• TERKINI
  • UAD BERDAMPAK
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Globalisasi, Hukum, dan Ketenagakerjaan

17/11/2022/in Feature /by Ard

Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.Li. dalam Konferensi Nasional V P3HKI di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Tsabita)

Globalisasi hanya akan tercipta sempurna di sebuah dunia yang mempunyai toleransi, kedamaian, dan bebas bencana alam. Sayangnya, ketiga poin tersebut tidak bisa kita temui di kehidupan saat ini. Dalam praktiknya, globalisasi memiliki beberapa pro dan kontra. Sisi baiknya, globalisasi memperluas akses barang dan jasa, membebaskan orang dari kemiskinan, meningkatkan kesadaran budaya, serta pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.

Meski begitu, poin kontra juga tidak kalah kuatnya. Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.Li. dari Universitas Sumatra Utara dalam sesi diskusi di Konferensi Nasional V Perkumpulan Pengajar dan Praktisi Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (P3HKI) pada Sabtu, 05-11-2022, menyampaikan tentang sisi kontra globalisasi dari perspektif hukum.

Pertama adalah pemerintah pusat mengurangi otonomi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan legislasi lokal, mereka juga kurang mampu untuk melindungi sumber daya negara serta tenaga kerja domestik. Selain itu, globalisasi juga membuat bertambahnya kejahatan lintas batas, hal tersebut sejalan pula dengan makin susahnya penegakan hukum.

Prof. Ningrum lalu melanjutkan penjelasan seputar pasar global sebagai hal yang kerap digembar-gemborkan di era globalisasi ini. Pasar global dapat diartikan sebagai sebuah pasar yang transaksi antara penjual dan pembelinya melingkupi cakupan dunia (dari satu negara ke negara lain). “Pasar global dan persaingan global berdampak pada ketenagakerjaan,” imbuh Prof. Ningrum.

Munculnya fenomena tersebut dilatarbelakangi karena negara yang memiliki sumber daya alam terbatas. Setidaknya ada 4 faktor terjadinya pemasaran global, yaitu perbaikan komunikasi dan transportasi, teknologi, perjanjian ekonomi regional, serta perkembangan ekonomi dunia. Untuk menghadapi pasar global, terdapat beberapa strategi yang bisa diterapkan. Di antaranya periksa alur proses, lalu, dapatkan peluang pasar, jangan lupa juga untuk membuat strategi jitu. Kemudian, rencanakan pemasaran secara efektif dan persiapkan biaya modal.

Terjadinya pandemi Covid-19 di dunia telah membawa banyak dampak, tanpa terkecuali untuk negara. Mereka harus berpikir ulang, beradaptasi, dan bertransformasi ke perubahan baru, baik secara paksa maupun sukarela. Termasuk juga kebijakan dalam hal ketenagakerjaan. (tsa)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Prof.-Dr.-Ningrum-Natasya-Sirait-S.H.-M.Li_.-dalam-Konferensi-Nasional-V-P3HKI-di-UAD-Foto-Tsabita.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-11-17 09:04:182022-11-17 09:04:18Globalisasi, Hukum, dan Ketenagakerjaan

MBKM sebagai Jalur Transformasi Pendidikan Tinggi

16/11/2022/in Feature /by Ard

Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. Kepala LLDikti Wilayah V DIY (Foto: Humas UAD)

Dua tahun belakangan, perubahan signifikan terjadi di berbagai aspek kehidupan karena pandemi Covid-19. Tanpa terkecuali dunia pendidikan yang juga turut merasakan dampaknya. Seiring dengan digitalisasi yang berjalan pesat, adaptasi dengan pola kebiasaan baru harus dilakukan. Hal tersebut kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi para insan yang bergelut di dunia pendidikan, mereka harus mampu berorientasi ke masa depan.

Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), di Indonesia saat ini terdapat kurang lebih 4.670 perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa mencapai lebih dari 8 juta. Meskipun begitu, pada Februari 2022 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka pengangguran dari jenjang sarjana masih menyentuh hampir 900 ribu orang.

Hal tersebut jelas menjadi sebuah kontradiksi dan menunjukkan bahwa masih rendahnya kualitas lulusan perguruan tinggi. Dalam kesempatan menjadi keynote speaker di acara pembukaan Konferensi Nasional V Perkumpulan Pengajar dan Praktisi Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (P3HKI) di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Jumat, 04-11-2022, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. selaku Kepala LLDikti Wilayah V DIY berbicara mewakili Kemendikbudristek RI tentang problematika ini.

Aris menggarisbawahi bahwa masih terdapat dua miss match yang menyebabkan angka pengangguran sarjana masih tinggi. Pertama adalah vertical miss match, yaitu kondisi di mana tingkat pendidikan tidak sesuai dengan tingkat pekerjaan. Kedua adalah horizontal miss match, yaitu latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan fungsi pekerjaan.

