• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Memimpin dengan Keikhlasan

21/09/2021/in Terkini, Wawancara /by Ard

Tepat pada 9 Oktober 2019, Dr. Muchlas, M.T. resmi dilantik sebagai Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), masa bakti 2019‒2023 menggantikan rektor periode sebelumnya Dr. Kasiyarno, M.Hum. Masih teringat pula, isi dari pidato Dr. Muchlas pada saat itu yang mengajak seluruh civitas akademika untuk bersama memajukan dan memakmurkan UAD. Tujuannya agar UAD menjadi perguruan tinggi yang leading dalam mencetak intelektual unggul berdaya saing tinggi, berkepribadian islami, serta memiliki integritas moral dan intelektual.

Sebagai rektor, beberapa langkah sudah ia persiapkan, yakni mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan industri di era sekarang ini, mengembangkan konten pembelajaran sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri, serta melakukan reformasi konten dan metodologi pembelajaran atau pendidikan melalui pendekatan digitalisasi. Hal ini ia lakukan sebagai komitmen dirinya dalam menjadi rektor yang berkompeten.

Saat ini, perjalanannya menjadi orang nomor satu di UAD sudah memasuki usia dua tahun. Kepemimpinannya juga berhasil meraih beberapa capaian dan prestasi yang membanggakan, tetapi ia tidak memungkiri bahwa menjadi seorang pemimpin juga mengalami pasang-surut tantangan dan hambatan. Dr. Muchlas memaparkan strategi dan kunci kepemimpinan yang kerap ia terapkan dalam menakhodai Kampus UAD. 

Strategi kepemimpinan seperti apa yang Bapak terapkan dalam memimpin UAD?

Kami mengembangkan beberapa strategi kepemimpinan. Pertama, menerapkan kepemimpinan yang bersifat kolektif kolegial. Kedua, kepemimpinan model partisipatif, di mana pimpinan dengan yang dipimpin itu bisa bersama-sama berpartisipasi secara aktif dan memungkinkan tumbuhnya ide-ide atau gagasan-gagasan muncul dari bawah. Semacam bottom up atau model yang di dalam konteks total quality management juga disebut sebagai management by walking about. Sebuah model kepemimpinan di mana pemimpin itu sering menyapa yang dipimpin. Cara ini menurut saya lebih efektif karena mendukung model kepemimpinan partisipatif. Dengan cara seperti itu kami bisa menumbuhkan sense of belonging yang kuat bagi warga UAD karena antara pimpinan dan yang dipimpin itu memiliki rasa yang sama.

Menurut Bapak, nilai apa yang harus diterapkan guna menjadi pemimpin yang berhasil?

Saya kira, kalau di Muhammadiyah itu yang paling utama adalah keikhlasan. Nilai keikhlasan itu bisa menggerakkan seorang pemimpin. Jadi ada spirit untuk menggerakkan seluruh potensi kami dengan motivasi utamanya hanya semata-mata karena Allah Swt. Tanpa keikhlasan, kami tidak bisa menjalankan program ini dengan total. Keikhlasan memiliki tiga dimensi yakni, pertama, adanya niat. Jadi dalam mengembangkan program-program yang ada di UAD ini, harus ada niat yang dirancang dengan sebaik-baiknya. Niat tersebut harus dilandasi dengan semangat itqon, profesionalisme. Jadi, spirit itqon itu harus ada dalam menjalankan amal saleh yang berbasis keikhlasan agar seorang pemimpin dapat memperkirakan apa yang nantinya bermanfaat dari apa yang dia kerjakan. Kedua, sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kejujuran. Kejujuran saat ini merupakan barang yang langka, tapi dengan semangat atau spirit yang tinggi kami tetap menjunjung tinggi kejujuran di segala aspek. Ketiga adalah girah, semangat atau passion. Jadi, pemimpin itu dasarnya harus senang dan menyenangkan. Jangan sampai memimpin tetapi dengan rasa terpaksa. Ketika seorang pemimpin bekerja dengan senang dan gembira dan ditambah dengan rasa ikhlas dapat menjadi kekuatan yang sangat dahsyat. Jadi ikhlas, jujur, profesional, dan passion itu yang sangat diperlukan. Nilai lain yang saya rasakan penting dalam kepemimpinan adalah kedekatan pemimpin dengan yang dipimpin, saling mendoakan antara yang dipimpin dan yang memimpin, dan seterusnya.

Melihat pentingnya SDM dalam sebuah lembaga, seberapa penting peran internal tim dalam membangun UAD?

Iya sangat signifikan. Nah, di situlah tadi pentingnya nilai kebersamaan di dalam membentuk team work yang kuat yaitu dari internal. Mengapa dari internal? Karena tim dari internal lebih memahami secara lebih mendetail tentang budaya (corporate culture), nilai-nilai yang sudah dikembangkan UAD dibandingkan jika kami meng-hire tim eksternal. Hal itu jelas gerakannya akan jauh lebih efektif. Kalaupun ada tim eksternal itu sifatnya sebagai narasumber yang memberikan informasi-informasi alternatif yang kami perlukan seperti informasi yang mungkin belum kami miliki, maka kami mintakan orang lain untuk berbicara. Karena kebersamaannya sudah ada, jadi tidak perlu lagi melakukan penyesuaian-penyesuaian yang lama. Karena apa? Karena budaya, kultur atau corporate culture-nya itu sudah terbangun sehingga mudah untuk menggerakkan mereka. Secara finansial pun, tim internal lebih efisien.

Dalam mencapai sebuah prestasi ini, tentu UAD tak lepas dari hambatan dan masalah. Apa saja hambatan dan masalahnya?

Tantangan sesungguhnya lebih banyak dari faktor motivasi dari civitas akademika. Kalau dari sisi sistem dan kebijakan saya kira UAD sudah siap. Contohnya seperti di kemahasiswaan yang mencanangkan tagline “Prestasi Adalah Budaya Kita” guna meningkatkan motivasi dalam mencetak prestasi. Tagline seperti itu merupakan upaya manajemen untuk dapat mendorong munculnya prestasi di bidang kemahasiswaan. Tentu juga kami siapkan dana, struktur, dan unsur pendukung lainnya guna menjawab tantangan tersebut. Tantangan lainnya yaitu mengenai penerimaan mahasiswa baru. Kami berhadapan dengan calon-calon mahasiswa yang mungkin ketika mendaftar masih belum sepenuhnya menetapkan UAD sebagai pilihan utama, walaupun di beberapa prodi calon mahasiswanya sudah menjadikan UAD sebagai pilihan utama.

