dinilai dari apa yang diajarkan dosen, tetapi juga dinilai berdasarkan apa yang dapat dilakukan mahasiswa setelah lulus. Beliau juga menyampaikan bahwa saat ini dunia sudah bergerak ke arah impact-based education, yaitu pendidikan yang tidak hanya menghasilkan kompetensi, tetapi juga memberikan dampak sosial.

Ia juga menyoroti pentingnya menyelaraskan visi, misi, strategi, dan sumber daya dalam penyusunan kurikulum. Visi tanpa strategi adalah angan, dan strategi tanpa fondasi nilai tidak akan menjadi apa-apa. Oleh karena itu, seluruh proses pendidikan perlu berakar pada nilai-nilai khas lembaga, termasuk nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan di PTMA.

Dengan gaya penyampaian yang inspiratif, beliau mengajak para peserta untuk merenung: “Apakah kita sedang mendesain lulusan yang mampu berpikir kritis, beradaptasi, dan memberi kontribusi nyata atau hanya sekadar mengejar akreditasi?”

Sesi ini tidak hanya menjadi momen berbagi ilmu, tetapi juga ruang diskusi bagi para pengelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah untuk kembali pada hakikat pendidikan, yaitu menumbuhkan manusia seutuhnya yang siap menghadapi dunia. (Septia)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Prof.-B.M.-Purwanto-M.B.A.-Ph.D.-sebagai-narasumber-pada-Materi-Pengantar-dan-Landasan-Filosofi-Kurikulum-OBE-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Humas-FEB.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-27 13:39:492025-06-27 13:39:49Memahami Filosofi OBE: Menggeser Fokus Pendidikan ke Arah Kompetensi dan Dampak Nyata

Salat Subuh sebagai Tolok Ukur Komitmen Keimanan

24/06/2025/in Feature /by Ard

Ustaz Dr. Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A., Penceramah dalam Tabligh Akbar Ahad Pon di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Septia)

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta, Ustaz Dr. Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A., menjadi penceramah utama dalam Tablig Akbar Ahad Pon di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Minggu, 15 Juni 2025. Dalam tausiahnya, beliau mengapresiasi konsistensi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Banguntapan Selatan yang telah rutin menyelenggarakan pengajian subuh tersebut sejak 2016.

“Waktu Subuh adalah waktu paling jujur untuk mengukur komitmen seseorang dalam menjaga akidah, ibadah, dan akhlaknya,” ujarnya. Menurutnya, konsistensi menyelenggarakan pengajian pada waktu subuh merupakan cerminan semangat yang luar biasa untuk menguatkan umat dan patut menjadi teladan.

Mengangkat tema dari Surah Al-Hajj ayat 34–35, Ustaz Ikhwan membedah makna dan ciri-ciri golongan al-mukhbitin (orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah). Ia menekankan empat karakter utamanya, yaitu: hati yang bergetar ketika nama Allah disebut, sabar dalam menghadapi musibah, konsisten mendirikan salat, dan gemar berinfak.

“Inilah golongan yang diberi kabar gembira secara langsung oleh Allah,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyinggung tantangan spiritual umat di era modern, yakni penyakit hati seperti gemar menggunjing dan menebar kebencian. “Musibah yang menimpa jasmani dapat menghapus dosa, tetapi musibah pada rohani justru menambah dosa. Oleh karena itu, mari kita jaga hati dan amal kita,” tuturnya.

Menutup tausiahnya, Ustaz Ikhwan kembali menyerukan pentingnya membangun masyarakat berkemajuan melalui semangat berinfak dan beramal saleh. Ia mengajak para jemaah untuk menjadi pelopor kebaikan, mulai dari hal-hal yang paling mendasar, seperti menjaga rutinitas salat berjemaah dan menyebarkan dakwah dengan akhlak mulia. (Septia)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ustaz-Dr.-Ikhwan-Ahada-S.Ag_.-M.A.-Penceramah-dalam-Tabligh-Akbar-Ahad-Pon-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Septia.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-24 11:26:532025-06-24 11:26:53Salat Subuh sebagai Tolok Ukur Komitmen Keimanan

Kampus Harus Menjadi Pusat Kolaborasi Dakwah dan Ilmu Pengetahuan

24/06/2025/in Feature /by Ard

Sambutan Prof. Dr. Muchlas, M.T., dalam acara Tabligh Akbar Ahad Pon di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Septia)

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Prof. Dr. Muchlas, M.T., memberikan sambutan hangat dalam acara Tablig Akbar Ahad Pon yang digelar di Masjid Islamic Center UAD, kompleks Kampus IV, pada Minggu, 15 Juni 2025. Kegiatan ini merupakan putaran ke-65 dari pengajian rutin yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Banguntapan Selatan sejak 2016.