“Diperlukan adanya link and match untuk menyinergikan perguruan tinggi dengan industri sebagai penyedia pekerjaan,” jelas Aris.

Sebagai upaya menyikapi isu tersebut dan transformasi pendidikan tinggi, Kemendikbudristek menginisiasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di awal tahun 2020. Program ini memiliki sasaran utama meningkatkan kompetensi dan kualitas mahasiswa serta meningkatkan relevansi lulusan sarjana agar dapat menjadi tenaga kerja andal. “MBKM hadir menjadi mata rantai penghubung antara perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja,” terang Aris.

Di tengah upaya pembangunan kualitas pendidikan tinggi, perguruan tinggi harus mampu mendisrupsi diri dan menyiapkan mahasiswa sebagai pembelajar sepanjang hayat yang responsif dan adaptif terhadap perubahan zaman. Perguruan tinggi juga didorong untuk membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan passion. (tsa)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Prof.-drh.-Aris-Junaidi-Ph.D.-Kepala-LLDikti-Wilayah-V-DIY-Foto-Humas-UAD.jpg 1666 2500 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-11-16 08:26:402022-11-16 08:26:40MBKM sebagai Jalur Transformasi Pendidikan Tinggi

Menjadi Konten Kreator yang Berkualitas

10/11/2022/in Feature /by Ard

La Junta (kanan) pemateri Seminar Kawula Muda Berkarya oleh Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Didi)

Fillias La Junta, adalah seorang konten kreator dan sutradara konten dari Mindplace Studio. Iya, betul! Video Grand Theft Auto (GTA) San Andreas Real Life yang viral beberapa waktu lalu di berbagai platform digital, ternyata dibuat oleh unit produksi konten yang berasal dari Yogyakarta ini.

Pada Seminar Kawula Muda Berkarya dengan tema “To the Next Level Creator Space” yang diadakan oleh Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), pada Kamis, 3 November 2022 di Amphitarium A Kampus II UAD, La Junta hadir sebagai pemateri.

“Konten adalah sajian karya hasil dari kreativitas, sedangkan kreator ialah orang yang membuat karya tersebut. Satu hal yang perlu menjadi catatan, konten tidak hanya berupa video saja, ia bisa berupa tulisan, audio, dan lain sebagainya,” ucap La Junta.

Menurutnya, di era modern saat ini konten yang ada di internet bersifat industri kreatif. Artinya, seseorang bisa menghasilkan uang dan mendapatkan keuntungan dari membuat konten, jika mengarah ke cakupan yang lebih luas yakni dunia industri kreatif, maka bisa membuka lapangan pekerjaan yang menjanjikan. “Ada banyak contoh karya yang berkembang di industri kreatif ini, beberapa di antaranya berangkat dari tulisan, salah satunya ialah film Dear Nathan yang pada awalnya berupa tulisan dengan konsep cerita bersambung di Wattpad, lalu tulisan tersebut diangkat menjadi sebuah film.”

Berdasarkan pengalamannya, La Junta mengatakan bahwa tidak mudah untuk konsisten membuat konten dan bertahan di industri kreatif. Sebab, konten kreator selain harus melahirkan kreativitas secara berkala, ia juga dituntut untuk memiliki kesabaran dan kecermatan dalam menghadapi realitas pasar yang terjadi di internet.

“Pasar dan persaingan konten di internet kerap bersifat acak, karena bergantung pada penonton dan tren yang tengah terjadi. Dampak dari fenomena ini, jangan heran jika kemudian konten yang dibuat secara serius dan dikonsep sedemikian rupa bisa kalah menariknya dengan konten yang dibuat secara asal-asalan. Menyikapi pasar dan tren yang tengah terjadi, seorang konten kreator harus cermat dan pandai dalam melakukan riset, agar karya yang ia buat nanti sesuai dengan apa yang masyarakat ingin konsumsi. Karena apa saja yang konten kreator suka belum tentu disuka juga oleh orang lain,” beber La Junta.

Perkembangan internet membuat La Junta bersyukur, sebab saat ini ada banyak media sosial atau platform digital yang bisa digunakan untuk mengunggah sebuah konten, dan setiap media-media ini memiliki keunggulannya tersendiri. Internet membuat industri kreatif menjadi makin berkembang dan sangat mudah untuk dijangkau.

La Junta mengatakan, ketika kali pertama seseorang membuat konten dan mengunggahnya ke media sosial ataupun platform digital, pada umumnya ia akan mendapat respons yang tidak menyenangkan. Ini fenomena yang wajar dan penting untuk dirasakan oleh para konten kreator. Mengapa? Sebab dari sanalah keteguhan hatinya diuji, selain itu, fenomena tersebut bisa menjadi pemicu atau peringatan agar konten kreator bisa terus lebih baik dalam menghasilkan sebuah karya.

