• TERKINI
  • UAD BERDAMPAK
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Asyiknya Mengajar Bipa

13/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Dosen Bahasa Indonesia Universitas Ahmad Dahlan;

Pengajar Tamu di Guangxi University for Nationalities, China

 

Salah satu rekomendasi yang dihasilkan dari Kongres Bahasa Indonesia X pada 28-31 Oktober lalu di Jakarta ialah memantapkan program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Sebagai seorang pengajar BIPA, saya sangat mengapresiasi adanya rekomendasi tersebut. Pertanyaannya, apa dan bagaimana cara agar kita dapat memantapkan program BIPA, khususnya di luar negeri, seperti di negara-negara ASEAN dan China?

Ira Hapsary (2013) dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyampaikan, pengajaran BIPA sudah dilaksanakan di seluruh negara ASEAN, baik di KBRI, universitas, maupun lembaga kursus. Sekadar contoh, di Myanmar ada Sekolah Indonesia KBRI Yangoon, dan di Thailand ada 6 universitas yang telah mengajarkan bahasa Indonesia, yaitu Mae Fah Luang University, Prince Songkhla University, dan Wailalak University.

Selanjutnya, di Laos ada kursus bahasa Indonesia di KBRI Vientiane, dan di Filipina ada KBRI Manila, Atemeo University, dan Sekolah Indonesia Davao, KJRI Davao. Kesemua itu menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki peluang untuk dipelajari oleh negara lain, khususnya di lingkup ASEAN. Terlebih, posisi geopolitik Indonesia di lingkup ASEAN cukup besar, mengingat jasa Indonesia yang luar biasa terhadap perkembangan ASEAN saat ini.

 

BIPA di China

Di atas sudah diulas mengenai perkembangan BIPA di negara ASEAN, lantas bagaimana perkembangan BIPA di China? Di tempat saya mengajar saat ini, Guangxi University for Nationalities (GXUN) Nanning, China, pengajaran BIPA cukup berkembang. Ada beberapa hal yang bisa dicatat. Pertama, tenaga pengajar BIPA. Materi apapun dapat dikemas dengan mudah dan menyenangkan apabila tenaga pengajar BIPA kreatif.

Kreativitas tenaga pengajar BIPA tentu muncul tidak secara instan. Di sinilah letak pentingnya pelatihan, workshop, temu ilmiah, atau srawung antarpengajar dan penggiat BIPA. Di Bali, ada APBIPA yang diketuai oleh Nyoman Riasa. Sementara itu, di tiap-tiap universitas ada pula tim pengajar BIPA. Belum lagi lembaga kursus yang membuka jasa layanan BIPA. Maka, alangkah baiknya jika semua pengajar BIPA dapat saling berinteraksi satu sama lain.

Kedua, aktivitas pembelajaran BIPA di kelas. Pengalaman saya menunjukkan, permainan di kelas diperlukan untuk membuat siswa senang belajar dan tidak bosan. Misalnya, sebelum menyampaikan materi menyimak lagu bahasa Indonesia, mahasiswa saya suruh untuk melakukan senam otak (brain gym). Hasilnya mereka pun senang dan bisa tertawa. Dengan begitu, pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan bagi saya dan mereka.

Ketiga, bahan ajar BIPA. Ada komentar bahwa mengajar BIPA di dalam negeri cukup mudah, mengingat semua hal dapat langsung dijadikan sebagai bahan ajar. Misalnya, mahasiswa asing ingin belajar tentang transportasi, pengajar BIPA cukup mengajak mahasiswa ke terminal atau stasiun. Tapi ceritanya lain jika mengajar BIPA di luar negeri. Semua bahan ajar perlu dipersiapkan sejak di Tanah Air, dan bila mungkin dimodifikasi dengan kondisi di luar negeri.

Bahkan, kegiatan BIPA bisa berupa memasak makanan khas Indonesia. Beberapa hari lalu, saya mengajak mahasiswa saya untuk membuat makanan perkedel. Mereka pun antusias sekali, mulai dari mengupas kentang dan menggorengnya, menghaluskan dan mencampuradukkan kentang dengan bumbu, hingga membikin perkedel. Komentar mereka cukup singkat: enak! Inilah salah satu keasyikan mengajar BIPA yang saya rasakan.

 

Dua Usulan

Melalui artikel ini, saya ingin mengusulkan dua hal guna menindaklanjuti program BIPA sebagai salah satu rekomendasi dari KBI X. Pertama, perlu adanya pembukaan, penambahan, dan pengembangan pusat-pusat pengajaran BIPA di luar negeri. Hal itu perlu dilakukan, antara lain, mengingat pentingnya menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu alat diplomasi budaya Indonesia dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara lain di dunia.

Kedua, perlu adanya penyiapan tenaga pengajar dan bahan ajar BIPA yang memadai untuk pengajaran bahasa Indonesia bagi orang asing, termasuk warga negara ASEAN. Meskipun belum memiliki data yang akurat, tapi saya yakin peminat bahasa Indonesia di luar negeri semakin lama semakin bertambah. Sekadar contoh, jumlah mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia GXUN pada angkatan 2012 ada 19 orang, dan angkatan tahun ini bertambah jadi 24 orang.

Akhirnya, melalui pemantapan kinerja program BIPA di luar negeri, saya cukup optimis bahwa bahasa Indonesia akan banyak dipelajari oleh orang asing. Namun, rasa optimis tidaklah cukup tanpa diimbangi dengan berbagai ikhtiar yang mendukung seperti dua usulan di atas. Hemat saya, program BIPA juga diarahkan untuk menjadikan bahasa Indonesia lebih bermartabat di negeri sendiri, serta berharga di mata orang asing. Setujukah Anda?[]

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-13 02:29:242014-02-13 02:29:24Asyiknya Mengajar Bipa

Kuliah Kerja Nyata di Luar Negeri: Mengapa Tidak?

