Qaem Aulassyahied, S.Th.I., M.Ag. dosen Program Studi Ilmu Hadis Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: istimewa)
Bekerja sama dengan Masjid Islamic Center (IC), Lembaga Pusat Studi Islam (LPSI) dan Pesantren Mahasiswa Ahmad Dahlan (Persada) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan salat Iduladha secara berjamah di lapangan sepak bola Kampus IV UAD pada Rabu, 28 Juni 2023, dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD. Adapun yang bertindak sebagai imam dan khatib dalam acara ini adalah Qaem Aulassyahied, S.Th.I., M.Ag. yang merupakan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus dosen Program Studi Ilmu Hadis.
Qaem Aulassyahied menuturkan, “Pujian kaum muslimin sekalian adalah satu-satunya hal yang pantas kita lakukan untuk memulai hari yang mulia ini.” Mengapa demikian? Karena ada ulama yang mengatakan:
أَعْيَادُ الْإِسْلَامِ تُبْدَءُ بِالتَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ لِأَنَّهُ عِيْدُ الطَّاعَةِ بَعْدَ الطَّاعَةِ لَيْسَتْ اِنْطِلَاقًا وَرَاءَ الشَّهَوَاتِ وَلَيْسَتْ سِبَاقًا إِلَى النَّزَاوَاتِ وَلَيْسَتْ إِنْتِهٰكَ لِلْمُحَرَّمَاتِ
Artinya: Perayaan-perayaan di dalam Islam haruslah dimulai dengan tahlil dan takbir, karena hari-hari besar Islam adalah hari ketaatan setelah ketaatan. Tidaklah ia dilaksanakan didasarkan atas hawa nafsu, tidaklah ia dijalankan karena keinginan-keinginan pribadi dan juga tidak diakhiri dengan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt.
“Maka kaum muslimin sekalian, sedari awal perlu kita insafi bersama bahwa Iduladha di dalamnya terdapat kurban. Namun, kurban bukanlah semata itu saja. Mengalirkan darah dari hewan-hewan yang kita sembelih bukanlah tujuan utamanya, tetapi ada dimensi spiritualitas yang harus kita hayati dengan keimanan dalam rangka ketaatan dan beribadah Allah Swt.,” jelas Qaem.
Allah sendiri telah menyatakan dengan tegas di dalam Al-Qur’an:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-Hajj: 37)
Ditegaskan juga oleh Syaikh Wahbah Zuhaili, “Bahwa ketika seseorang berkurban, maka kualitas kurbannya tidak ditentukan dari seberapa mahal binatang kurbannya tetapi ditentukan dari seberapa takwa ketika ia berkurban dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.”
“Maka sungguh kaum muslimin sekalian, tidak ada nilainya jika binatang yang disembelih, darahnya, dagingnya, maupun tulangnya kita iringi dengan sombong, berbangga-bangga diri dan harta di hadapan manusia,” terang Qaem.
Qaem pun menjelaskan, “Dimensi ketaatan dalam kurban dan Iduladha ini kaum muslimin sekalian juga bisa kita temukan dalam salah satu fungsi dari Iduladha itu sendiri yaitu sebagai pengingat momentum sejarah. Sejarah ketika ada seorang hamba di muka bumi ini yang telah berhasil membuktikan ketaatan dan ibadahnya di hadapan Allah Swt. sehingga Allah telah menetapkan hamba ini sebagai hamba yang berhasil dan patut untuk diteladani yaitu Nabi Ibrahim a.s.”
Allah swt. berfirman dengan tegas di dalam Al-Qur’an:
وَاتَّخَذَ اللّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً…
… dan sungguh Allah telah memilih, Allah telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kekasihnya (Q.S. An-Nisa: 125)
“Inilah salah satu bukti nyata bahwa Nabi Ibrahim adalah hamba yang berhasil, karena kaum muslim sekalian kita tahu bersama ketika seseorang telah menjadi kekasih Allah, maka tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak bisa ia dapatkan. Sebab Allah kekasihnya adalah Tuhan yang maha memiliki semuanya. Tidak ada hal yang dapat menyusahkan dirinya, karena Allah kekasihnya adalah Illah yang maha memberikan perlindungan. Bahkan sekiranya dunia seisinya memusuhi Nabi Ibrahim pun tidak akan pernah bisa memberikan kekecewaan kepada Nabi Ibrahim karena Allah kekasihnya adalah zat yang maha memberikan kebahagiaan dan itulah yang akan dan telah didapatkan Nabi Ibrahim sebagai kekasih Allah Swt. Di samping itu, Allah Swt. juga berfirman di dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim adalah nabi yang sukses di dunia dan akhirat,” imbuhnya.
Momentum Iduladha ini menjadi sebuah perenungan secara reflektif dengan bertanya kepada diri pribadi. Apa yang pernah dilakukan Nabi Ibrahim sehingga ia bisa menjadi hamba yang berhasil membuktikan ketaatannya di hadapan Allah Swt.? Menurut Khalid Muhammad Khalid salah satu ulama yang merumuskan dari kisah Nabi Ibrahim untuk menjadi hamba yang sukses dalam taat kepada Allah, itu ada dua hal. Pertama, Nabi Ibrahim adalah manusia yang berhasil melewati ujian kehidupan yang diberikan oleh Allah Swt. Padahal kaum muslimin sekalian, kehidupan yang paling berat di muka bumi ini adalah kehidupan para nabi. Kedua, untuk berhasil dari ujian tersebut maka Nabi Ibrahim punya modal yang paling penting yaitu modal keimanan dan akidah kepada Allah yang begitu murni.
Dari tafsir At-Thabari di dalamnya diceritakan ketika Nabi Ibrahim hendak dilempar ke dalam api oleh Namrud, malaikat Jibril datang untuk menawarkan pertolongan tetapi Nabi Ibrahim dengan tegas menolak pertolongan itu lalu mengatakan, “Aku hanya menggantungkan hidupku kepada zat yang menciptakan makhluk yaitu Allah Swt. bukan makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.” Oleh karena itu, menurut imam At-Thabari, yang menolong Nabi Ibrahim bukanlah malaikat Jibril tetapi yang menolong Nabi Ibrahim adalah Allah langsung dengan mengatakan, “Wahai api, jadilah dingin dan menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s.”
“Semoga Allah memampukan kita untuk meneladani teladan Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim, agar Allah menjadikan kita manusia-manusia yang mampu melewati ujian-ujian kehidupan. Agar Allah memberikan kita akidah dan iman yang murni yang bisa menyelamatkan kita dari api-api kemaksiatan dan agar Allah menjadikan keluarga-keluarga kita, calon keluarga adalah keluarga-keluarga muslim yang nanti Allah kumpulkan di surga,” tutup Qaem. (Zah)
uad.ac.id
Inovatif, Profesional, Dedikatif