“Mungkin orang lain akan memberi komentar jelek pada konten pertamamu, bisa jadi komentar itu benar. Namun dari hal tersebut, jangan kemudian kamu berkecil hati, kalau sudah tahu konten yang kamu buat jelek maka buatlah lagi yang lebih bagus,” tutup La Junta. (did)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/La-Junta-kanan-pemateri-Seminar-Kawula-Muda-Berkarya-oleh-Prodi-Ilmu-Komunikasi-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Didi.jpg 1809 2500 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-11-10 11:06:572022-11-10 11:06:57Menjadi Konten Kreator yang Berkualitas

Ketentuan Islam terhadap Utang dan Pelunasan Utang

02/11/2022/in Feature /by Ard

Rahmadi Wibowo, Lc., M.A., M.Hum. (kiri) pemateri program tanya-jawab agama Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Didi)

“Berutang itu boleh, asal dengan niat untuk melunasinya di kemudian waktu. Sebab, utang merupakan suatu kewajiban yang harus dibayar, ini merupakan bentuk tanggung jawab kepada sesama manusia. Sampai kapan pun, utang tetaplah disebut utang, ia tidak akan gugur sampai terlunasi atau melalui kerelaan hati si pemberi utang.”

Kalimat itu diucapkan Rahmadi Wibowo, Lc., M.A., M.Hum., selaku Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Ia menjadi narasumber pada program tanya-jawab perihal agama yang tayang di kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD, Jumat 28 Oktober 2022.

Pada sesi perihal utang, Rahmadi mengutip Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 282 yang artinya, “Wahai orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu mencatatnya, dan hendaklah seorang di antara kalian menuliskannya dengan benar.”

“Maksud dari ayat ini ialah, dengan mencatat utang yang dikeluarkan atau dipinjam maka itu merupakan suatu bentuk jaminan bahkan menjadi bukti konkret. Dalam catatan tersebut terdapat ketentuan waktu pelunasan, ini penting untuk menghindari masalah yang bisa timbul di kemudian hari,” jelas Rahmadi.

Ia juga menegaskan bahwa seseorang yang berutang harus disertai dengan niat untuk melunasinya. Sebagaimana Rasulullah bersabda dalam Hadis Bukhari, “Siapa saja yang mengambil harta manusia (berutang) dengan niat melunasinya, Allah akan memudahkan orang tersebut untuk membayarnya.” Namun sebaliknya ungkap Rahmadi, jika berutang dengan maksud tidak melunasinya maka Allah akan murka dan memberi hukuman kepada yang dengan sadar melakukannya.

“Fenomena yang terjadi saat ini, orang yang ketika ditagih untuk membayar utangnya justru tidak senang terlebih lagi marah. Ini adalah perilaku yang tidak sesuai dengan syariah, jangan sampai ini kembali terjadi,” pesan Rahmadi.

Lalu bagaimana jika orang yang diutangi telah tidak diketahui keberadaannya? Rahmadi mengimbau orang yang berutang melakukan serangkaian usaha untuk menemukan orang tersebut (pemberi hutang). Semisal dengan melakukan usaha tetap saja tidak membuahkan hasil atau dalam kasus lain orang tersebut telah wafat, maka utang bisa dilunaskan kepada ahli warisnya. Misal orang yang memberi utang tidak memiliki ahli waris atau tidak ditemukan, langkah bijak lainnya ialah melakukan pelunasan utang dengan bersedekah.

“Namun ingat, sedekahnya pun harus kepada yang menyangkut kepentingan umat Islam, contohnya dengan bersedekah kepada masjid, lembaga amil zakat, dan lain sebagainya. Jangan sampai keliru dalam memberikan sedekah ini,” tutup Rahmadi. (did)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Rahmadi-Wibowo-Lc.-M.A.-M.Hum_.-kiri-pemateri-program-tanya-jawab-agama-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Didi.jpg 750 1334 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-11-02 10:25:402022-11-02 10:25:40Ketentuan Islam terhadap Utang dan Pelunasan Utang

Manusia Harus Cermat Menjalankan Peran sebagai Hamba Allah

02/11/2022/in Feature /by Ard

Akhmad Arif Rifan, S.H.I., M.S.I., khatib pada khotbah salat Jum’at di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Didi)

Akhmad Arif Rifan, S.H.I., M.S.I., pada khotbah salat Jum’at, 28 Oktober 2022, di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyampaikan beberapa hal penting. Dari kitab Riyad al-Shalihin yang disusun oleh Imam Abu Zakariya Muhyiddin An-Nawawi pada bagian pertama dan hadits yang kedua, yakni perihal ikhlas dan keharusan manusia menghadirkan niat di setiap perbuatan, perkataan, dan kondisi, di sana terdapat pembelajaran yang penting bagi seluruh umat manusia di muka bumi.