Dalam sambutannya, Prof. Muchlas menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan organisasi keagamaan untuk membangun peradaban. Ia mengapresiasi kehadiran jemaah dari lingkungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Banguntapan Selatan, serta dukungan penuh dari takmir masjid, mahasiswa, dan dosen UAD.

“Kami bersyukur dapat menjadi tuan rumah pengajian akbar ini. Semoga tidak hanya setahun sekali, tetapi bisa lebih sering agar masjid ini semakin makmur,” ujarnya.

Prof. Muchlas juga mengungkapkan rasa syukurnya atas partisipasi aktif UAD dalam syiar dakwah. Ia menyebutkan, lebih dari 80 dosen dan tenaga kependidikan (tendik) UAD menjadi penggerak kegiatan Muhammadiyah di Banguntapan Selatan, baik di bidang pendidikan, sosial, maupun keagamaan.

“Inilah wujud kontribusi nyata UAD sebagai kampus Muhammadiyah. Kami akan terus mendorong mahasiswa dan pegawai untuk terlibat aktif dalam persyarikatan,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, Prof. Muchlas mendoakan agar UAD terus berkembang menjadi perguruan tinggi unggul yang kebermanfaatannya dirasakan oleh umat secara luas. “Semoga UAD semakin maju dan jumlah mahasiswanya terus bertambah sehingga dari kampus inilah manfaat dapat tersebar lebih luas,” pungkasnya. (Septia)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sambutan-Prof.-Dr.-Muchlas-M.T.-dalam-acara-Tabligh-Akbar-Ahad-Pon-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Septia.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-24 10:49:552025-06-24 10:49:55Kampus Harus Menjadi Pusat Kolaborasi Dakwah dan Ilmu Pengetahuan

Refleksi Kehidupan dalam Perspektif Surah Az-Zumar

24/06/2025/in Feature /by Ard

Khutbah Jumat pada 13 Juni 2025 bersama Ustaz Hendra Darmawan, S.Pd., M.A. di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Itoshiko)

Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menggelar Khotbah Jumat pada Jumat, 13 Juni 2025. Kali ini, khotbah disampaikan oleh Ustaz Hendra Darmawan, S.Pd., M.A., dengan materi yang mendalam dan reflektif, mengangkat tema kerusakan moral dan tantangan dehumanisasi dalam era teknologi, berlandaskan Surah Az-Zumar ayat 54.

Dalam khotbahnya, Ustaz Hendra menyoroti fenomena paradoksal dalam peradaban manusia: kemajuan teknologi justru membawa kemunduran moral dan munculnya berbagai krisis kemanusiaan. Ia mengingatkan jemaah bahwa sejarah telah mencatat keruntuhan peradaban besar akibat kesombongan dan kerakusan kekuasaan, sebagaimana dialami oleh tokoh seperti Firaun.

Mengutip Surah Az-Zumar ayat 54, beliau menekankan pentingnya kembali kepada Allah sebelum datangnya azab. Menurutnya, konsep an-nawb (kembali) dan at-taubah (bertobat) harus menjadi pijakan bagi umat Islam untuk terus memperbaiki diri secara menyeluruh, bukan sekadar penyesalan sesaat.

“Manusia diberikan akal, hati nurani, dan wijdan untuk menimbang baik dan buruk. Maka, jangan sampai teknologi yang kita ciptakan justru mengendalikan kita hingga melunturkan nilai-nilai kemanusiaan,” ujarnya.

Beliau juga mengutip pesan dari Buya Syafii Maarif: “Jika ada satu ayat yang membolehkan putus asa, maka akulah orang pertama yang akan melakukannya.” Namun, Ustaz Hendra menegaskan bahwa Islam justru melarang umatnya berputus asa dari rahmat Allah. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh jemaah untuk tetap optimistis, terus berikhtiar, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah.

Khotbah ditutup dengan doa agar umat Islam diberikan kekuatan iman, dijauhkan dari sifat sombong, serta diberi kemampuan untuk menjadi manusia yang bijak dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan teknologi maupun kekuasaan.

Melalui khotbah ini, diharapkan para jemaah dapat merenungi kembali makna kehidupan serta menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi dengan lebih bijak dan bertanggung jawab. (Ito)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Khutbah-Jumat-pada-13-Juni-2025-bersama-Ustaz-Hendra-Darmawan-S.Pd_.-M.A.-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Itoshiko.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-24 10:42:102025-06-24 10:42:10Refleksi Kehidupan dalam Perspektif Surah Az-Zumar

Nilai Pancasila sebagai Landasan Berpikir Kritis Menuju Masyarakat Berkemajuan

21/06/2025/in Feature /by Ard

Prof. Dr. Sumaryati, M.Hum., dosen PPKn FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Festyanove)

Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar webinar nasional bertema “Pancasila sebagai Landasan Berpikir Kritis untuk Kemajuan Bangsa” pada Sabtu, 14 Juni 2025, melalui Zoom Meeting. Webinar ini menghadirkan Prof. Dr. Sumaryati, M.Hum., dosen PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UAD, sebagai narasumber utama dalam sesi pertama. Peserta webinar berasal dari berbagai universitas di Indonesia.