13/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

 

Oleh Rendra Widyatama, SIP., M.Si

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UAD

 

Perguruan tinggi jenjang sarjana di Indonesia umumnya memiliki program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswanya. Sebuah program dimana mahasiswa diterjunkan di tengah masyarakat untuk menerapkan ilmu, sekaligus belajar hidup bermasyarakat. Aktivitas ini merupakan bentuk pengabdian pada masyarakat dan selama ini dianggap sebagai kegiatan prestisius kampus. Sehingga sejak dicetuskan, program ini ditiru dan dilestarikan oleh banyak kampus baik negeri maupun swasta.

Umumnya KKN dilakukan di dalam negeri, khususnya di daerah tertinggal. Meski demikian, bukan berarti kegiatan ini hanya cocok di dalam negeri. Mengingat manfaatnya yang sangat besar, kegiatan ini bisa pula dilakukan di luar negeri. Tentu, manfaat yang dipetik bukan sekedar bagi pelaku KKN dan masyarakat sasaran, melainkan bagi negara kita yang mulai memainkan peran penting di tengah percaturan dunia.

Manfaat pertama, tentu bisa dipetik bagi mahasiswa KKN itu sendiri. Mereka bisa memiliki pengalaman internasional yang sangat berharga bagi bekal kerja di masa mendatang. Kepercayaan diri mahasiswa akan meningkat. Wawasan kerja mahasiswa juga lebih terbuka, sehingga tidak hanya berorientasi dalam negeri. Di era perdagangan bebas AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan WTO (World Trade Organization), sikap terbuka bekerja di luar negeri perlu ditumbuhkan. Sebab era AFTA dan WTO, pasar kerja makin bebas. Pekerja asing dapat masuk ke Indonesia dengan bebas, namun warga kita juga bisa pergi ke negera lain dengan gampang. Saat ini masyarakat negara ASEAN seperti Philipina, Thailand, Singapura, dan Malaysia sudah berancang-ancang bekerja di luar negaranya. Sasaran utama mereka adalah Indonesia. Maklum bila negara kita jadi sasaran, lantaran memiliki potensi pasar yang sangat besar.

Manfaat lain lain jelas akan dipetik oleh institusi penyelenggara KKN internasional. Citra kampus akan meningkat. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang memiliki program KKN Internasional dan pernah mengirim mahasiswa KKN ke negara Mesir, Kamboja, dan Vietnam makin bersinar dalam citranya sebagai kampus internasional. Berdasar pengalaman kampus yang disebut DIKTI sebagai ‘the promising university’ ini, animo KKN internasional makin populer. Program yang awalnya khusus bagi mahasiswa kelas internasional, juga diminati kelas regular.

Keuntungan lain dari KKN luar negeri juga bakal dipetik negara kita, Indonesia. Citra Indonesia bakal meningkat. Tidak mustahil, budaya dan kemampuan SDM akan mulai dikenal dunia. Meski banyak orang meremehkan pendidikan di dalam negeri, namun fakta juga membuktikan bahwa manusia Indonesia memiliki kemampuan yang tidak dapat diremehkan. Sudah bukan rahasia lagi selain menjadi pekerja di sektor informal, ternyata masyarakat Indonesia juga banyak yang berkerja di luar negeri memenuhi sektor formal yang memerlukan kemampuan akademik tinggi, semacam dosen, peneliti, tenaga medis, ahli konstruksi, dan sebagainya.

Citra di luar negeri yang makin baik ini sangat diperlukan oleh Indonesia. Dan ini jelas akan membantu pemerintah mewujudkan soft diplomacy di luar negeri selain akan memberi keuntungan bagi negara di berbagai bidang, termasuk ekonomi. Itulah sebabnya, sudah saatnya DIKTI mulai perlu menggagas kemungkinan KKN internasional agar bisa disinergiskan dengan berbagai departemen lain, misalnya Departemen Luar Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan sebagainya.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-13 02:28:442014-02-13 02:28:44Kuliah Kerja Nyata di Luar Negeri: Mengapa Tidak?

Eksistensi Pendidikan Islam

08/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Sule Subaweh

Karyawan UAD. Pengamat Pendidikan

 

Apabila mengamati perkembangan pendidikan Islam, kita akan dipertemukan dengan beberapa model kelembagaan dan pandangan yang hingga kini terus berubah dan berkembang.

Menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan dalam sebuah seminar beberapa waktu yang lalu. Bahwa pendidikan islam gagal bersaing dengan pendidikan nasional.

Jika ada yang unggul itu pun bukan karena ia memiliki keunikan teori. Keunggulan pendidikan islam tersebut lebih banbyak disebabkan karena tata kelola yang lebih profesional serta durasi waktu yang lebih panjang.

Karena itu, dalam alam kehidupan yang lebih terbuka dan global, pendidikan islam bisa bernasib menyedihkan jika tidak segera didasari teori dan teknologi yang unik dan profesional.

Menurut Munir Mulkhan terdapat sekurangnya tiga cara pandang dalam melihat realitas pendidikan islam dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perubahan sosial-budaya.

Pandangan pertama, menyatakan bahwa pendidikan islam merupakan sistem yang mandiri yang berbeda dengan sistem-sistem pendidikan lainnya yang ada di dunia.

Pandangan kedua, menyatakan sebaliknya, bahwa pendidikan Islam merupakan pendidikan pada umumnya yang diperuntukkan bagi komunitas muslim.

Pandangan ketiga, menyatakan bahwa pendidikan islam merupakan bagian dari dinamika sosial-budaya komunitas pemeluk islam dalam interaksi dengan dunia yang terbuka.

 Karena itu, terdapat sejumlah model pendidikan islam yang unik, sebagian lain merupakan interrelasi dengan sistem-sistem pendidikan yang tumbuh di dunia.

Sayangnya, perubahan-perubahan tersebut hampir tanpa panduan teoritis, bahkan juga tanpa panduan ideologis. Berbagai perubahan pendidikan islam dalam praktik di lapangan lebih banyak disebabkan oleh dinamika sosial-budaya, di mana pendidikan islam berada atau mengikuti hukum pasar.