Apa sajakah target dan harapan UAD ke depannya?

Target UAD ke depan adalah menjadi universitas yang unggul, inovatif, dan dapat lebih banyak lagi memberikan manfaat bagi masyarakat seluruh dunia. Kemudian kami menargetkan UAD ke depannya dapat menjadi universitas dengan civitas akademika yang memiliki spirit dalam membangun pendidikan searah dengan spirit K.H. Ahmad Dahlan. Selain melahirkan kinerja pekerjaan yang profesional tapi dari sisi yang lain kekuatan ini dapat membangun universitas yang dapat memberikan manfaat bagi kemanusiaan, bangsa, negara, serta alam semesta.

 

*Artikel ini telah tayang/terpublikasi pada Majalah Warta PTM dengan beberapa penyesuaian baru.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Foto-Rektor-UAD-1.jpeg 725 991 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2021-09-21 13:14:352021-09-21 13:55:58Memimpin dengan Keikhlasan

Mufid Salim: Di Era Keterbukaan Informasi, Mahasiswa Harus Berkontribusi

23/04/2019/in Wawancara /by NewsUAD

            Pesatnya perkembangan teknologi, berbanding lurus dengan kian terbukanya informasi. Masyarakat kini lebih mudah dalam mengakses beragam informasi dengan cepat yang sebelumnya terbatas dari koran, majalah, radio, dan televisi, menjadi dapat diakses dari berbagai piranti teknologi seperti laptop, tablet, dan telepon genggam. Masyarakat tidak lagi hanya pasif menunggu informasi melalui media masa, tetapi juga dapat berperan aktif dalam mencari informasi sendiri. Bahkan dapat memproduksi informasi untuk masyarakat lainnya. Sehingga saat ini ketersediaan informasi begitu melimpah, tidak hanya dimonopoli media. Melimpahnya informasi, selain memberikan banyak pilihan juga membutuhkan kehati-hatian dalam mengonsumsinya. Menurut salah satu Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Mufid Salim, S.I.Kom., M.B.A. di era keterbukaan Informasi, mahasiswa harus berkontribusi. Berikut ini wawancara lengkapnya.

Bagaimana tanggapan Anda tentang era keterbukaan informasi saat ini?

Semuanya hal tentu memiliki sisi positif dan negatif. Dilihat dari sisi positif perkembangan ini bagus, jika kita kilas balik. Dulu masyarakat terbatas mengakses informasi, informasi sifanya hanya satu arah. Informasi itu kita tidak tahu apakah sudah dikurangi atau ditambahkan dari fakta yang ada atau tidak. Berbeda dengan saat ini, kita dapat menguji sebuah informasi apakah informasi ini benar atau tidak, dengan mengakses sumber-sumber lain dan diperbandingkan akurasinya.

Perkembangan teknologi dan informasi memberikan kesempatan masyarakat, khususnya generasi muda untuk berkembang semaksimal mungkin ke arah yang lebih baik. Mereka dapat belajar apa pun dan di mana pun dengan lebih mudah. Hanya membutuhkan gawai dan akses internet, semuanya sudah tersedia mulai dari buku elektronik (e–book), jurnal hasil penelitian, hingga situs-situs penyedia massive open online course (pembelajaran terbuka secara online).

Misalnya, dulu ada dikotomi antara daerah maju dan daerah tertinggal, antara kota dengan desa dalam hal ketersediaan informasi untuk belajar. Saat ini, di era keterbukaan informasi, semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses informasi dalam rangka belajar dan mengembangkan potensi diri. Tinggal apakah kita mau memanfaatkan hal itu atau tidak.

Sisi negatif tentu ada, contohnya karena informasi serbacepat, sehingga informasi yang tidak benar dengan cepat pula diterima masyarakat. Terkait hal itu yang harus dimunculkan daya kritis kita untuk menguji informasi yang kita terima. Tidak sekadar langsung menerima dan membenarkan informasi yang datang.

Di era keterbukaan informasi, menurut Anda di mana posisi mahasiswa Indonesia?

Mahasiswa memiliki posisi yang sangat penting karena mereka sebagai kalangan terdidik bisa menjadi pintu informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Mereka seharusnya memiliki minat yang tinggi untuk membaca dan mengkurasi informasi. Selanjutnya menyajikan informasi tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk yang mudah dicerna khalayak umum.

Bagaimana tanggapan Anda tentang mahasiswa yang menjadi apatis terhadap dunia sekitarnya karena berbagai produk perkembangan teknologi dan informasi ?

Mengikuti perkembangan memang harus ada yang diadaptasi dan ada yang harus dijaga. Tersedianya akses internet memberikan banyak hal sehingga berpotensi membuat generasi muda terlena. Generasi muda perlu beradaptasi dengan hal-hal yang sifatnya positif seperti sarana untuk belajar, namun ada hal yang harus dijaga yakni menjaga interaksi sosial dengan orang sekitar.

Beradaptasi dengan perkembangan zaman yang ada dengan menempatkan kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi sebagai pemecahan masalah seperti efisiensi, keamanan, serta lain sebagainya. Sekaligus, tetap mengedepankan nilai-nilai budaya kita yang kuat dalam interaksi sosial. Kolaborasi antara kemajuan teknologi informasi dengan nilai-nilai sosial merupakan fondasi yang perlu kita bangun.

Menurut Anda, di era keterbukaan informasi ini bagaimana seharusnya mahasiswa berperan?

Mahasiswa seharusnya menjadi trend maker bukan hanya menjadi trend follower. Coba ciptakan tren baru yang memiliki manfaat dan menjadi problem solver memiliki dampak. Status mahasiswa adalah sebuah anugerah dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Setelah selesai kuliah nantinya akan menghadapi realitas, salah satunya bekerja. Hal itu harus dipersiapkan dengan matang sebelum lulus menjadi sarjana. Sehingga bisa menjadi sarjana yang berkualitas dan siap berkontribusi kepada orang sekitarnya.