“Suatu ketika Rasulullah bersabda, akan tiba suatu masa pasukan yang hendak menyerang Kabah. Lalu ketika mereka telah sampai di suatu tanah lapang, Allah menakdirkan pasukan tersebut gugur dengan cara ditenggelamkan seluruhnya.”

Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UAD yang juga tergabung ke dalam Majelis Tabligh Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah itu menegaskan, agar selamat di dunia dan akhirat manusia haruslah cermat dalam berniat ataupun menjalankan perannya sebagai hamba Allah.

“Kemudian Rasulullah mendapat pertanyaan dari Aisyah, istrinya, bagaimana mereka ditenggelamkan seluruhnya? Sedangkan yang berada di pasukan tersebut tidak semuanya bermaksud untuk menyerang Kabah? Maka Rasulullah menjawab, mereka semua ditenggelamkan lalu ketika dibangkitkan di akhirat kelak, setiap dari mereka akan bertanggung jawab sesuai dengan niat mereka kala itu,” ucap Akhmad.

Akhmad mengingatkan bahwasanya terdapat pembelajaran berharga dari kisah tersebut, yakni mengenai urgensi manusia untuk memperhatikan niat di setiap perbuatan, perkataan, dan kondisi yang dihadapinya. Selama hidup di dunia mungkin seseorang bisa menutup-nutupi niatnya, penampilan fisik, perkataan, ataupun perbuatan, tetapi kelak di akhirat semua usaha tersebut sia-sia, sebab Allah maha mengetahui atas segalanya.

“Dari apa yang dikisahkan tentang nasib malang pasukan tadi, Rasulullah hendak memberi peringatan kepada kita semua, hambanya, agar tidak turut serta maupun mendukung perbuatan dosa. Sebab, dampak dari perbuatan buruk ini akan meluas sampai kepada seseorang yang sebenarnya tidak tahu-menahu perkara tersebut. Adalah benar di hari akhir semua pembalasan itu terjadi, tetapi musibah, hukuman, dan fitnah yang terjadi di dunia haruslah dihindari sedemikian mungkin,” pungkas Akhmad. (did)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Akhmad-Arif-Rifan-S.H.I.-M.S.I.-khatib-pada-khotbah-salat-Jumat-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Didi.jpg 750 1334 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-11-02 08:01:152022-11-02 08:01:15Manusia Harus Cermat Menjalankan Peran sebagai Hamba Allah

Kiat Menjaga Kesehatan Mental bagi Dosen dan Mahasiswa

29/10/2022/in Feature /by Ard

Dr. Dody Hartanto, M.Pd., pembicara pada bidik podcast Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Farida)

Bincang-Bincang Pendidikan (Bidik) Podcast Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengangkat topik kiat menjaga mental bagi dosen dan mahasiswa. Dipandu Prayudha, S.Pd., M.A. selaku pembawa acara dan moderator, podcast yang tayang di kanal YouTube Pendidikan Bahasa Inggris UAD pada Senin, 24 Oktober 2022 itu mengundang Dr. Dody Hartanto, M.Pd. sebagai pemateri. Ia juga merupakan Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UAD sekaligus dosen Program Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling UAD.

Dody menyampaikan, menurut survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan beberapa lembaga independen lain mengatakan bahwa tingkat bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri dari tahun ke tahun makin meningkat, bahkan di kalangan mahasiswa sekalipun. Hal yang perlu dilakukan bersama yaitu melakukan sosialisasi sejak awal mahasiswa masuk, salah satunya menyampaikan mengenai isu kesehatan mental. Kesehatan mental bukanlah sesuatu yang perlu didengung-dengungkan tetapi cukup menjaga diri dengan apa adanya, mampu berpikir, dan mengomunikasikan dengan orang lain.

“Cara menjaga kesehatan mental antarsesama mahasiswa tentunya yang perlu dilakukan dengan bercerita tentang kesehariannya. Sesuatu yang perlu kita cermati adalah jika ada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh teman kita tiba-tiba menghilang. Hal itu yang perlu kita waspadai. Hilangnya kebiasaan yang ada harusnya sudah mulai kita ketahui penyebabnya,” papar Dody.

Lebih lanjut ia menyampaikan, generasi milenial dan Z lebih lemah secara kesehatan mental dibanding generasi sebelumnya. Seperti pada buku yang ditulis oleh Rhenald Kasali berjudul Strawberry Generation yang menggambarkan wajah dari anak-anak zaman sekarang seperti buah stroberi apabila dilihat dari jauh terlihat merah, bagus, manis, tetapi ketika didekati tidak semulus merah yang dilihat dari jauh. Ternyata banyak bintik-bintik hitam dan tidak semanis yang dibayangkan ketika dimakan. Hal tersebut merupakan gambaran kecil kondisi kesehatan mental generasi milenial dan Z. Daya tahan kesehatan mental mereka dianggap lemah, beberapa faktor penyebabnya seperti pengaruh media sosial dan pola asuh orang tua.