Dalam pemaparannya yang bertema “Nilai-nilai Pancasila sebagai Paradigma Berpikir Kritis Menuju Masyarakat Berkemajuan”, Prof. Sumaryati menekankan bahwa Pancasila harus dimaknai secara praktis, bukan sekadar ideologis atau utopis. Ia mengajak peserta untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar berpikir dan bertindak dalam menghadapi kompleksitas zaman.

“Masyarakat modern menghadapi tantangan globalisasi, perang multidimensi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), hingga revolusi industri 4.0 dan era Society 5.0. Dalam konteks ini, kemampuan berpikir kritis menjadi mutlak,” ujar Prof. Sumaryati. Ia menambahkan bahwa bangsa Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton arus perubahan, melainkan harus terlibat aktif menanggapi dengan nalar yang tajam dan reflektif.

Menurutnya, berpikir kritis yang dilandasi nilai-nilai Pancasila mampu menghindarkan masyarakat dari disinformasi, sesat pikir, dan dominasi kekuatan asing, termasuk potensi munculnya penjajah domestik. “Ketika cara berpikir suatu bangsa berhasil dikuasai, maka akan mudah mengendalikan aspek lainnya,” tegasnya.

Prof. Sumaryati mengutip filosofi cogito ergo sum dari René Descartes, “Saya berpikir, maka saya ada” sebagai landasan pentingnya membangun peradaban melalui kekuatan nalar. Ia mengaitkan konsep berpikir kritis dengan ajaran Islam, merujuk pada QS. Ali ‘Imran: 190 tentang pentingnya menggunakan akal untuk menemukan kebesaran Tuhan.

Ia menguraikan urgensi berpikir kritis, seperti pengambilan keputusan yang lebih baik, kemampuan beradaptasi dengan perubahan, peningkatan kreativitas dan inovasi, kemampuan memecahkan masalah secara sistematis, menghindari disinformasi, berkontribusi dalam perkembangan ilmu, peningkatan kemandirian berpikir, dan menghindarkan sesat pikir.

Prof. Sumaryati menutup sesi pertama dengan menegaskan bahwa sila-sila Pancasila adalah pilar kuat dalam membentuk nalar kritis bangsa. “Pancasila bukan hanya pandangan hidup, tetapi juga fondasi rasional dalam menyikapi realitas dengan cara yang arif dan bertanggung jawab,” tutupnya. (Anove)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Prof.-Dr.-Sumaryati-M.Hum_.-dosen-PPKn-FKIP-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto.-Festyanove.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-06-21 12:50:242025-06-21 12:51:04Nilai Pancasila sebagai Landasan Berpikir Kritis Menuju Masyarakat Berkemajuan
Page 5 of 70«‹34567›»

TERKINI

  • PPKO BEM Psikologi UAD Gelar Kelas Ekonomi Kreatif di Desa Temuwuh03/10/2025
  • Cerita Unik Empat Pasang Mahasiswa Kembar di P2K UAD 202501/10/2025
  • PBI UAD Gelar Pembekalan Internship TEYL30/09/2025
  • Good Morning Everyone Meriahkan Closing Ceremony P2K UAD 202530/09/2025
  • LSO Pharmacy Club Adakan Kelas Formulasi30/09/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa Kedokteran UAD, Pramudya Wijaya, Borong Prestasi Nasional di Bidang Vokal30/09/2025
  • Mahasiswa Gizi UAD Raih Medali Perak Lewat Taekwondo di POMNAS XIX 202526/09/2025
  • Tim S2 Farmasi UAD Raih Juara 2 di Nusantara Creative Competition 222/09/2025
  • UAD Raih Juara Umum Lomba Esai Nasional Nusantara Creative Competition 222/09/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara di Kompetisi dan Pelatihan Artikel Ilmiah Nasional 202518/09/2025

FEATURE

  • Mahkamah Konstitusi sebagai Pelaku Kekuasaan Kehakiman dalam Melindungi Hak Asasi Manusia08/09/2025
  • Konseling Harapan bagi Keluarga dan Remaja05/09/2025
  • Potensi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh untuk Obat Antiinflamasi04/09/2025
  • Psikologi Komunitas Kelompok Rentan03/09/2025
  • Konsep Strategi Ilmiah dalam Pengelolaan Sampah DIY03/09/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top