Sebagai contoh, mahasiswa dapat membuat lebih banyak lagi platform (wadah) untuk memfasilitasi para petani agar lebih sejahtera. Secara nasional ini bisa membantu Indonesia menjadi negara agraris yang kuat dan benar-benar berdaulat pangan. Platform yang mengakomodir petani dari persoalan hulu hingga ke hilir, mulai dari mempersiapkan lahan, penanaman, perawatan, sampai penjualan tanpa melalui banyak perantara atau tengkulak. Sehingga, kemungkinan gagal panen dapat diminimalisir dan keuntungan dari hasil panen dapat dimaksimalkan. Kemudian, memberi kemasan yang menarik untuk meningkatkan harga jual di konsumen. Mahasiswa harus lebih banyak berkontribusi aktif secara nyata tidak hanya menikmati dan menunggu.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Mufid-GGC-Theme-Night.jpg 1356 2048 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-23 14:42:382019-04-28 19:42:58Mufid Salim: Di Era Keterbukaan Informasi, Mahasiswa Harus Berkontribusi

Dukungan Psikososial bagi Korban Bencana

25/01/2019/in Wawancara /by NewsUAD

Hampir seluruh wilayah di Indonesia merupakan rawan bencana. Banyak gunung aktif, terdapat patahan-patahan, dan seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim penghujan. Semua itu berpotensi menimbulkan kerusakan fisik-material dan gangguan psikologis bagi para korban bencana. Masyarakat korban bencana sangat mungkin dilanda keputusasaan dalam situasi tidak normal saat bencana karena merasa ketakutan, kehilangan tempat tinggal dan sanak saudara, serta kadang tidak berdaya menjalani masa-masa pascabencana. Oleh karena itu, selain bantuan fisik juga diperlukan intervensi dalam hal pemulihan gangguan psikologis melalui dukungan psikososial. Berikut adalah upaya-upaya yang bisa dilakukan menurut Muhammad Hidayat, dosen Psikologi di Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Apa yang perlu dilakukan pada korban bencana agar pulih?

Penanganan terhadap bencana setidaknya dibagi menjadi empat tahap. Pertama, adalah tahap tanggap darurat setelah bencana terjadi sampai 14‒21 hari. Kedua, adalah tahap pascatanggap darurat merupakan pemulihan awal untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan memulai membangun infrastruktur semi permanen. Ketiga, pemulihan akhir merupakan lanjutan dari pemulihan awal. Keempat, adalah rekonstruksi-rehabilitas biasanya dilakukan pada empat bulan ke atas. Untuk khusus pascabencana atau tanggap darurat, memang diorientasikan pada kebutuhan pokok dan materi, seperti makanan, obatan-obatan, minuman, biasanya dibuat dapur-dapur umum, kemudian distribusi logistik. Setelah fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, para relawan juga harus memiliki kemampuan menangani secara psikologis yang disebut Psychological First Aid (PFA). PFA mempunyai tiga prinsip dasar yang terdiri atas melihat, kemudian mendengar, relawan tidak boleh langsung judgment, tetapi seharusnya memberikan perhatian. Setelah itu adalah link, misalnya korban butuh makan maka diajak ke dapur umum, dan bila merasa sakit dibawa ke bagian medis. Dalam kondisi bencana dapat dikatakan bahwa kondisi yang normal dalam kondisi yang tidak normal. Artinya, para korban berteriak, sedih, takut, dan segala macam merupakan kondisi normal dalam situasi bencana yang dikatakan tidak normal. Yang menjadi tidak normal adalah ketika kesedihan itu menjadi berkepanjangan. Hal ini nanti yang akan menimbulkan post trauma stress disorder. Untuk penanganan lebih lanjut diperlukan assessment psikososial. Proses ini tidak boleh lepas dari kearifan lokal setempat. Maka, konsep penanganan ini adalah memberikan simulasi atau motivasi-motivasi bagi para penyintas agar mereka segera pulih ke kehidupan secara normal.

Alasan tidak dipakainya lagi istilah trauma healing?

Berdasarkan lokakarya natunal di tingkat Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia, semacam ada kesepakatan tidak memakai trauma healing karena kesannya seakan-akan para penyintas memiliki trauma, dalam tanda kutip mereka parno terlebih dahulu dan merasa tidak nyaman. Istilah tersebut diganti dengan dukungan psikososial dan dukungan kesehatan jiwa. Trauma healing sudah spesifik untuk memulihkan trauma, padahal tidak semua penyintas mengalami trauma karena ekspresi mereka termasuk normal dalam kondisi tidak normal seperti yang sudah disampaikan tadi. Para penyintas memiliki mekanisme pemulihan secara pribadi. Bentuk-bentuk dukungan psikososial terdiri atas PFA, terapi ekspresif, dan konseling. Misalnya, anak-anak diajak terapi ekspresif dengan menulis, bernyanyi, atau dengan cara play therapy.

Adakah kelompok tertentu yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam dukungan psikososial?

Ada yang disebut kelompok rentan. Kelompok ini adalah korban yang diprioritaskan untuk penanganan terlebih dahulu seperti lansia, anak-anak, dan ibu hamil.

Dukungan psikososial digunakan untuk pemulihan apa saja?

Pada dasarnya orang itu butuh dukungan, apalagi dalam situasi tidak normal dan tertekan. Misalnya, kecelakaan pesawat kemarin, korban selamat butuh dukungan psikososial. Mereka merasa kehilangan, saat itulah butuh perhatian mendengarkan keluh kesahnya. Atau yang lainnya seperti konflik sosial atau pertikaian. Misalnya, di Papua sekarang, para korban butuh dukungan dari pihak-pihak terkait.

Apakah sudah ada pelajaran atau sosialisasi dukungan psikososial di Universitas Ahmad Dahlan?

Ada mata kuliah pilihan psikologi kebencanaan, memang belum menjadi matakuliah wajib. Namun, pada dasarnya di dalamnya berisi tentang assessment, konseling, pendampingan, dan sebagainya. Secara spesifik juga ada pemahaman terhadap bencana, korban, dan mitigasi bencana. Mata kuliah ini sedang diajukan kepada dekanat untuk dijadikan matakuliah wajib saat evaluasi kurikulum nanti, karena negeri kita rawan bencana.

Sebagai seorang mahasiswa atau dosen, bagaimana cara menanggulangi bencana?

Jadi ada istilah jackues illiensi atau yang disebut sebagai kemampuan seseorang untuk bertahan dalam situasi yang berat dan menekan. Ini merupakan resilensi daya lenting atau daya orang bangkit lagi. Setiap orang mempunyai daya yang berbeda. Apabila dari pihak keluarga mendapat kasih sayang baik, pendidikan yang baik, orang tersebut mempunyai daya yang lebih kuat. Namun, apabila dari pihak keluarga kurang mendapat kasih sayang, pernah ada masa lalu yang ada benih-benih trauma maka ketika ada stimulasi terkait bencana akan menjadi rentan. Akhirnya akan kesulitan membuat mekanisme rekonstruksi dalam dirinya.

