Suasana aula kampus 4 UAD saat membedah buku karya Fajar Ul Haq Sabtu (3/3/2018).

“Melihat kegelisahan situasi saat ini, kami dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) mengadakan bedah buku dalam kegiatan diskusi rutin PAI. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun atmosfer akademik di kalangan mahasiswa, termasuk tentang isu-isu kemanusiaan yang kontekstual,” kata Arif Rahman, M.Pd.I. ketika ditemui di aula kampus 4 UAD.

Dosen PAI ini berharap, mahasiswa dapat memiliki rasa kemanusiaan dan informasi dalam konteks Islam di belahan dunia maupun di Indonesia.

Acara menarik tersebut diselenggarakan oleh Program Studi PAI Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Buku yang dibedah pada Sabtu (3/3/2018) di aula kampus 4 UAD, Jl. Ringroad Selatan Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, ini adalah karya Fajar Riza Ul Haq, M.Hum. yang berjudul Membela Islam Membela Kemanusiaan.

Sebanyak 3 narasumber dihadirkan, yakni Dr. Roby H. Abror, M.Hum. (Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PWM DIY), Fajar Riza Ul Haq (penulis buku dan Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kerja Sama Antar Lembaga), dan Budi Setiawan, S.T. (Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center PP Muhammadiyah).

“Acara bedah buku ini sangat menarik karena sesuai dengan problem yang ada di Indonesia. Islam datang sebagai solusi kehidupan umat manusia yang saat ini kritis akhlak, moral, dan susila, sehingga timbul berbagai masalah. Jadi, buku yang ditulis oleh Fajar ini sangat relevan dengan masalah-masalah yang ada di Indonesia,” terang  Suwandi Ibnu Hamdan yang merupakan salah satu mahasiswa PAI. (wpw)

“Untuk memajukan perguruan tinggi, tentunya harus bersama-sama dari beberapa komponen yang ada. Sebuah perguruan tinggi tidak sempurna apabila belum menjadi universitas. Belum sempurna lagi apabila belum memiliki Fakultas Kedokteran. Saya ucapkan selamat kepada Universitas Ahmad Dahlan (UAD) atas capaian-capaian yang didapat sehingga berhasil meraih akreditasi A. Menurut saya, UAD di lingkungan perguruan tinggi Indonesia tergolong muda tetapi cepat prestasinya. Luar biasa!” ucap Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D, Ak., Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) sebagai pengantar kuliah umum UAD.

Pasar bebas Asia Tenggara sudah dilakukan sejak tahun 2017 lalu, termasuk Indonesia. Dari 12 sektor yang ada di dalam pasar bebas tersebut, salah satunya adalah pendidikan dan perguruan tinggi asing dapat beroperasi di Indonesia. Adanya hal tersebut, Mohamad Nasir berharap setiap perguruan tinggi meningkatkan kualitas sehingga mempunyai daya saing yang baik. Begitu juga UAD, walaupun berada di wilayah lokal, prestasi yang sudah diraih nantinya dapat bersaing dengan perguruan-perguruan tinggi asing secara mendunia. Sebagaimana visi UAD, yakni menjadi perguruan tinggi yang diakui secara internasional, dan dijiwai nilai-nilai islami.

Mengangkat tema “Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0” acara tersebut diselenggarakan di kampus 4 UAD, Kamis (22/03/2018). Pada kesempatan yang sama, Menristekdikti juga memberikan SK kepada Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., untuk mendirikan Fakultas Kedokteran. (nda)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat telah mengubah dunia. Melihat yang terjadi saat ini, dunia telah memasuki revolusi industri generasi keempat. Hal tersebut sangat memerlukan peran perguruan tinggi sebagai amunisi menghadapinya.

“Sebuah perguruan tinggi tidak cukup fisik saja yang bagus, tetapi juga proses pembelajaran di dalamnya. Kami sekarang akan menyamaratakan perbedaan antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Bukan masalah negeri ataupun swasta lagi, tetapi yang paling utama adalah kualitas suatu perguruan tinggi,” jelas Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak., Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), pada kuliah umum UAD, Kamis (22/03/2018).

“Kemudian, kompetisi yang ada di dunia pendidikan tinggi tidak lagi berapa jumlah mahasiswa yang diterima dan mengikuti proses belajar yang sekarang ada, it’s not enough for our university,” imbuhnya.

Nasir juga mengatakan, sekarang ini lingkungan bergeser sangat jauh mengarah pada globalization of education. Dalam globalisasi pendidikan, semua sudah berbasis teknologi. Seperti yang kita ketahui, internet of things dapat mengintregasikan semuanya.

