Desty: Tertarik dengan Tanaman dan Gemar Menulis
Perjalanan menemukan ketertarikan terhadap tanaman, sudah dilalui Desty Restia Rahmawati sejak kecil. Berawal dari buku tanaman dan hidroponik milik sang ayah, Desty pun mengawali pergulatannya dengan tanaman. Sejak Sekolah Dasar, ia memang suka menulis. Hal itu berlanjut sampai ke jenjang pendidikan berikutnya. Karya Tulis Ilmiah Remaja (KIR) dipilih oleh Desty sebagai wadah untuk menampung kesukaannya terhadap tanaman dan tulis-menulis.
Kegemarannya dalam menulis karya tulis ilmiah berlanjut hingga bangku kuliah. Kecintaan terhadap tanaman pun turut berkembang, yakni tanaman yang berhubungan dengan kesehatan. Bagi mahasiswi Program Studi Farmasi angkatan 2016 ini, di mana saja kita berada dan apa saja bidang kita, sebenarnya tidak akan terlepas dari kata menulis. Apa lagi sarjana, yang lulusnya memakai skripsi. Apa saja bidang yang disukai, pasti tetap harus memiliki literasi. Alasannya memilih jurusan Farmasi tentu saja juga beralasan. Farmasi dekat dengan kesehatan, yang artinya semakin mendekatkan perempuan berkacamata ini dengan bidang yang ia sukai.
Menulis merupakan salah satu penyaluran ilmu. Ada suatu kemampuan yang harus diasah yakni menulis secara sistematis, runtut, dan enak dibaca, serta dipahami oleh orang lain. Ia berprinsip, jika ilmu tidak disalurkan melalui tulisan maka perlahan akan mulai hilang.
Kesukaannya pada tanaman dan kesehatan, membuat Desty meraih juara 2 lomba esai nasional dengan mengangkat judul “Solid Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System Isolat Flavonoid Herba Benalu Teh (Scurrula atropurpurea) Tertarget Reseptor Folat Sel Kanker Payudara”, sebuah tanaman benalu teh yang menggunakan teknologi formulasi farmasi untuk pengembangan obat yang tertarget pada sel kanker payudara.
Tentu keikutsertaannya dalam konferensi nasional di Unversitas Sebelas Maret, Solo, itu tak mudah. Bersaing dengan kurang lebih 70 peserta, memakan waktu sejak Juni, serta mengalami beberapa revisi. Untungnya, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Desty lolos dalam lima besar dan selanjutnya masuk tiga besar dalam final. Hambatan tertelak pada mekanik dan gagasan. Butuh alokasi sendiri karena masih ada praktikum dan kuliah. Selain itu, banyak ujian karena sedang akhir semester.
Terkait hambatan menyusun gagasan, harus membuka buku lagi karena untuk pengobatan seperti ini memang tidak secara spesifik dijelaskan dalam matakuliah. Ia berinovasi sendiri dan menghubungkan antara matakuliah satu dengan yang lain sehingga terbentuk suatu gagasan.
“Menulis esai sebenarnya mudah. Penulis hanya perlu berinovasi dalam beberapa bagian saja. Misal bagian A atau B saja. Perlu diingat, Karya Tulis Ilmiah (KTI) tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita. Ketika kerja saja kita pasti membuat laporan, laporan pertanggungjawaban, dan proposal. Salah satu penyampaian ilmu yaitu lewat menulis. Menulislah bukan berarti kita ingin abadi, tapi supaya ilmu yang pernah kita pelajari dan dapatkan bisa dibaca orang lain juga,” pesannya pada 15-10-19 di Hall Kampus Utama UAD. (Dew)