Apa yang menjadi hal mendasar dan penting untuk menyikapi seringnya terjadi bencana di Indonesia?

Kita harus membuat mekanisme tentang siaga bencana, termasuk mitigasi bencana perlu terus-menerus disosialisasikan. Sekolah-sekolah sekarang juga sudah muncul yang menekankan siaga bencana. Artinya perlu pembelajaran yang berkala tentang mitigasi dan simulasi sehingga suatu ketika mengalami bencana kita sudah siap. Orang yang mudah terkena trauma atau stres adalah orang yang tidak siap menerima dan menghadapi kenyataan. Oleh karena itu, orang harus didorong untuk menerima keadaan sehingga ada recovery atau pemulihan kembali. (Ari)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/3.-pak-Dayat.jpg 853 1280 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-01-25 09:57:392019-01-25 09:58:09Dukungan Psikososial bagi Korban Bencana

Memahami Komunikasi

16/11/2018/in Wawancara /by NewsUAD

Persepsi sebagian besar orang mengatakan bahwa ilmu komunikasi adalah ilmu yang mudah dipelajari, tetapi pada kenyataannya tidak. Banyak orang yang belum paham cara berkomunikasi yang baik.

Reggy Wulan Apriansyah salah satu mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memberikan gambaran mengenai dunia komunikasi, berikut hasil wawancaranya.

Apa yang Anda ketahui tentang ilmu komunikasi ?

Yang saya tahu di dalam ilmu komunikasi banyak hal-hal yang dipelajari terkait dengan cara kita berbicara yang baik dengan orang, berbicara yang efektif, dan cara kita menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi karena miss komunikasi. Sebab ketika di dalam organisasi, kepanitiaan, dan apa pun, banyak terjadi miss komunikasi.

Mengapa ilmu komunikasi penting dipelajari di bangku kuliah?

Karena tidak semua mahasiswa memiliki skill komunikasi yang baik dan efektif. Komunikasi yang baik adalah ketika komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan dan mendapatkan feedback yang baik.

Sejauh mana ilmu komunikasi dibutuhkan di dunia kerja?

Semua perusahaan, pemerintah, lembaga apa pun itu pasti membutuhkan anak-anak yang memang paham dan pandai untuk mempraktikkan komunikasi. Banyak orang yang bisa berkomunikasi, tetapi tidak efektif. Oleh sebab itu ilmu komunikasi memang penting di suatu perusahaan untuk memecahkan masalah.

Persepsi sebagian besar orang mengatakan bahwa ilmu komunikasi adalah ilmu yang mudah dipelajari, bagaimana pendapat Anda terkait hal ini?

Memang banyak sekali pendapat yang mengatakan seperti itu, bahwa setiap harinya kita dapat berkomunikasi. Tetapi, tidak cukup dengan cara berkomunikasi dan cara menyelesaikan masalah. Di ilmu komunikasi, kita mempelajari cara memecahkan masalah, berkomunikasi yang baik di semua kalangan, dan teknik-teknik berkomunikasi. Memang benar banyak orang yang bisa berkomunikasi tetapi tidak dengan praktiknya atau materi yang dipelajari. Pada intinya, ilmu komunikasi bergerak di berbagai bidang dan banyak hal yang didapatkan saat belajar ilmu komunikasi.

Di dalam prospek kerja dunia komunikasi, tidak hanya lulusan Ilmu Komunikasi saja, lalu seperti apa peran di sana?

Peran lulusan Ilmu Komunikasi di sana yaitu bagaimana dia menjual dirinya, dalam artian kita menjual potensi kita. Perusahaan tidak mungkin menerima ketika kita tidak memiliki keahlian apa pun. (dta)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Memahami-Komunikasi.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2018-11-16 08:28:552018-11-16 08:29:17Memahami Komunikasi

Tips Mahasiswa UAD; Kuliah Oke, Organisasi Yes, Prestasi Mantap!

18/10/2018/in Wawancara /by NewsUAD

Mahasiswa yang aktif di kampus, sering dijumpai mengeluh tentang cara membagi waktu antara kuliah, organisasi, dan prestasi. Menurut Rudi Afrinanda, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Program Studi Farmasi, hal-hal tersebut dapat diatasi. Mahasiswa asal Lampung ini terang-terangan berbagi tips saat diwawancarai, berikut hasilnya.

Selama kuliah, sudah berapa lama ikut berorganisasi?

Sejak semester dua waktu itu, awalnya hanya anggota saja. Setelah mengalami perjalanan panjang, periode 2017-2018 saya diamanahi menjadi Ketua/Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi (FF). Jadi, bisa dibilang ini adalah tahun ketiga saya di BEM FF. Sebelumnya saya aktif di Lembaga Semi Otonom (LSO) tepatnya tahun 2017 saya menjadi ketua LSO CDG dan tahun 2016-2018 saya juga sebagai Koordinator Layouter Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (Bimfi) Ikatan Senat Mahasiswa Seluruh Indonesia (Ismafarmasi) Nasional.

Dalam sebuah organisasi, apa yang menarik sehingga organisasi itu menjadi penting?

Menariknya bisa melatih softskill yang tidak didapatkan saat perkuliahan berlangsung. Selain itu juga menambah relasi, tidak hanya antar fakultas atau universitas tetapi seluruh Indonesia. Lebih-lebih bisa bertukar pikiran turut menyiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045 mendatang.

Bagaimana cara menyeimbangkan kuliah, organisasi, dan prestasi?

Biasanya saya membuat rencana harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan. Dengan begitu saya tahu mana jadwal-jadwal yang padat. Misalnya bisa nyicil laporan jauh-jauh hari menghindari jika ada agenda rapat atau acara lain mendadak. Kemudian saya prioritaskan yang mendesak dan penting. Sehingga saya lebih mudah mengaturnya. Saya mengalami semakin kita sibuk semakin kita bisa mengatur waktu-waktu kita. Memang di awal-awal kewalahan tapi semua butuh waktu dan perlahan bisa seimbang dengan sendirinya.