Perkembangan

Ketiga sistem dan kelembagaan pendidikan islam tersebut hingga kini terus berubah dan berkembang. Sejak satu dekade belakangan ini kini mengenal sekolah terpadu, madrasah diniyah, dan boarding school.

Seluruhnya diklaim komunitas muslim dan organisasi gerakan Islam atau oleh orang islam sebagai lembaga dan sistem pendidikan Islam. Namun hampir tidak ada perguruan tinggi islam di negeri ini (swasta atau negeri) yang menaruh minat mempelajari dan mengembangkan teori sebagai panduan perubahan dan perkembangan pendidikan islam tersebut.

Jika perubahan kurikulum, dan beberapa panduannya mendapat perhatian khusus dalam pembentukannya (meski masih ada bolong-bolong). Kenapa panduan teoritis dan panduan ideologi dalam pendidikan islam seperti terabaikan (atau memang diabaikan) atau bahkan kecil perhatiannya.

Siapa yang seharusnya bertanggung jawab dengan hal ini? Tentu ini menjadi tanggung jawab bersama. Tidak hanya menjadi tanggung jawab perguruan tinggi atau sekolah dan mentri pendidikan. Mengingat, Indonesia tercatat menjadi salah satu negara islam terbesar di dunia.

Jika pendidikan islam bisa bernasib menyedihkan, bukan tidak mungkin hal tersebut juga berdampak pada pendidikan yang lain.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-08 02:50:452014-02-08 02:50:45Eksistensi Pendidikan Islam

Menunggu Kabar Ditemukannya Uap Air di Ceres

06/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh: Yudhiakto Pramudya, Ph.D,

Pasca Sarjana Pendidikan Fisika dan Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan

 

Jika di Indonesia saat ini sedang dilanda curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan bajir di kota-kota besar. Berbeda dengan Amerika Serikat. Negeri Paman Sam tersebut dilanda badai salju beberapa bulan terakhir ini. Suhu rendah yang menyebabkan banyak danau dan sungai membeku menyebabkan aktivitas manusia juga terhambat. Begitulah yang terjadi di muka bumi kita beberapa bulan terakhir. Ada badai, hujan, dan salju yang senantiasa kita hindari, bahkan dianggap sebagai musibah. Lalu bagaimana keadaan di luar bumi?

Jika di bumi, banjir dan badai salju cenderung dihindari. Tidak demikian keadaan di luar bumi. Orang-orang yang meneliti dan mempelajari tentang antariksa (astronom) malah mencari keberadaan air di luar planet Bumi. Tidak hanya sebatas air, jejak bekas air pun menjadi sebuah penemuan yang fenomenal. Hal ini dikarenakan keberadaan air ataupun jejak bekas air memberikan informasi tentang kemungkinan keberadaan makhluk hidup di luar planet Bumi. Tentu pencarian tersebut tidak mudah, para astronom harus bekerja keras untuk itu.

Kabar penemuan air tentunya sangat ditunggu banyak kalangan, tidak hanya para astronom. Pencarian menemukan titik terang setelah Jurnal Nature, yang terbit Januari 2014, mengatakan bahwa Kuppers dan timnya melaporkan adanya uap air di planet kerdil Ceres. Ceres adalah asteroid terbesar dengan diameter 950 km atau sekitar 27% diameter Bulan. Orbit Ceres berada diantara orbit Mars dan Jupiter. Asteroid biasanya mempunyai bentuk yang tidak beraturan. Namun, berbeda dengan Ceres. Ceres mempunyai bentuk yang menyerupai bola, sehingga lebih tepat disebut sebagai planet kerdil seperti halnya Pluto.

Penemuan uap air ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan di observatorium luar angkasa Herschel yang dimiliki oleh ESA atau yang biasa disebut Badan Antariksa Negara-Negara Eropa. Observatorium Herschel ini berupa teleskop cermin tipe Cassegrain yang bekerja pada panjang gelombang inframerah. Diameter cermin teleskopnya adalah 3,5 meter. Teleskop Herschel ini berada di luar angkasa dan salah satu misinya adalah mempelajari pembentukan dan evolusi bintang dan sistem planetnya, termasuk sistem planet dalam tata surya. Nah, penemuan uap air di Ceres yang terletak di sabuk asteroid ini menjadi sebuah informasi yang berharga untuk melengkapi penjelasan tentang evolusi tata surya.

Air di planet Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars diyakini berasal dari tumbukan dengan asteroid dan komet pada 7 juta tahun setelah tata surya terbentuk. Komet sudah diketahui mempunyai kandungan air, sedangkan penemuan uap air di Ceres memberikan informasi keberadaan permukaan es dan atmosfer di Ceres. Menurut Laurence O'Rourke, salah satu anggota tim riset. Massa uap air yang dihasilkan sekitar 6 kilogram setiap detiknya. Massa uap air tersebut, bisa dihasilkan oleh luasan kecil Ceres yang tertutupi es.

Namun, masih banyak informasi yang perlu digali tentang uap air dan variasi jumlahnya di Ceres. Kita tidak akan menunggu terlalu lama untuk informasi yang lebih lengkap. Wahana antariksa milik NASA, yang bernama Dawn sedang menuju ke Ceres dan diperkirakan akan tiba pada tahun 2015. Kabar penemuan uap air di Ceres ini juga bersamaan dengan kabar ditemukannya bukti pernah terdapat lingkungan yang mengandung air di Mars. Penemuan tersebut dilakukan oleh kendaraan rover Opportunity dan Curiosity. Kita tunggu kabar tentang penemuan air ataupun jejak bekas air di luar planet Bumi.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-06 05:30:342014-02-06 05:30:34Menunggu Kabar Ditemukannya Uap Air di Ceres

“Menyiapkan Pemimpin Kharismatik”

04/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Alif Muarifah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Ahmad Dahlay Yogyaarta

 

Pemimpin adalah sosok pribadi dengan berbagai kelebihan: kekuatan, ketangguhan, kreativitas,  semangat moral  serta kemampuan dalam mengarahkan berbagai kegiatan untuk memperoleh hasil maksimal dengan cara yang efektif dan efisien. Pemimpin dengan kepemimpinan memiliki arti yang berbeda. Pemimpin atau pejabat adalah seseorang yang sedang berkewenangan dalam memimpin sedangkan kepemimpinan adalah bakat yang harus dimiliki oleh seorang pejabat. Pada saat ini, banyak pemimpin yang tidak memiliki bakat memimpin, mereka menjadi pejabat karena politis dan kepentingan tertentu sehingga dalam  kepemimpinannya  menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai. Proses dalam mencapai tujuan tidak lagi sebagai alat yang dipersiapakn dengan strategis, melainkan dimainkan dan diatur sesuai dengan keinginannya.  