Dody juga berpesan, “Untuk teman-teman dosen, saya pikir saat ini sudah saatnya kita menyadari bahwa mengajar bukan hanya semata-mata menanamkan nilai-nilai baik atau buruk dan juga menanamkan apa yang disebut sebagai pengetahuan. Lebih dari itu, dari sisi pedagogik berarti kita harus mampu untuk bisa menanamkan dan memberikan harapan. Jadi, semoga kita tetap konsisten, istikamah untuk bisa menjadi pembuka pintu harapan. Sementara untuk teman-teman mahasiswa, saya pikir yang perlu dipelajari adalah times perspektif bahwa orang yang akan sukses itu butuh perjalanan waktu. Sebaik-baik orang bagi saya adalah orang yang nantinya mampu memaknai ketika ia menjalani kesehariannya dengan berprinsip pada hal-hal yang baik. Jangan sampai kita kehilangan waktu dan harapan kita. Peliharalah harapan-harapan itu, apa pun yang dicita-citakan itu yang harus dijaga.” (frd)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dr.-Dody-Hartanto-M.Pd_.-pembicara-pada-bidik-podcast-Pendidikan-Bahasa-Inggris-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Farida.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-10-29 10:52:302022-10-29 10:53:42Kiat Menjaga Kesehatan Mental bagi Dosen dan Mahasiswa

Jangan Sembarangan Melakukan Self-diagnosis!

27/10/2022/in Feature /by Ard

dr. Alif Rasyid Humanindio, pemateri seminar yang diselenggarakan BEM FSBK Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Didi)

“Kita tidak boleh sembarang bicara dan harus pandai bersikap kepada seseorang yang mungkin sedang mengalami gangguan kejiwaan, karena itu merupakan hal yang sensitif. Tugas kita sebagai orang yang berada di sekitarnya harus bisa memahami kondisi tersebut.”

Ucap dr. Alif Rasyid Humanindio, pada Seminar Mahasiswa Tangguh dengan tema “Depresi Bukan untuk Diromantisasi Berdamai dengan Diri Sendiri” yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara itu berlangsung di Auditorium A Kampus II UAD pada Sabtu, 22 Oktober 2022. Alif merupakan tenaga medis kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Alumnus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu mengatakan, bahwasanya tidak boleh memandang remeh seseorang yang mengidap gangguan kejiwaan dan mental, karena hal tersebut merupakan masalah serius yang harus segera mendapat penanganan medis.

Terkait tema seminar, Alif berpendapat untuk seseorang berdamai dengan diri sendiri bukan pekerjaan yang mudah, bahkan untuk seorang dengan kejiwaan yang baik sekalipun akan cukup sulit. “Berdamai dengan diri sendiri artinya kita menerima segala apa yang ada di dalam diri, dan itu membutuhkan pendewasaan diri di dalam jangka waktu yang cukup lama.”

Apa yang dimaksud sehat secara mental, Alif menjelaskannya dengan berbagai klasifikasi tertentu. Di antaranya, seseorang yang mampu mengetahui potensi dan keadaan di dalam diri, mampu mengontrol stres, dan bisa produktif menjalani kehidupannya.

Depresi adalah salah satu bagian dari gangguan kejiwaan, tetapi banyak masyarakat Indonesia yang kerap menganggap depresi dan stres adalah suatu kesamaan. “Stres dan depresi adalah dua hal yang berbeda. Stres hal yang lumrah terjadi, ini merupakan bentuk respons dari jenuhnya seseorang terhadap rutinitas yang dihadapinya, bisa dikatakan stres adalah salah satu respons tubuh dalam melakukan penyesuaian diri. Sedangkan depresi ialah fase ketika seseorang tidak bisa mengendalikan stres. Depresi umumnya timbul karena seseorang telah kehilangan batas antara ekspektasi dan realitas yang terjadi di hidupnya.”

Selain perbedaan antara depresi dan stres, Alif juga menjelaskan perbedaan antara Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Menurutnya, ODMK belum sampai ke tahap gangguan jiwa, sedangkan ODGJ adalah seseorang yang telah sampai pada titik ia mengalami gangguan pada kejiwaannya. Tentu orang yang mengalami kedua hal ini harus mendapatkan terapi serta perhatian khusus dari ahli medis yang bisa dipertanggungjawabkan kapasitas keilmuannya.