Bagaimana cara menyikapi rindu dengan orang tua dan ketika hal-hal tersulit itu datang menghampiri?

Saya membiasakan seminggu sekali telepon dengan orang tua. Mohon doa restu agar dilancarkan segalanya. Menurut saya bagaimanapun orang tua tetap nomor satu. Saya bisa sampai di sini berkat kedua orang tua juga.

Masa tersulit dalam hidup masing-masing orang tentu ada. Selalu ingat tujuan awal saja dan saya selalu memotivasi diri saya sendiri dengan melihat daftar cita-cita saya di dinding kamar, baik itu prestasi maupun keinginan, yang ingin saya capai lainnya.

Apakah orang tua mendukung kuliah dengan berorganisasi?

Awalnya tidak, namun saya berusaha meyakinankan bahwa organisasi tidak akan mengganggu kuliah saya. Sebenarnya orang tua mendukung segala sesuatu yang kita lakukan, selama itu positif, tinggal cara kita menyakinkannya.

Sudah berapa banyak prestasi yang diraih?

Alhamdulillah, terakhir mendapat dana Hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang 2018. Walaupun belum bisa sampai Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) produk yang kami buat sudah banyak ditawar meskipun baru tahap uji praklinik.

Kemudian 2017 saya beserta tim juara 1 di Call For Paper Fornano UNSRI. Prestasi-prestasi lainnya ada juara harapan 1 Poster Ilmiah Nasional, juara 1 Poster Pharmacy Expo, finalis KTI 10 besar UI, dan publikasi.

Pesan untuk teman-teman mahasiswa?

Move on dari lingkungan zona nyaman kalian, cepat kenali kampus kita dan perbanyak kegiatan serta berprestasi. Mulailah dengan target-target kecil tulisan di dinding kamar agar selalu ingat degan cita-cita kalian. Jika target itu belum tercapai segera evaluasi dan perbaiki jangan menyerah. Let’s try! No pain no gain! (nda)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/WAWANCARA_Tips-Mahasiswa-UAD-Kuliah-Oke-Organisasi-Yes-Prestasi-Mantap_16102018_UAD.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2018-10-18 09:14:102018-11-04 08:20:15Tips Mahasiswa UAD; Kuliah Oke, Organisasi Yes, Prestasi Mantap!

Ayo Berani Mencoba, Kesempatan Berprestasi Terbuka bagi Siapa pun!

30/04/2018/in Wawancara /by NewsUAD

Ika Suciwati, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang beberapa waktu lalu berhasil meraih juara 2 Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Tingkat Kopertis V DIY.

 

Ika Suciwati merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang beberapa waktu lalu berhasil meraih juara 2 Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Tingkat Kopertis V DIY. Berikut hasil wawancara saat ditemui di kampus 1 UAD, Kamis (12/4/2018)

Persiapan apa saja yang sebelumnya sudah dilakukan sehingga dapat meraih juara 2 Mawapres Tingkat Kopertis?

Persiapan yang sudah dilakukan tentu banyak sekali dan benar-benar bertahap. Mulai dari seleksi tingkat program studi dulu, seleksi fakultas, lanjut seleksi universitas, dan akhirnya bisa juara 2 tingkat kopertis. Dalam seleksi tersebut ada beberapa poin yang perlu dipersiapkan, yakni membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI), kemudian menyiapkan power point untuk presentasi, kemampuan berbahasa Inggris, yang paling penting di sini juga prestasi tingkat regional, nasional, maupun tingkat internasional.

Kesulitan-kesulitan apa saja yang ditemui saat proses berlangsung?

Kesulitannya itu masih di KTI, karena harus konsultasi terus menerus, dapat masukan harus revisi, dan ngulang dari awal lagi. Tidak bisa disebut remeh juga karena KTI ini memerlukan waktu yang cukup banyak harus ngumpulin jurnal dan lain sebagainya.

Bagaimana Anda menghadapi kesulitan tersebut?

Saya sudah terpilih, rasanya tanggung jika menyerah begitu saja. Jadi, ya sudah hadapi saja. Jalani dengan ikhlas.

Pernah merasa lelah menghadapi proses? Kemudian tindakan apa yang Anda lakukan?

Pernah. Kalau saya sendiri ketika lagi males, lelah, stres, ya sudah males dulu, lelah dulu, stres dulu. Misalnya mau main Instagram, puas-puasin main Instagram dua-tiga jam habis itu baru ngerjain dari awal sampai akhir.

Hal apa yang membuat Anda kembali bersemangat?

Orang tua. Telepon orang tua. Karena tanpa doa-doa dari mereka, saya tidak mungkin bisa seperti ini.

Harapan Anda selanjutnya setelah mendapat prestasi yang baik ini?

Harapannya tentu membuat diri saya lebih baik, tidak membuat pribadi yang sombong, karena masih banyak orang yang jauh lebih baik dari saya. Tetapi yang paling saya hargai di sini adalah proses, saya sadar betul untuk menjadi orang hebat, tidak mungkin hanya bisa dicapai dengan duduk saja. Untuk mahasiswa-mahasiswa yang lain, ayo mencoba karena kesempatan berprestasi terbuka bagi siapa pun. Kuliah empat tahun itu waktu yang sangat panjang, jadi alangkah lebih baik kalau kita berprestasi.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ayo-Mencoba-Kesempatan-Berprestasi-Terbuka-bagi-Siapa-pun.jpg 801 645 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2018-04-30 10:11:092018-05-08 08:40:40Ayo Berani Mencoba, Kesempatan Berprestasi Terbuka bagi Siapa pun!

Yuk, Lihat Usaha Tren Masa Kini

27/04/2018/in Wawancara /by NewsUAD

Gaya hidup manusia sering berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman, atau biasa disebut dengan tren masa kini, terutama kaum muda kalangan mahasiswa dalam mengikuti perkembangan fesyen.

Febriyani Dyah Wulandari, mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memiliki usaha dalam bidang fesyen yang mendapat dana hibah dari Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Saat ditemui (13/4/18) di kampus 5 UAD, Febriyani memaparkan cara ia merintis usaha fesyennya hingga mendapat dana hibah tersebut.

Apa latar belakang membuka usaha fesyen?

Mahasiswa tidak mau ketinggalan zaman, mereka selalu ingin mengikuti gaya hidup atau tren masa kini. Mahasiswa terkadang seminggu atau sebulan sekali pasti membeli pakaian.

Apa motivasi membuka usaha fesyen?