Cita-cita pemimpin bisa tercapai apabila bekerjasama dengan teman sekitar. Kerjasama bukanlah sama-sama bekerja, melainkan bekerja  bersama secara sistematis sesuai dengan waktu, target serta tujuan yang telah disepakati (Rules of the game), sehingga  mampu mengkomodasi semua kepentingan dan aspirasi masyarakat. Sosok yang mengutamakan kepentingan umat, bukan lagi berkiblat pada sekelompok kecil atau bahkan kepentingan pribadi.  Namun kenyatan yang terlihat pada saat ini adalah runtuhnya Rules of the game  yang dibangun, dimana  kepentingan individu dan kelompok lebih diutamakan dibanding kepentingan bangsa yang lebih esensial. Penyalahgunaan serta penyelewengan kewenangan dalam semua elemen, baik dalam bidang hukum, pendidikan, keagamaan, maupun bidang yang lainnya merupakan bukti riil dari kegagalan kepemimpinan saat ini.

Pemimpin sekarang tidak lagi memiliki wibawa serta tidak dicintai oleh masyarakat, melainkan menjadi ajang olok-olok serta hinaan yang sulit dikendalikan. Rendahnya kepercayaan dalam kepemimpinan dapat menimbulkan berbagai konflik serta problem sosial yang mengancam  keamaman serta kesejahateraan masyarakat.

Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu mengatasi berbagai persoalan yang kian terpuruk. Bangsa ini memimpikan datangnya pemimpin besar kharismatik dengan kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang baik dan integrative. Intergrasi dari dua kekuatan tersebut akan melahirkan kepemimpinan yang ideal dan berkualitas sehingga mampu membawa Bangsa besar menjadi unggul dan tangguh. Pemimpin dengan kemampuan intrapersonal memiliki: time management, stress management, change management, transforming beliefs, transforming character, creative thinking, goal setting and life purpose,  accelerated learning. Sedangkan pemimpin dengan interpersonal yang baik memiliki kemampuan dalam:  motivation skill, leadership skill, negotiation skill, presentation skill, communication skill, relationship building skill, public speaking skill, self-marketing skill.

Sejarah kehidupan telah membuktikan keberhasilan pemimpin besar terdahulu, seperti Zaman Rosulullah. Ia mamapu menjadi pemimpin dunia yang sangat legendaries. Figur mulia dengan empat pilar, dimana manusia dalam kebodohan akal serta iman. Memimpin dengan sidiq, amanah, fathonah dan tablegh. Hal tersebutlah yang menghasilkan manusia hebat dengan ketangguhan fikir dan kekuatan mental serta ahlaqnya. Empat pilar tersebut  jika dijabarkan menjadi berbagai aspek.

Sidiq merupakan SQ (Spitual Questions), yakni hati: Jujur, control diri, mampu mengendalikan emosi, religious. Istilah dalam leadership keilmuan modern di dalamnya terdapat  (time management, stress management, goal setting and life purpose,  transforming character,  transforming beliefs). Fathonah merupakan kecerdasan atau IQ (Intellectual Questions): cerdas, open mind, linier, logic, nalar. Istilah dalam leadership keilmuan modern di dalamnya terdapat  creative thinking, accelerated learning, change management. Kedua sifat Rosululloh dalam kepemimpinan tersebut diistilahkan dalam keilmuan kepemimpinan kontemporer dengan  intrapersonal skills.

Amanah, merupakan kecerdasan AQ (Advercity Questions): sifat  pemimpin dengan  semangat juang tinggi tangguh, disiplin, bertanggungjawab dan tidak mudah menyerah atau tahan banting/hardiness). Istilah dalam leadership keilmuan modern di dalamnya terdapat  motivation skill, leadership skill,  self-marketing skill negotiation skill

Tablegh merupakan kecerdasan EQ (Emotional Questions): empaty, menghargai, altrusime, penyayang, menghormati. Istilah dalam leadership keilmuan modern di dalamnya terdapat  presentation skill, communication skill, relationship building skill, public speaking skill.

Jika Rosulullah mampu memimpin jagat yang lebih luas. Maka pemimpin bangsa Indonesia, yang tercatat tahun 2013 sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan 1,49 persen per-tahun, bukan tidak mungkin hal tersebut juga bisa dilakukan oleh pemimpin kita dengan gaya empat pilar di atas. Semoga.

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-04 03:11:482014-02-04 03:11:48“Menyiapkan Pemimpin Kharismatik”

Mengoptimalkan Peran Guru dalam Mengatasi Agresivitas Siswa

03/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh: Hendro Widodo, M. Pd

 

Munculnya fenomena seperti perkelahian antarsiswa, baik yang terjadi di dalam satu sekolahan sendiri maupun melakukan penyerangan ke salah satu sekolahan merupakan indikasi terjadinya agresivitas di kalangan siswa. Selain itu, munculnya genk pelajar seakan menunjukkan agresivitas di kalangan siswa telah diorganisir dengan baik. Berbagai ilustrasi faktual memberikan gambaran senyatanya tentang perilaku agresif yang terjadi di rumah maupun di sekolah. Ketidakmampuan anak mengerjakan tugas guru di sekolah sebagai suatu gambaran agresivitas yang bersifat pasif. Perilaku agresif lainnya yang biasanya ditunjukkan anak-anak misalnya: menganggu teman, berperilaku kasar, merusak barang-barang hingga mengacaukan proses pembelajaran di kelas sehingga membuat guru menjadi frustasi. Selain itu banyak dijumpai siswa yang berperilaku agresif. Perilaku agresif siswa muncul baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Perilaku tersebut berupa perampasan barang milik teman, misalnya alat tulis; berkelahi; mendorong teman sampai jatuh; dan memukul. Hal tersebut memberikan dampak negatif  baik bagi siswa sendiri maupun bagi orang lain, misalnya teman siswa. Perilaku tersebut tidak seharusnya didiamkan begitu saja, tetapi perlu mendapatkan perhatian khusus.