Bertempat di kampus 4 UAD, kuliah umum tersebut mengangkat tema “Kebijakan Nasional Pendidikan Tinggi di Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0”. Sebelumnya, juga dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Menristekdikti untuk pembangunan gedung Fakultas Kedokteran UAD. (nda)

Jurnal di Indonesia yang dulu, masih kalah jauh dengan negara-negara lain seperti Thailand dan Singapura. Pada tahun 2017, jurnal Indonesia mengalami peningkatan sehingga bisa mengimbangi kualitas dan kuantitas negara lain. Selanjutnya pada 2018 ini, jurnal Indonesia menargetkan untuk lebih meningkatkan lagi sehingga bisa bersaing di kancah internasional.

Sudah terdapat 76% jurnal diakui oleh pemerintah. Ini tak terlepas dari peran ribuan penulis dan peneliti yang semakin banyak terlibat. Dalam pembuatan jurnal, penulis maupun peneliti bisa berkesempatan untuk mempromosikan bisnis yang tidak banyak diketahui di Indonesia, sehingga pendapatan negara bisa lebih meningkat dan kreatif masyarakat lebih berkembang.

Dalam 1 tahun, terdapat 34 jurnal Indonesia yang diterbitkan. Istimewanya, beberapa ada yang bisa menembus jurnal internasional. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang masuk dalam jurnal terbaik tersebut.

Maka dari itu, untuk lebih meningkatkan kualitas editor dan penulis jurnal, Telkomnika UAD mengadakan workshop internasional penulisan ilmiah bertajuk “Scientific Writing Workshop on Telkomnika Editor and Authors Meeting (TEAM) 2018” pada Rabu-Kamis (21-22/03/2018) di Grand Dafam Hotel Jln. Janti, Gedongkuning No. 336, Banguntapan, Bantul.

Acara menarik ini mendatangkan narasumber terbaik dari bidang jurnal di Indonesia dan Malaysia seperti Dr. Muhammad Dimyati, Prof. Dr. Chandima Gomes dari University Putra Malaysia, Prof. Dr. Mauridhi Hery Purnomo, Dr. Muhammad Facta (UNDIP), Dr. Munawar Agus Riyadi (UNDIP), Dr. Deris Stiawan (UNSRI), Ir. Balza Achmad, M.Sc.E. (UGM), Dr. Anton Yudhana (UAD), Nuryono Satya Widodo, M.Eng. (UAD), serta Dr. Tole Sutikno (UAD).

“Dengan adanya workshop seperti ini. Saya harap UAD menjadi perguruan tinggi swasta yang bisa menjadi pendorong perguruan tinggi swasta maupun negeri lainnya dalam bidang jurnal di Indonesia. Saya sepenuhnya sangat mendukung acara ini,” jelas Muhammad Dimyati saat membuka acara.

Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali digelar. Seperti tahun sebelumnya, berbagai lomba diselenggarakan, tak terkecuali futsal. Futsal ini mempertemukan kader-kader IMM dari berbagai fakultas. Untuk lebih meningkatkan ajang yang lebih bergengsi, panitia membuat aturan dengan memberikan piala bergilir.

“Kami rutin melaksanakan lomba futsal untuk membangun sportifitas kader-kader IMM. Futsal juga menjadi ajang pertemuan dan silaturahmi antarkomsat dari berbagai fakultas UAD,” jelas Luqman Abdurrahman selaku ketua panitia, pada Minggu (11/03/2018).

Peserta lomba futsal sangat beragam karena semua komsat wajib mengirimkan wakilnya. Mereka ada yang alumni IMM, UKM, dan Perwakilan IMM se-Yogyakata.

“Nanti kalo ada kader yang bermain bagus, kami akan kirim untuk mewakili IMM UAD ke perlombaan tingkat nasional maupun internasional,” imbuh Luqman saat ditemui di lapangan MU Futsal Yogyakarta.

Milad IMM ke-54 ini dimulai sejak 04 Maret-01 Juni 2018, dengan mengangkat tema “Semarak Merah Milad IMM UAD dalam Membangun Karakter Bangsa untuk Indonesia Berdaulat dan Berkarakter”. Selain futsal, ada juga perlombaan lainnya seperti badminton, tartil, hafidz, azan, esai tingkat mahasiswa se-Yogyakarta, dan debat untuk kader IMM se-Yogyakarta.

Untuk kegiatan komsat fakultas, sudah ada berbagi rangkaian di antaranya bazar, tablig akbar, cek kesehatan dan donor darah, bersih pantai, seminar nasional, serta seminar kebangsaan. Semua kegiatan tersebut didukung oleh UAD dan DPD DIY. (ASE)