Di lingkup UAD yang statusnya perguruan tinggi Muhammadiyah, saya ingin membantu dan memudahkan mahasiswi untuk berpakaian lebih syar’i, yakni dengan berjualan gamis. Terlebih mahasiswa di UAD jumlahnya banyak.

Sudah berapa lama berwirausaha dan berapa modal membuka usaha ini?

Sudah tujuh bulan ini, sejak September 2017 lalu. Modalnya, saya memakai uang sendiri, tapi orang tua kadang melengkapi. Misalnya harga 100 ribu kurang5 ribu, orang tua yang menambahkan.

Bagaimana cara merintis usaha?

Awalnya saya hanya dropship, kemudian karena banyak pesanan, saya menjadi reseller. Selain itu, untuk mengisi waktu luang, saya seminggu sekali juga berjualan di Ahad Morning.

Bagaimana membagi waktu antara kuliah dan usaha?

Kuliah seperti biasa, jika ada jadwal kuliah ya saya kuliah. Kalau ada yang pesan bisa online dan langsung. Selain jualan di online shop, saya juga jualan di Ahad Morning dekat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Jadi tidak mengganggu perkuliahan.

Dari mana bisa tahu informasi tentang program Kementerian Koperasi dan UMKM?

Informasi saya dapatkan dari dosen. Awalnya ada pengumuman tanggal 23 Februari 2018 di grup kelas. Ia mengatakan jika ada yang memiliki usaha atau yang akan merintis usaha, bisa menghubungi dosen tersebut. Kemudian saya menghubunginya, lalu ia meminta saya untuk mengisi formulir secara online.

Bagaimana proses mengikuti program tersebut?

Setelah mengisi formulir dan lolos tingkat universitas, mahasiswa yang terpilih diundang untuk menghadiri sosialisasi pemasyarakatan kewirausahaan, temanya “Gerakan Mahasiswa Pengusaha” di Hotel Sahid. Di sana saya diberi formulir yang berkaitan dengan syarat untuk mendapatkan dana hibah. Kemudian dalam tahap ini saya lolos, dan mengikuti diklat di Hotel Satoria selama tiga hari. Di sana saya diajarkan tentang pemasaran, strategi, membuat proposal, wawancara, dan lain-lain. Selanjutnya, saya diminta untuk membuat proposal kewirausahaan, dari awal produksi hingga menjadi barang jadi, dan alhamdulillah saya lolos dan mendapat dana hibah sebesar Rp13.000.000,00.

Rencananya, uang hibah tersebut digunakan untuk apa?

Setelah menjadi reseller, sekarang saya mau fokus mengembangkan usaha yang modalnya saya dapatkan dari Kementerian Koperasi dan UMKM. Uang tersebut saya gunakan untuk membuka toko kecil-kecilan di rumah. Untuk bahannya (kain), saya mau membeli kain sendiri. Untuk produksinya, saya bekerja sama dengan penjahit. Tapi sekarang masih dalam tahap survei tempat jual kain yang cocok.

Bagaimana pemasaran selama ini dan apa labelnya?

Saya jualan online lewat Instagram, OLX, dan Shopee. Promosi juga saya lakukan dengan membuat kartu nama dan brosur, kadang minta tolong teman untuk membuat story biar lebih dikenal orang. Label saya bernamanya “Febri Collection”.

Bagaimana dengan segmentasinya?

Segmentasinya sekarang baru Bantul-Jogja, insya allah nanti kalau sudah berkembang lagi mau buka untuk luar Jogja.(wpw)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Yuk-Lihat-Usaha-Tren-Masa-Kini.jpg 704 568 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2018-04-27 11:55:492018-04-27 11:55:49Yuk, Lihat Usaha Tren Masa Kini

Fesyen Memberi Peluang untuk Berwirausaha

19/04/2018/in Wawancara /by NewsUAD

Febriyani Dyah merupakan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang mendapatkan dana hibah dari Kementerian Koperasi dan UMKM dalam rangka gerakan mahasiswa pengusaha. Berikut hasil wawancara dengan Febriyani, saat ditemui Selasa (10/4/2018) di kampus 5 Jln. Ki Agung Pemanahan 19 Nitikan, Sorosutan, Yogyakarta.

Apa motivasi Anda ikut pembiayaan dari Kementerian Koperasi dan UMKM?

Sebenarnya, saya mencoba-coba daftar, dengan mengajukan proposal ke Biro Kemahasiswaan (Bimawa). Saya tahu informasi ini dari dosen PGSD, yang mengatakan bahwa ada pembiayaan bagi mahasiswa pengusaha. Ketika mendapatkan dana hibah dari Kementerian Koperasi dan UMKM, saya mulai berpikir, dana itu nantinya bisa saya pakai untuk menambah modal usaha di dunia fesyen.

Peluang dari Kementerian dan UMKM tersebut, membuat saya semakin serius dalam menekuni dunia fesyen. Saya juga mau membuktikan kalau mahasiswa PGSD bukan hanya bisa mengajar, tetapi juga bisa bewirausaha.

Mengapa memilih fesyen sebagai usaha?

Fesyen merupakan kebutuhan pokok bagi wanita dan pria, khususnya baju. Selain itu, perkembangan fesyen tiap tahunnya juga semakin meningkat di kancah dunia. Sehingga, ada peluang besar untuk merintis fesyen dalam berwirausaha.

Sudah berapa lama Anda menekuni dunia fesyen?

Sejak dulu, saya memperhatikan perkembangan fesyen dan gaya yang banyak diminati konsumen pada zaman tertentu. Akhirnya, pada Sepetember 2017, saya lebih fokus dan memulai berwirausaha sampai sekarang ini.

Apa fesyen yang Anda pilih? Alasannya?

Gamis, karena gamis sering kali dipakai oleh wanita dalam berkegiatan setiap hari. Gamis juga sangat digemari oleh kebanyakan kalangan wanita remaja, mahasiswa, dan ibu rumah tangga. Selain itu, kain gamis enak dipakai, ketika sudah di badan seperti tidak ada yang lengket. Modelnya yang simpel, bisa menjaga kepercayaan diri seseorang. Harga gamis terjangkau dan bahannya juga tidak murahan, bisa dipakai ketika acara formal maupun non-formal.

Bagaimana perkembangan usaha Anda sekarang?