Agresivitas merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan agresi. Agresi umumnya diartikan sebagai segala bentuk tingkah laku yang disengaja, yang bertujuan untuk mencelakakan individu atau benda-benda lain. Sebagaimana Dayakisni dan Hudaniah (2003:45) mengemukakan bahwa agresivitas adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku agresif dapat bersifat verbal seperti menghina, memaki, marah, dan mengumpat. Sedangkan untuk perilaku agresif non-verbal atau bersifat fisik langsung adalah perilaku memukul, mendorong, berkelahi, menendang, dan menampar. Perilaku menyerang, memukul, dan mencubit yang ditunjukkan oleh siswa atau individu bisa dikategorikan sebagai perilaku agresif.

Timbulnya agresivitas di kalangan siswa ini memerlukan adanya perhatian dari berbagai pihak. Sekolah sebagai tempat pendidikan formal memiliki tanggung jawab dalam menangani agresivitas siswa. Di dalam sistem sekolah, semua pihak memiliki tanggung jawab dan memiliki peran yang urgen dalam mengatasi agresivitas siswa. Salah satu yang sangat urgen yang memiliki peran penting adalah guru pembimbing atau guru BK. Keberadaan dan peran serta guru pembimbing di sekolah sangat diperlukan. Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi atau upaya pencegahan (preventif), yakni suatu upaya untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran akan kebutuhan pemberian bantuan. Upaya-upaya pembentukan kelompok belajar, bimbingan kelompok, bimbingan individu dan kegiatan ekstrakurikuler, kesemuanya itu merupakan bagian dari rangkaian upaya preventif.

Upaya preventif yang dimaksudkan adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan terarah, untuk menjaga agar agresivitas siswa tidak terjadi. Guru pembimbing dapat membuat program-progran preventif antara lain: 1) guru pembimbing dapat melakukan bimbingan individu maupun bimbingan kelompok dengan memberikan pembinaan mental spritual keagamaan, agar siswa memiliki kepribadian yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila, 2) bimbingan individu maupun kelompok perlu ditanamkan kepada siswa kejujuran, kasih sayang terhadap sesama manusia, dan diberi penjelasan jangan cepat berprasangka buruk yang dapat mengakibatkan timbulnya pertengkaran, 3) guru pembimbing dapat memberikan informasi dan penyuluhan kepada siswa tentang bahaya perilaku agresif, memahami tentang bahaya dan dampak negatif perilaku agresif, menganjurkan kepada siswa untuk menyelenggarakan diskusi tentang perilaku agresif dengan segala aspeknya, menganjurkan agar siswa aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti pramuka, olahraga, privat, mengikuti lomba poster/leaflet, lomba pidato dan lain-lain, memberikan pengertian kepada siswa agar berani menolak ajakan teman andai disuruh melakukan perilakun  agresif, mengadakan pendekatan secara khusus kepada siswa yang berpotensi ingin melakukan perilaku agresif, termasuk kepada siswa yang berpenampilan sederhana maupun yang mapan, 4) guru pembimbing perlu membangun kerjasama dengan orang tua. Orang tua sebagai pendidik anak di rumah perlu mengajarkan pada anak untuk bersikap asertif, yaitu dengan melatih anak untuk mengembangkan kontrol diri dan melatih anak untuk dapat menyampaikan hal-hal yang ingin disampaikan anak kepada orang lain dengan menghindarkan sikap kekerasan, dan 5) guru pembimbing dapat mengadakan forum silaturrahmi siswa antar sekolah yang dikemas dalam kegiatan yang konstruktif dalam membangun kebersamaan dan kerjasama yang positif.

Uraian di atas menunjukkan keberadaan dan peran guru pembimbing di sekolah sangat urgen. Namun, mengatasi agresivitas siswa tidak sama dengan mengobati suatu penyakit. Setiap penyakit sudah ada obat-obat tertentu, akan tetapi agresivitas siswa belum mempunyai obat tertentu untuk penyembuhannya. Hal ini dikarenakan agresivitas itu adalah kompleks dan amat banyak ragamnya serta amat banyak jenis penyebabnya sehingga upaya mengatasi agresivitas siswa tidak hanya dapat dilakukan oleh guru pembimbing sekolah saja. Namun, perlu juga perhatian oleh pihak lain/stakeholders pendidikan. Oleh karena itu menjadi ”PR” semua pihak untuk mengatasinya agar agresivitas siswa dapat teratasi dengan baik. Amiin.