Menyikapi fenomena gangguan kejiwaan, Alif mengutuk perilaku self-diagnosis yang saat ini kerap terjadi dan seolah menjadi tren di kalangan muda-mudi. Mengapa perilaku ini dilarang? Sebab umumnya self-diagnosis dilakukan dengan tanpa ilmu pengetahuan yang baik, diagnosis dilakukan hanya berdasarkan ekspresi emosional ataupun hanya ajang cari perhatian semata.

Pada akhir seminarnya, Alif mengingatkan agar perilaku self-diagnosis tidak dilakukan. “Saat ini orang merasa keren jika dirinya mengidap gangguan kejiwaan dan justru meromantisasinya, bahkan kerap melakukan self-diagnosis. Padahal, ini perilaku yang salah dan merugikan, seharusnya mereka segera melakukan terapi dan pengobatan kepada para ahli.” (did)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/dr.-Alif-Rasyid-Humanindio-pemateri-seminar-yang-diselenggarakan-BEM-FSBK-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Didi.jpg 801 1195 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-10-27 07:54:422022-10-27 07:54:42Jangan Sembarangan Melakukan Self-diagnosis!

Lima Penyebab Umat Islam Pecah dalam Urusan Islam dan Politik

01/10/2022/in Feature /by Ard

Pemaparan materi dari Dr. H. Immawan Wahyudi, M.H., dosen Fakultas Hukum, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam pengajian rutin Sabtu pagi yang diselenggarakan oleh (PRM) Nitikan (Gambar: Gufron)

“Pada dasarnya, semua partai politik di Indonesia menerapkan strategi politik identitas untuk memperoleh kemenangan dan orang yang berpolitik menunjukkan identitasnya masing-masing. Hal yang tidak dibenarkan adalah menggunakan kekuatan politik berupa tindak kekerasan terhadap suatu kelompok untuk menekan, meremehkan, apalagi membuat kelompok lain menjadi terpinggirkan.”

Kalimat tersebut disampaikan oleh Dr. H. Immawan Wahyudi, M.H., dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD) selaku pemateri dalam Pengajian Rutin Sabtu Pagi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Nitikan. Pengajian bertajuk “Islam dan Politik” ini berlangsung di Masjid Muthohhirin pada Sabtu, 17 September 2022.

Dalam hal ini, urusan politik dan Islam merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, sebab Islam bukanlah agama yang hanya mengatur persoalan ibadah individu saja melainkan mengajarkan segala urusan hidup. Salah satunya persoalan politik kenegaraan sebagai alat untuk mengontrol agar para penguasa tidak melakukan hal-hal yang merugikan rakyat, serta mencegah adanya kezaliman.

Ustaz Wahyudi menyampaikan tiga firman Allah Swt. yang menjelaskan tentang kekuasaan yaitu Surah Ali-Imran ayat 26, Ali-Imran ayat 189, serta Al-Baqarah ayat 282. Ia menerangkan bahwa isu politik dalam Al-Qur’an menjadi isu penting, dan ketiga ayat tersebut dinilai relevan dengan situasi politik di Indonesia saat ini yang sangat dikuasai oleh oligarki.

Menurutnya, implementasi berpolitik dengan Islam di Indonesia terdapat dialektika politik yang dimanfaatkan untuk memecah belah umat Islam. Misalnya dengan memakai terminologi asing yang salah secara konsep dan digunakan secara tidak benar. Di antaranya terorisme, radikalisme, intoleransi, dan politik identitas.

Ia memaparkan bahwa istilah-istilah tersebut digunakan sesuka hati tanpa berlogika dan tidak ada etika. Misalnya penggunaan istilah radikal yang memberikan stigma buruk kepada orang lain, yang justru masuk dalam perilaku intoleransi. “Radikalisme merupakan salah satu istilah untuk meneror umat Islam. Salah satunya yang pernah dialami oleh Prof. Dien Syamsudin dikategorikan tokoh radikal karena sikap kritisnya sebagai guru besar,” ujarnya.

Sedangkan dalam urusan intoleransi, kata Ustaz Wahyudi, sebenarnya istilah yang kurang tepat dengan kultur sosial Indonesia yang masyarakatnya ramah, suka bergotong-royong, dan saling membantu orang lain. “Beberapa perilaku umat Islam yang kurang baik menyebabkan umat Islam terus menerus dirundung stigma buruk, terutama pada hal toleransi, radikal, teroris, dan dalam politik identitas,” tandasnya,