Dalam berwirausaha, kadang laris dan tidak. Awalnya saya membuka lapak di dekat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan alhamdulillah ada banyak mahasiswa dari perguruan tinggi se-Yogyakarta yang berminat membeli gamis.

Lalu, kemarin sempat juga ikut bazar di UAD, salah satu rangkaian Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), meskipun di sana kurang peminatnya.

Pemasaran gamis ini, saya promosikan lewat media daring juga, seperti Instagram dan OLX. Dari media itu, saya bekerja sama dengan teman. Pertama kali saya memasarkan di OLX, ada orang dari Riau memesan sebanyak 30 gamis, tambah lagi pada bulan Maret sebanyak 20 gamis.

Setiap bulan, ada berapa baju yang terjual?

Untuk penjualannya tidak menentu. Kadang bisa terjual 20 atau lebih. Saya memasarkan gamis itu hanya satu minggu sekali, tidak setiap hari.

Apakah ada tips dari Anda untuk melancarkan usaha?

Ketika sudah mulai berwirausaha, kita harus serius menekuni dan menjalankan usaha tersebut, apa pun itu. Kalau orang kalangan bawah atau menengah mau berwirausaha tetapi tidak mempunyai modal, bisa juga menyisihkan uang saku atau uang jajan yang lebih. Sedikit demi sedikit, uang itu nantinya bisa menjadi modal awal untuk berwirausaha. Jangan lupa pula, ketika ada uang lebih dari hasil usaha, alangkah lebih baiknya kalau disedekahkan atau diberikan kepada orang yang membutuhkan.

Apa harapan Anda kepada Kementerian Koperasi dan UMKM dalam pembiayaan pengusaha pemula ke depannya?

Harapannya, semoga Kementerian Koperasi dan UMKM bisa lebih banyak memberikan peluang kepada mahasiswa yang baru mulai merintis usaha. Sehingga mereka bisa lebih bersemangat dan termotivasi untuk memajukan dunia usaha ke depannya nanti. (ASE)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Mahasiswa-PBI-UAD-Mendapatkan-Dana-Hibah.jpg 1280 1087 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2018-04-19 14:39:452018-04-19 14:39:45Fesyen Memberi Peluang untuk Berwirausaha

Dodol Unik Bikin Konsumen Tertarik

18/04/2018/in Wawancara /by NewsUAD

Dwi Setyaningsih yang akrab dipanggil Nining, merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan (PBI UAD). Ia berhasil mendapatkan dana hibah dari Kementerian Koperasi dan UMKM dalam rangka gerakan mahasiswa pengusaha. Nining memilih kuliner sebagai usaha yang dirintis sejak dulu. Jika ingin tahu asal-usul dan alasannya memilih dodol sebagai usaha, mari intip hasil wawancara dengan Nining saat ditemui pada Rabu (11/4/2018) di kampus 1 UAD Jln. Kapas No. 9, Semaki, Yogyakarta.

Kenapa kuliner dodol yang Anda pilih untuk membuka usaha?

Dodol merupakan kuliner khas dari Indonesia yang tidak bisa ditemui di negara lain. Meskipun ada, pasti cita rasanya sangat berbeda. Dodol sendiri kuliner yang sangat unik, apalagi produksi dodol, khususnya dodol kakao, di sekitar rumah saya melimpah bahkan dengan nilai jual yang sangat murah. Itulah yang membuat saya termotivasi memilih dodol untuk merintis usaha, tujuannya ingin membantu petani kakao dan pedagang dodol.

Kenapa milih dodol kakao? Apakah tidak ada jenis dodol lain yang bisa dijadikan bisnis?

Sebenarnya dodol kakao asli dari daerah saya, yaitu Gunungkidul, dan pembuat dodol kakao di sana sangat banyak. Sehingga, saya berpikir untuk memilih dodol kakao sebagai usaha awal. Tetapi sekarang, saya mulai berbisnis dodol jenis lainnya meskipun sedikit, seperti dodol kacang dan lain sebagainya.

Sudah sampai mana penjualan dodol Anda sekarang?

Pertama kali berjualan dodol kakao hanya di lingkungan kampus. Setelah mengikuti pelatihan dari Kementerian dan UMKM di salah satu hotel Yogyakarta, kami diajarkan cara menghadapi daya saing di dunia bisnis. Salah satu cara yang mudah ialah dengan mempromosikan usaha di media daring. Semenjak dari pelatihan itu, saya mulai menjual dodol kakao di media daring, dan alhamdulliah kemarin sempat ekspor juga ke luar negeri.

Sudah berapa lama Anda berbisnis dodol ini?

Sekitar satu tahunan, sejak kuliah di UAD dan sampai sekarang.

Selama satu bulan, berapa dodol yang terjual?

Dodol yang terjual selama satu bulan tidak menentu. Kalau per minggu, dodol bisa terjual 15 toples, tiap 4 toples isinya 500 gram tepung ketan.

Adakah trik khusus untuk menjalani usaha semacam ini?

Caranya sangat simpel. Dalam menjalani usaha dodol, kita harus bersungguh-sungguh dan harus mengikuti perkembangan zaman, baik dari segi pemasaran, produksi, dan kreativitas yang sangat dibutuhkan untuk menarik konsumen.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Mahasiswa-PBI-UAD-Mendapatkan-Dana-Hibah.jpeg 853 1280 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2018-04-18 10:50:152018-04-18 10:50:15Dodol Unik Bikin Konsumen Tertarik

Tahsin al-Qur’an: Salah Satu Jalan menuju Moral and Intellectual Integrity

05/02/2018/in Wawancara /by NewsUAD

H. Nur Kholis Arman Maimun, M.Ag., selaku Kepala Pusat AIK dan Layanan Sosial Keagamaan.

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mempunyai tagline Moral and Intellectual Integrity. Untuk mewujudkan itu terdapat berbagai cara, salah satunya adalah diselenggarakannya program tahsin membaca al-Qur’an. Program ini diwujudkan oleh Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI). Berikut hasil wawancara dengan H. Nur Kholis Arman Maimun, M.Ag., selaku Kepala Pusat AIK dan Layanan Sosial Keagamaan.

Kenapa mahasiswa perlu mengikuti program tahsin?