Penulis adalah Dosen PGSD UAD

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-03 02:30:432014-02-03 02:30:43Mengoptimalkan Peran Guru dalam Mengatasi Agresivitas Siswa

Antara Batu Makkah dan Batu Gunungkidul

03/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

(catatan perjalanan Haji ke Mekah)

Oleh Sukardi

(Penulis adalah dosen Fakultas Ekonomi UAD)

 

Mendengar kata “Makkah”. Bayangan kita akan dihadapkan dengan sejarah panjang dari riwayat para nabi: dari Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad dan banyak lagi nabi yang diriwayatkan lainnya di sana. Makkah (Kakbah) sebagai kiblat ummat Islam. Tempat mereka yang ingin menjalani ibadah rukun islam. Makkah, menjadi istimewa dan sangat penting bagi ummat Islam di seluruh dunia. Padahal kondisi alam lingkungan Makkah sebelum disulap menjadi hotel yang menjulang tinggi. Struktur tanahnya kering, penuh bebatuan dan terdiri atas berbagai pegnungan. Dari berbagai sudut kota, yang kita dapatkan (saat sekarang) adalah hotel dan gunung batu. Rumah penduduk didirikan di atas pegunungan dan di lereng lereng gunung. Hotel yang lebih mendominasi bangunan di sekitar kota Makkah didirikan di tepi jalan raya dan berada pada areal bekas gempuran bukit pegunungan. Jalan raya di kota Makkah dan sekitarnya banyak yang naik turun. Beberapa jalan lain justru berada pada terowongan buatan menerobos tanah batu pegunungan. Cukup dengan meratakan lahan, dilanjutkan dengan menabur adonan aspal sirtu (Pasir Batu) dan menggilas meratakan saja. Jalanan sudah rata.

Pegunungan di Makkah tidak jauh beda dengan pegunungan batuan di Gunungkidul. Sama-sama terdiri atas pegunungan dan bebatuan. Di sana juga didapatkan pegunungan. Bedanya, pegunungan di Makkah batuan pegunungannya batuan hitam kering tidak ada lapisan tanah. Sedangkan bebatuan pegunungan di Gunungkidul batu kapur putih berlapiskan tanah. Setiap tahun hujan, sehingga pepohonan tumbuh. Di samping pegunungan bebatuan di Gunungkidul masih banyak tumbuh pepohonan tanaman keras dan banyak tanaman bahan pangan seperti singkong, jagung, kedelai bahkan padi banyak tumbuh di musim penghujan.

Makkah kondisi tanah bebatuannya kering sebagian daerah bebatuan dan sebagian lain pasir kering tidak banyak tumbuhan. Udara Makkah kering. Jauh dari laut. Untuk menjadi hijau, harus dipersiapkan lahan buatan dan harus disiram dengan air yang dipersiapkan secara khusus. Disediakan saluran selang penyiram tanaman setiap satu pohon satu kran atau satu saluran air tersendiri. Yang hebat, Makkah dengan gunung dan gurun pasirnya yang kering mampu membuat sejarah dan dapat menghadirkan jutaan orang dari berbagai penjuru dunia setiap tahunnya. Bahkan setiap bulan. Mampu mendatangkan rejeki dan kemakmuran rakyat Makkah.

Gunungkidul dengan perbukitannya yang sebenarnya jauh lebih subur dari Makkah. Justru menjadikan penduduknya pergi meninggalkan kampung halaman yang dibilang tandus. Penduduknya lebih memilih mengadu nasib di luar daerah. Mereka merasa lebih bisa mendapatkan penghasilan lebih besar nilainya dari pada berkutat dengan pertanian singkong dan yang lainnya. Hanya setiap lebaran mereka pulang ke kampung halaman dengan membawa pulang hasil kerjanya di rantauan. Saat kembali ke rantau (tempat kerja) selalu menggeret anak muda potensial yang terus menyedot potensi penggerak pembangunan daerah setempat. Mereka yang tergeret merasa kerja di daerah kelahiran belum bisa menghasilkan  pendapatan yang layak.

Mungkinkah Gunungkidul dengan pantainya yang indah. Perbukitannya yang menawan dapat disulap menjadi daerah wisata yang handal. Dipublikasikan secara luas yang dapat menyedot turis asing maupun turis local yang dapat menghasilkan rupiah dan mensejahterakan rakyat setempat?

Kami tidak tahu bagaimana dulu di jaman kerajaan Hindu dan jaman  kerajaan Budha. Rakyat mampu membangun tempat peribadatan spektakuler Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang sekarang menjadi obyek wisata internasional. Tentu yang dapat menghasilkan duit. Padahal Prambanan bukan apa-apa. Borobudur bukanlah lingkungannya menarik sebelum ada bangunan candinya. Kami yakin di kala itu kekayaan kerajaan masih terbatas. Teknologi masih  tradisional. Alat transportasi sangat tradisional. Mengapa kerajaan  bisa mendirikan bangunan monumental sehebat itu?

Prambanan dan Borobudur bisa. Tentu juga tidak sulit membentuk Gunungkidul menjadi sumber duit dan menghias bukit Gunungkidul menjadi sumber dollar. Semoga lahir putra bangsa yang cemerlang …!

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-03 02:28:302014-02-03 02:28:30Antara Batu Makkah dan Batu Gunungkidul

Mengharap Fokus Anggota Dewan

01/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Dani Fadillah*

Tahun 2013 akan segera selesai dan 2014 akan segera datang. Ada dua hal yang paling ditunggu oleh mayoritas masyarakat kita pada 2014, yaitu piala dunia dan pemilu presiden serta legislatif. Kalau dihitung-hitung, hanya sejumlah hitungan jari dalam satu tangan kita akan berjumpa dengan tanggal pada 9 April 2014. Semuanya sudah mulai sibuk dan berkeringat panas dingin, mulai dari para calon anggota legislatif, Komisi Pemilihan Umum (KPU), hingga partai politik pengusung. Semua sudah mengambil ancang-ancang yang dirasa cukup strategis guna mengantisipasi berbagai perubahan iklim politik yang bisa berubah kapan saja.

Dengan makin dekatnya pemilu ini, kita tentu menyadari dan merasakan bahwa sudah ada pihak-pihak tertentu, khususnya para anggota dewan yang mulai memfokuskan diri secara total pada gelaran pemilu ini. Karena bagi anggota DPR/DPRD incumbent atau para politisi new be (pendatang baru) yang berjuang untuk menjadi anggota legislatif pemilu adalah masalah hidup mati, dan kemenangan pada adalah segala-galanya dan menjadi prioritas utama, janji-janji 2009 yang belum selesai pun dipinggirkan dulu. Bagi para elite politik, mereka bukanlah siapa-siapa jika tidak berhasil masuk ke gelanggang gedung dewan. Syukur-syukur jika bisa melenggang ke jenjang yang lebih tinggi, dari kabupaten ke provinsi, dan dari provinsi ke nasional.

