Menjadi Fasilitator Keamanan Pangan, Cerita Adi Satria Tumbuh Bersama Sapa Kampus

Adi Satria , Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Kepala Balai POM, mentor pendamping, pelaku usaha, dan peserta SAPA KAMPUS saat evaluasi program (Foto. Dyah)
Adi Satria, mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Ahmad Dahlan (UAD), menjadi salah satu fasilitator keamanan pangan dalam program Sapa Kampus. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kemendikbudristek. Sapa Kampus bertujuan mencetak fasilitator keamanan pangan dari kalangan mahasiswa, sekaligus mendampingi pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) untuk memenuhi standar Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).
Program dimulai dengan pembekalan materi teknis yang dilaksanakan secara daring pada Februari hingga awal Maret 2025. Kegiatan ini dilanjutkan dengan Pelatihan Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) oleh BPOM pada pertengahan hingga akhir Maret 2025 sebagai bentuk penguatan kompetensi mahasiswa.
Adi mendapat penugasan di Waroenk Mas Fatih, UMK pangan olahan yang menjadi mitra pendampingannya dalam magang lapangan pada April hingga awal Juni 2025. Proses pendampingan ini mencakup asesmen kondisi UMK, fasilitasi penerapan 25 aspek dan 68 klausul CPPOB, hingga penerbitan Izin Penerapan CPPOB serta pengajuan Nomor Izin Edar (NIE). Sidang akhir pendampingan dilaksanakan pada akhir Juni 2025, sementara evaluasi program digelar pada Rabu, 6 Agustus 2025.
“Selama pendampingan, saya belajar menghadapi dinamika langsung di lapangan, mulai dari koordinasi jadwal, komunikasi dengan pelaku usaha, hingga membantu menyusun dokumen kelengkapan CPPOB. Tantangan seperti ini justru membuat saya tumbuh dan lebih siap menghadapi dunia kerja,” ujar Adi.
Ia juga menyampaikan bahwa pelaku usaha yang ia dampingi sangat terbuka dan antusias. “Waroenk Mas Fatih sangat kooperatif sehingga proses pendampingan berlangsung lancar dan menyenangkan,” ungkapnya.
Adi berharap program ini terus berjalan di masa mendatang agar semakin banyak pelaku UMK yang bisa naik kelas dan siap bersaing di pasar industri pangan yang kompetitif. “Saya berharap Waroenk Mas Fatih bisa terus menjaga standar keamanan pangannya. Semoga setelah mendapatkan IP CPPOB dan NIE, produknya semakin dikenal dan dipercaya konsumen,” tutupnya. (AS)