Terakhir, ia menyampaikan lima hal penyebab umat Islam mudah diadu domba hingga sulit untuk bersatu kembali. Pertama, umat Islam sering tidak bisa menahan diri dalam perbedaan pendapat yang kemudian dilanjutkan dalam sikap “minna” dan “minhum”. Kedua, pandangan-pandangan yang secara kaku digunakan untuk mengklaim diri paling islami dan kelompok sesat jalan. Ketiga, tidak memahami situasi kondisi politik dan mudah diarahkan kepada suatu tujuan politik tertentu yang jelas-jelas bertentangan dengan aspirasi politik umat Islam. Keempat, adanya kecenderungan umat Islam untuk masuk “surga pragmatisme materialistic” untuk kepentingan duniawi. Kelima, lambatnya regenerasi ke pimpinan yang berimplikasi pada terhambatnya kemajuan sosial ekonomi dan sosial politik. (guf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Pemaparan-materi-dari-Dr.-H.-Immawan-Wahyudi-M.H.-dosen-Fakultas-Hukum-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dalam-pengajian-rutin-Sabtu-pagi-yang-diselenggarakan-oleh-PRM-Nitikan-Foto-Gufron.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-10-01 09:51:582022-10-01 09:51:58Lima Penyebab Umat Islam Pecah dalam Urusan Islam dan Politik

Menumbuhkan Pribadi Positif pada Anak Melalui Hypnoparenting

23/09/2022/in Feature /by Ard

Penulis: Utami Nawang Sari

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD)

Kelahiran buah hati merupakan momen yang dinantikan oleh para orang tua. Seiring dengan berjalannya waktu, anak-anak akan berkembang dan setiap orang tua pasti mengharapkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang positif. Meski demikian, realitas menghadapkan kita pada fakta bahwa banyak faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak sehingga prosesnya tidak optimal dan terkadang mengalami gangguan.

Pada tahun 2019, United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) mencatat bahwa sebanyak 11,7% anak mengalami gangguan perkembangan sesuai dengan segmentasi usianya. Hal serupa juga dipaparkan oleh Nurturing Care pada tahun 2015 bahwa 45% anak-anak Indonesia berisiko mengalami perkembangan yang buruk. Permasalahan ini dapat terjadi karena kurangnya peran aktif orang tua dalam mendukung tumbuh kembang anak.

Mengatasi tantangan tersebut, orang tua harus mulai menerapkan pola asuh berupa sikap dan perilaku baik agar menumbuhkan karakter yang juga positif pada anak. Dewasa ini, salah satu metode yang patut untuk diaplikasikan adalah hypnoparenting. Sebuah metode parenting yang menerapkan didikan dan pola asuh anak melalui metode hypnosis. Lebih jelasnya, anak diberikan sugesti lewat kalimat-kalimat bernilai positif yang mampu membuat mereka merasa percaya diri.

 

Program Hypnoparenting oleh mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

Dalam praktiknya, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memulai hypnoparenting pada anak. Pertama, kondisikan anak dalam keadaan mood yang positif sehingga mereka siap dan optimal melakukan hypnoparenting. Kedua, ciptakan suasana akrab antara orang tua dan anak sebelum memulai hypnosis untuk mempermudah proses. Ketiga, cari saat yang tepat untuk melakukan induksi atau afirmasi, biasanya ditandai dengan keadaan anak yang sudah mulai tenang, terbuka, dan akrab. Keempat, gunakan media sebagai alat bantu untuk menginduksi atau memberikan afirmasi, bisa dengan benda-benda di sekitar atau mainan yang disukai mereka.

Kelima, lakukan kontak fisik secara berkelanjutan antara orang tua dan anak sehingga anak dapat melihat dan merasakan sendiri saat mereka terbuka. Keenam, masukkan sugesti positif (afirmasi) pada anak sebagai puncak dari proses hypnoparenting. Sugesti ini diharapkan dapat tertanam pada pikiran bawah sadar anak. Terakhir, lakukan pengulangan secara konsisten untuk mendapatkan hasil yang efektif.

Seperti yang kita ketahui bahwa orang tua tak jarang dihadapkan dengan tingkah laku negatif anak, contohnya tantrum. Ketika anak mengalami kondisi tantrum, orang tua sering kali memukul atau mencubit anaknya agar berhenti menangis. Nyatanya, reaksi anak justru sebaliknya, mereka malah semakin histeris bahkan menjerit. Hal ini perlu disikapi dengan cara parenting yang tepat.

Hypnoparenting menawarkan solusi untuk membantu orang tua dalam mengasuh anak agar bersikap baik tanpa paksaan, ancaman, dan kekerasan. Metode ini merupakan jawaban cerdas bagi orang tua untuk memainkan peran secara aktif dan tidak menghambat dalam pola pengasuhan anak. (tsa/utm)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Program-Hypnoparenting-oleh-mahasiswa-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpeg 954 1599 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-09-23 08:30:522022-09-23 08:31:20Menumbuhkan Pribadi Positif pada Anak Melalui Hypnoparenting

Keutamaan Manusia Agar Menjaga Kebersihan Hati, Akal, dan Fisik

21/09/2022/in Feature /by Ard

H. Rahmadi Wibowo Suwarno Lc., M.A., M.Hum. (kiri) pemateri kajian rutin bakda magrib Masjid IC Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

“Justru yang paling substansi dalam diri manusia adalah hati atau jiwanya, yang berpengaruh pada perilaku seseorang. Pada hati manusia, Allah memberikan keterangan bahwa terdapat potensi baik dan buruk. Jika potensi ini diasah untuk menuju kepada-Nya, maka Allah menyebutnya manusia beruntung, begitu pun sebaliknya.”