Begitu totalnya fokus para anggota Dewan baik di tingkat pusat atau tingkat daerah pada pagelaran pemilu ini tentu sangat berbahaya bagi sehatnya perpolitikan Indonesia, baik nasional maupun daerah. Akan dapat dipastikan DPR/DPRD yang salah satu fungsi utamanya sebagai lembaga pengawas pemerintah (eksekutif) akan terpecah perhatiannya. Para anggota Dewan akan cenderung tidak mengawasi segala kebijakan eksekutif kecuali untuk hal-hal atau kebijakan-kebijakan yang secara pragmatis berpotensi merugikannya atau parpolnya. Para anggota Dewan sudah sangat sibuk untuk berkampanye di daerah pemilihan (dapil) masing-masing.

Anggota dewan yang mulai fokus untuk berkampanye ini dapat dipastikan cenderung tidak peduli lagi pada berbagai proses perundang-undangan yang berjalan di parlemen, kecuali tentunya berkaitan langsung dengan kepentingannya. Faktanya dapat kita lihat sendiri di gedung parlemen yang kian sepi dari aktivitas anggota Dewan. Dalam hal ini, sudah barang tentu rakyatlah yang menjadi pihak yang dirugikan.

Bayangkan saja apa jadinya nasib rakyat jika para anggota dewannya sudah kehilangan fokus begini? Ketika pemilu masih lama dan fokus para anggota Dewan masih cukup besar pada proses legislatif dan pengawasan kebijakan yang dilakukan oleh eksekutif saja sudah banyak yang masih terbengkalai, terjadi kebobolan dan berbagai blunder, apalagi ketika fokus itu terbagi. Dan sayangnya negara kita belum punya aturan yang cukup efektif untuk menghukum para wakil rakyat yang menghabiskan waktu yang harusnya milik rakyat itu demi kepentingan pragmatisnya.

Akan tetapi sebagai rakyat, sang pemberi mandat kepemimpinan yang sesungguhnya tidak boleh hanya berdiam diri saja melihat kenyataan ini karena ada banyak hal yang bisa dilakukan, dan yang paling jera adalah hukuman sosial. Contoh sederhana adalah kalau ada anggota Dewan yang aktif melakukan kampanye terselubung di dapilnya pada hari dan jem kerja aktif, langsung saja sebarkan informasi itu di berbagai media sosial yang ada, toh masyarakat kita sangat akrab dengan berbagai media sosial. Kekhawatiran akan celaan yang diterima dari masyarakat dalam media sosial akan menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para anggota Dewan bahwa tindak-tanduknya diawasi sehingga tidak bisa seenaknya saja.

Demokrasi bisa berjalan efektif jika rakyat ikut berperan aktif menjalankannya. Selain aktif dalam ikut pemilu, salah satu cara terbaik untuk membuat demokrasi efektif dan mendatangkan kemaslahatan bagi umat adalah dengan melakukan pengawasan terhadap para wakil rakyat.

*Dosen Ilmu Komunikasi UAD

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-01 06:21:002014-02-01 06:21:00Mengharap Fokus Anggota Dewan

Menanamkan Respect Education Di Sekolah

01/02/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh: Hendro Widodo, M. Pd

 

Kritikan yang ditujukan pada sistem sekolah saat ini di antaranya adalah bahwa sekolah dianggap gagal dalam menghasilkan manusia pembelajar. Pendidikan di sekolah dikritik sebagai penghasil manusia yang mudah tersinggung, rendahnya toleransi, kurang menghargai orang lain, dan menampakkan budaya kekerasan. Krisis yang menggejala adalah terpinggirkannya pembentukan akhlak, moral, etika dan budi pekerti siswa, ditambah lagi dengan menurunnya tata krama siswa terhadap gurunya di sekolah, tindakan agresivitas di kalangan siswa, penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas dan berbagai penyimpangan lainnya, bahkan tindakan kriminal sehingga pendidikan dipandang belum mampu melahirkan manusia yang berakhlak mulia dan berbudaya.

Proses pendidikan di sekolah yang selama ini lebih dominan intelektualis (kognitif oriented), hanyalah menghasilkan output pendidikan yang cerdas intelektual, namun  lemah emosionalnya bahkan spiritualnya sehingga pengembangan aspek afektif seperti akhlak, moral, etika dan budi pekerti menjadi terpinggirkan. Padahal yang diharapkan dari proses pendidikan adalah menghasilkan manusia pembelajar yang anggun dalam moral dan unggul intelektual. Hasil dari proses pendidikan bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas secara emosional, sosial dan spiritual. Oleh karena itu, salah satu agenda penting dalam proses pendidikan di sekolah adalah pengembangan sense of humanity dan sense of respect melalui penanaman nilai dan sikap saling menghargai, peduli pada orang lain, dan penghormatan terhadap perbedaan.

Pendidikan di sekolah dituntut untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pengembangan nilai-nilai respect dalam keseluruhan dimensinya. Menanamkan nilai-nilai respect pada diri siswa dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan tematik integratif dan pendekatan keteladanan atau peniruan. Pendekatan tematik integratif dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai respect ke dalam mata pelajaran yang memiliki tema yang sesuai, dan juga dapat dilakukan melalui metode maupun strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sedangkan pendekatan keteladanan dilakukan oleh guru dengan memberikan keteladanan kepada para siswa. Pada hakekatnya guru bukanlah mengajarkan apa yang ia ketahui melainkan mengajarkan apa yang ia miliki. Nilai-nlai respect tersebut seharusnya telah dimiliki oleh para guru sehingga para guru memiliki kewajiban moral yang melekat dengan profesi kependidikannya untuk memberikan keteladanan. Para siswapun tidak hanya memperoleh nilai-nlai respect dari pelajaran saja yang tercetak dalam buku-buku pelajaran, namun melihat langsung bahkan meniru pada contoh perilaku guru.

