Tim PPM UAD Adakan Pembelajaran Kolaboratif Kesiapsiagaan Bencana Erupsi Gunung Merapi bagi Sekolah di Kawasan Risiko Bencana (KRB) Merapi, Sleman, DIY (Foto: Istimewa)
Penelitian seyogyanya tidak hanya berhenti pada pengembangan keilmuan dan publikasi saja, tetapi idealnya dapat dirasakan kemanfaatannya bagi masyarakat luas. Hilirisasi adalah proses mendekatkan hasil riset dan inovasi kepada pengguna, karena tidak semua masyarakat di akar rumput dapat mengakses jurnal terindeks maupun menerjemahkan hasil penelitian dan luaran secara fasih. Pusat Studi Mitigasi dan Penanggulangan Bencana (PSMPB) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebelumnya telah melakukan penelitian dan pengembangan Tas Siaga Bencana (TASINA) berbasis kearifan lokal Yogyakarta. Sejalan dengan hal tersebut, hilirisasi penelitian tengah dilakukan tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) UAD yang terdiri atas Fariz Setyawan, M.Pd. (ketua), Dholina Inang Pambudi, M.Pd. (anggota 1), dan Dr. Dody Hartanto, M.Pd. (anggota 2), kepada sekolah-kepala sekolah di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi, Sleman, DIY.
Tim PKM UAD telah memperoleh bantuan pendanaan dari Kemdikbudristek program penelitian kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan pengabdian kepada masyarakat berbasis hasil penelitian dan purwarupa PTS tahun anggaran 2021. Tim ini mengusung judul “Proyek Kemanusiaan Melalui Pembelajaran Kolaboratif Kesiapsiagaan Bencana Erupsi Gunung Merapi bagi Sekolah di Kawasan Risiko Bencana (KRB) Merapi”. Program tersebut juga dilatarbelakangi adanya peningkatan status Merapi dari waspada menjadi siaga level III sejak 5 November 2020.
“Tentu hal tersebut menjadi perhatian kita bersama, karena dalam Q.S. Al-Maidah: 32 juga disebutkan bahwa menyelamatkan satu nyawa, seakan-akan dia telah menyelamatkan nyawa semua manusia,” terang Dholina.
Keberhasilan dalam manajemen penanggulangan bencana sangat memerlukan kolaborasi dan sinergi pentahelix (unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, media). Sebagai wujud peran aktif akademisi kampus dalam kegiatan manajemen penanggulangan bencana tersebut, tim PKM UAD melakukan berbagai kegiatan seperti koordinasi dan sosialisasi kepada mitra (sekolah di KRB Merapi), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Sleman, dan pihak desa setempat.
Pembekalan juga dilakukan kepada lima puluh mahasiswa UAD yang nantinya akan dilibatkan dalam kegiatan PKM ini. Selepas koordinasi dan pembekalan dilakukan pelatihan selama tiga hari (20, 21, 23 Desember 2021) di Hotel Easparc bagi sekolah di KRB Merapi, Sleman, DIY. Pelatihan tersebut dibagi sesuai jenjang SD, SMP, SMA, dan diikuti sebanyak enam puluh orang yang terdiri atas kepala sekolah, guru, dan karyawan, serta tim siaga sekolah. Materi yang diberikan dalam pelatihan meliputi fikih kebencanaan, kesiapsiagaan bencana bagi sekolah di KRB Merapi pada masa pandemi Covid-19, serta simulasi sederhana erupsi gunung api.
Salah satu peserta pelatihan mengungkapkan, “Saya senang dapat mengikuti pelatihan ini karena mendapat banyak ilmu baru. Selain itu ada materi yang jarang didapatkan yaitu terkait fikih kebencanaan di mana memandang bencana bukan sebagai azab, tetapi sebagai ujian sekaligus wujud kasih sayang Allah kepada hamba-Nya,” terang Rr Afit, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Pakem.
Selain pelatihan kepada guru, tim dosen pengusung PKM dan mahasiswa UAD melakukan pembelajaran kolaboratif kesiapsiagaan bencana melalui bantuan Alat Peraga Edukatif (APE) Erupsi Gunung Api dan TASINA kepada siswa-siswi SMA Muhammadiyah Pakem, Sleman, DIY, pada 23 Desember 2021.
“Melalui pembelajaran kolaboratif kesiapsiagaan bencana menggunakan APE dan TASINA, kami mendapat pengalaman dan ilmu baru agar lebih siap siaga lagi,” terang Fitri, siswi SMA Muhammadiyah Pakem.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan PKM dilakukan penyerahan aset sebanyak 75 pak tas TASINA beserta isinya, dan lima APE Erupsi Gunung Api kepada sekolah mitra di KRB Merapi untuk digunakan sesuai fungsinya, guna mendukung pembelajaran kolaboratif kesiapsiagaan bencana di sekolah. Pendidikan dan penyadaran tidak akan dapat menghentikan terjadinya bencana, tetapi pendidikan dan penyadaran akan dapat membantu mengurangi risiko bencana. (dho)