Program mengaji atau tahsin Qur’an merupakan sasaran mutu UAD. Sasaran ini harus diimplementasikan tentunya. Melalui program tahsin, LPSI berharap agar semua lulusan fasih membaca al-Qur’an. Mereka (mahasiswa) sebenarnya butuh, kami saja yang sering merasa tidak butuh, makannya kami sosialisasikan kegiatan ini. Dulu memang agak berat, tapi sekarang sudah seperti menjadi budaya. Kalau belum ikut tahsin, mereka akan merasa gelisah. Hal tersebut karena ada beberapa jaring pengaman, yakni dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan ujian pendadaran. Salah satu syarat mengikuti KKN dan ujian pendadaran mendapat nilai minimal B. Kami tidak mengeluarkan sertifikat jika belum mencapai nilai B. Tentu kami tidak hanya menguji mereka, tapi juga menyediakan layanan pembinaan. Metode pembinaan ini sudah direvisi beberapa kali agar tidak menyita dan mengganggu kuliah mahasiswa.

Bagaimana cara mengikuti pembinaan tahsin al-Qur’an?

Apabila mahasiswa ingin mengikuti, bisa melihat di portal LPSI. Sekarang sudah dibuka pendaftaran, mahasiswa hanya tinggal memilih jadwal sesuai keinginan sendiri. Target kami adalah 14 kali pertemuan, mahasiswa sudah bisa tes dan lulus dengan nilai baik. Tapi pertemuan ini disesuaikan dengan kemampuan masing-masing mahasiswa selama pembinaan.

Berapa jumlah ustadz dan ustadzah yang mengampu?

Ada 38 orang. Kegiatan ini sekarang dipusatkan Islamic Center, karena dulu ketika di masjid masing-masing kampus, sangat berjubel sehingga mengganggu aktivitas ibadah shalat Dhuha dosen dan karyawan. Sekarang sudah jarang, karena mahasiswa yang bisa mengaji sudah banyak.

Apakah harus ikut pembinaan agar bisa tes mengaji?

Apabila nilai mata kuliah sertifikasi 1 di semester 2 mendapat minimal nilai B, bisa langsung ikut tes. Hal ini untuk memangkas antrean yang panjang. Tapi, jika tes belum lulus selama tiga kali, mahasiswa harus tetap mengikuti pembinaan.

 

 

Apakah ini bagian dari tagline UAD atau Catur Darma Muhammadiyah?

Tentunya, karena ini dimasukkan di sasaran mutu untuk mewujudkan moral and intellectual integrity. Moralnya di membaca al-Qur’an, al-Islam, dan Kemuhammadiyahan (AIK) yang bisa diukur. Sulit mengukur kualitas, maka kami mengukur melalui kuantitas dengan sertifikat yang nyata. Harapannya memang kualitas, tapi secara ukuran kami memakai kuantitas. Kompetensi ini disertakan dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).

Sudah berjalan berapa tahun program ini?

Kalau mengawalinya sekitar 8 tahun. Dulu unsur memaksanya cukup kuat, tapi kemarin ketika KKN, ramai-ramai mahasiswa mendaftar.

Bagaimana perkembangan program ini?

Antusiasnya alhamdulillah, kami membuat target setiap tahun yang mendapat nilai A naik 5%, dan selama tiga tahun belakang, kami mencapai target itu. Artinya perkembangannya semakin bagus.

Selain mahasiswa, apakah karyawan dan dosen juga bisa ikut? Kenapa?

Ya, bisa. Selain di Islamic Center, kami juga menyiapkan di masing-masing unit. Ustadz mendatangi langsung ke unit sesuai jadwal. Unit itu bisa di fakultas atau lembaga-lembaga. Kami ada 12 ustadz untuk dosen dan karyawan. Program ini berguna untuk kenaikan jabatan karyawan karena ada kriteria harus bisa mengaji yang dibuktikan dengan sertifikat. Tapi ada kendala untuk dosen karena kenaikan jabatan melalui Kopertis bukan melalui kami, jadi belum ada jaring pengamannya. Alasan inilah yang membuat tidak banyak dosen ikut program ini. Kami masih belum tahu untuk memotivasi dosen, tapi kami tetap berusaha dengan terus mengirim ustadz.

Harapan dari program ini ke depan?

Harapan kami, tidak ada lagi mahasiswa, dosen, maupun karyawan yang pernah mengenyam pendidikan di UAD tetapi tidak bisa membaca al-Qur’an. Bagi kami sumber ajaran agama berada dalam al-Qur’an. Kalau baca saja tidak bisa, apalagi mau menggalinya. Setidaknya bisa membaca terlebih dulu, soal tahap selanjutnya diserahkan kepada masing-masing. Setelah lulus, mereka bisa membaca al-Qur’an, karena belum tentu di luar ada program seperti ini. Jadi, mereka bisa mengajarkan kepada anak-anak agar tidak terjadi kembali “kecelakaan” seperti sekarang ini.

 

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Nur-kholis-UAD-wwancara.jpg 683 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2018-02-05 13:56:172018-02-05 13:56:17Tahsin al-Qur’an: Salah Satu Jalan menuju Moral and Intellectual Integrity
Page 1 of 3123

TERKINI

  • Isu Lingkungan, Keadilan Gender, dan Peran Mahasiswa dalam Advokasi Ekologis05/07/2025
  • Mahasiswa KKN UAD Ajak Warga Kasihan Bantul Tingkatkan Kesadaran Pemilahan Sampah05/07/2025
  • BEM FH UAD Adakan Pelatihan Public Speaking05/07/2025
  • Gagas UMKM Mandiri, KKN UAD Gelar Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci Piring05/07/2025
  • UAD Selenggarakan Workshop Literasi Budaya Batik Indonesia melalui Teknologi AI di Korea Selatan05/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Bronze Medal dan Best Poster di Kompetisi Nasional Business Plan05/07/2025
  • Mahasiswa Gizi UAD Raih Juara I Lomba Poster Contest 2025 Tingkat Nasional05/07/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II dan The Golden Quill di National Creathink Festival 202505/07/2025
  • I-WASLABOT: Inovasi Mahasiswa UAD Raih Juara di PIKIR 202504/07/2025
  • Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD Raih Juara II dalam BE-FEST 202503/07/2025

FEATURE

  • Kepribadian dan Metode Pendidikan Nabi05/07/2025
  • Belajar ONMIPA dari Ahlinya04/07/2025
  • Kunci Mendapatkan Kebahagiaan Hidup04/07/2025
  • Memperteguh Jati Diri Mahasiswa03/07/2025
  • Strategi Advokasi dalam Melahirkan Solusi atas Permasalahan Hukum di Masyarakat03/07/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top