Menanamkan  nilai-nilai respect dalam pendidikan di sekolah sangatlah penting, bahkan dipandang sangat tepat jika dimulai sejak dini. Sejak dini siswa telah ditanamkan nilai dan sikap saling menghargai (respect), peduli sesama, dan menghormati perbedaan sehingga kelak diyakini bahwa pendidikan akan memberi kontribusi yang nyata dan bermakna dalam pencegahan kekerasan.

Penulis adalah Dosen PGSD UAD

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-02-01 06:20:062014-02-01 06:20:06Menanamkan Respect Education Di Sekolah

Meramal Gagasan Koalisi Partai Islam di 2014

29/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Anang Masduki*

Islam adalah agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Namun seolah ibarat timur dan barat. Partai islam sulit bernafas, apalagi mendulang suara, akhir-akhir ini. Sehingga pemilu tahun 2014, banyak pengamat yang memprediksi partai islam juga tidak akan banyak berkiprah. Memang partai islam pernah berjaya saat pemilu 1955, dimana partai Masyumi memperoleh kursi yang cukup signifikan. Selain itu, sepak terjang partai islam juga pernah menorehkan keberhasilan dengan terpilihnya Gus Dur menjadi presiden tahun 1999.

Maka akhir-akhir ini muncul wacana koalisi partai-partai islam guna mengusung calon presiden pada pemilu 2014 mendatang. Wacana yang digagas oleh PPP beberapa waktu lalu menuai pro dan kontra. Ada yang mengapresiasi gagasan tersebut, namun juga ada yang mencibirnya. Masuk akal sebenarnya, karena kans partai islam memperoleh suara 20% untuk memenuhi ambang batas sehingga dapat mencalonkan presiden (presidential threshold) kecil, maka solusinya partai-partai islam harus melakukan koalisi, meski itu tidak mudah.

Selain faktor presidential threshold, ruang untuk koalisi semakin lebar karena fragmentasi politik yang terjadi pada partai-partai islam, akhir-akhir ini tidak bersifat idiologis. Ini bisa dicermati ketika melihat platform masing-masing partai. PKB yang lahir dari rahim NU dan PAN dari Muhammadiyah telah menjadi partai revormis yang terbuka. Bahkan PKS yang selama ini menjadi ikon partai dakwah juga telah menyatakan terbuka terhadap semua golongan. Sehingga kemudian faktor pragmatism politik (bagi-bagi kekuasaan) yang meneguhkan untuk mewujudkan koalisi tersebut.

Permasalahan yang muncul, siapa yang akan dijadikan calon presiden saat pemilu 2014 mendatang. Mengingat partai-partai islam minim kader yang memiliki elektabilitas yang tinggi. Sejumlah survey memperlihatkan justru kader partai nasionalis yang memiliki elektabilitas cukup tinggi. Sebut saja misalnya Jokowi, Prabowo Subianto.

Jika yang dimunculkan adalah Mahfud MD, Rhoma Irama atau Hidayat Nurwahid, secara popularitas memang cukup dikenal luas. Permasalahannya adalah, popularitas bukan penentu seseorang akan dipilih ketika pemilu. Dalam komunikasi politik, penentu seseorang dipilih adalah persepsi publik. Bagaimana sosok calon presiden tersebut. Istilah Jawanya, bibit, bobot dan bebet. Bibit merujuk pada tingkat keturunan seseorang, atau ketokohan seseorang. Bobot merujuk pada kekuasaan yang dimiliki seseorang. Adapun bebet merujuk pada seberapa banyak kekayaan yang dimiliki seseorang. Jangan sampai karena secara finansial lemah kemudian menjadikan presiden sebagai pekerjaan, bukan pengabdian.

Selain itu,  Mahfud MD tidak memiliki partai politik. Adapun Hidayat Nurwahid, ketika pilkada Gubernur DKI saja tidak mampu unjuk gigi. Mahfud MD memang memiliki kedekatan dengan PKB dan tokoh NU, akan tetapi itu belum cukup sebagai modal untuk membangun koalisi partai-partai Islam. Dan jika maju menggunakan jalur independen, secara konstitusi ketatanegaraan di Indonesia belum membuka ruang untuk itu. Sungguh sebuah ironi jika partai-partai islam hanya menjadi pelengkap dan pengembira di pemilu 2014 mendatang.  

 

*penulis adalah Dosen Komunikasi UAD dan aktivis Intelektual Muda Muhammadiyah (IMM)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-29 06:09:382014-01-29 06:09:38Meramal Gagasan Koalisi Partai Islam di 2014
Page 567 of 706«‹565566567568569›»

TERKINI

  • Tingkatkan Keselamatan Warga, Mahasiswa UAD Pasang Delineator Jalan di Dusun Pakel Kopek, Gunungkidul05/09/2025
  • Mahasiswa KKN UAD Dorong Pola Hidup Sehat Warga Ngelo I dengan Olahan Manis Alami05/09/2025
  • Lentera Kehidupan, Rahmat bagi Semesta04/09/2025
  • Inovasi Berkelanjutan Biopori untuk Mengurangi Risiko Stunting04/09/2025
  • Inovasi Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik oleh Mahasiswa UAD di Dusun Karanganyar04/09/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan III Kompetisi Artikel Ilmiah Tingkat Nasional 202528/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan I di National Economic Business Competition 202527/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Penghargaan Karya Jurnalistik Terbaik Pers Mahasiswa 2025 dari AJI Indonesia25/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II Lomba Pengabdian Masyarakat Tingkat Nasional pada ASLAMA PTMA 202519/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II di Ajang AILEC 202519/08/2025

FEATURE

  • Konseling Harapan bagi Keluarga dan Remaja05/09/2025
  • Potensi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh untuk Obat Antiinflamasi04/09/2025
  • Psikologi Komunitas Kelompok Rentan03/09/2025
  • Konsep Strategi Ilmiah dalam Pengelolaan Sampah DIY03/09/2025
  • Dinamika Implementasi Pembelajaran Mendalam di Indonesia02/09/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top