Kalimat tersebut adalah pembuka dari H. Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A., M.Hum., Kepala Bidang Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat menyampaikan materi pada Kajian Rutin Bakda Maghrib yang diselenggarakan oleh Masjid Islamic Center (IC) UAD. Kajian ini mengusung tema “Ajaran Kesucian dalam Islam”, yang berlangsung secara daring pada Jumat, (16-09-2022).

Ustaz Rahmadi melanjutkan, hakikat potensi buruk dalam jiwa manusia adalah ketika dikotori dengan kejahatan atau hal-hal yang sudah dilarang dalam agama Islam. Berdasarkan surah As-Syams juz ke-30, dijelaskan pula bahwa menjaga kesucian jiwa menjadi hal terpenting. Sementara itu, dalam Al-Qur’an juga disebutkan tentang alasan menjaga hati agar selalu bersih yakni surah Asy-Syu’ara ayat 88–89 yang memberikan petunjuk bahwa hati manusia harus senantiasa bersih. Begitu pun dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Iimam Muslim, dijelaskan hati inilah yang akan memengaruhi jasad manusia. Bersih atau kotornya hati manusia akan berdampak pada perilakunya sehari-hari.

“Sebab, di hari akhir nanti yang akan menghadap Allah, itu adalah orang-orang yang memiliki hati yang bersih,” ujar Ustaz Rahmadi.

Lalu, terkait seperti apa kesucian hati itu, ia menyebutkan bahwa banyak sekali kitab tafsir menjelaskan tentang cara menjaga kesucian hati. Salah satunya dalam Ibnu Katsir ketika mengomentari ayat Asy-Syu’ara yang disebut dengan qalbun salim atau hati yang bersih. Pertama, terhindar dari kemusyrikan atau menduakan Allah.

“Ini adalah hal yang paling pokok dalam menjaga hati agar tetap bersih. Baik itu syirik dhohir dalam arti penyembahan secara langsung maupun kesyirikan dalam arti meyakini adanya kekuatan dan datangnya manfaat selain dari Allah Swt.,” jelasnya.

Kedua, terhindar dari sifat sombong. Menurutnya, kesombongan dengan merasa lebih dari yang lain dan bentuk kesombongan lainnya merupakan pupuk kotoran hati. Ketiga, syahwat atau keinginan-keinginan yang tidak dikendalikan, sehingga menjadi penghalang untuk mengetahui kebenaran.

Lebih lanjut, potensi selanjutnya yang dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada manusia adalah memiliki akal untuk berpikir. Selaras dengan kesucian hati, maka akal juga perlu bersihkan. “Para ulama ada yang menyebutkan kotoran dalam akal itu adalah kebodohan, seseorang yang tidak mau lagi belajar, tidak mau membaca, dan lainnya.”

Keutamaan menjaga kebersihan akal ini sesuai dengan ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah Swt. yaitu surah Al-Alaq sehingga akal harus difungsikan di antaranya membaca sebagai bentuk untuk membersihkan akal dari kotoran. Oleh karena ada dua jenis pendidikan yakni formal dan informal. “Dalam surah Al-Baqarah ayat 219, Allah menjelaskan dengan detail tentang mabuk dan berjudi adalah dosa besar yang lebih banyak kerugiannya dibandingkan manfaatnya. Kalau dihubungkan dengan akal, al-khamar ini akan merusak akal secara fisik termasuk juga fungsinya.”

Terakhir, selain memperhatikan kesucian batin, kesucian akal, Islam juga secara detail mengajarkan kesucian secara fisik yang biasa disebut dengan taharah atau bersuci. Ada dua hal yang wajib dalam menyucikan diri secara fisik yaitu bersih dari najis dan hadas. (guf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/H.-Rahmadi-Wibowo-Suwarno-Lc.-M.A.-M.Hum-Kepala-Bidang-Pendidikan-AIK-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-09-21 09:17:392022-09-21 09:17:39Keutamaan Manusia Agar Menjaga Kebersihan Hati, Akal, dan Fisik
Page 42 of 70«‹4041424344›»

TERKINI

  • Lentera Kehidupan, Rahmat bagi Semesta04/09/2025
  • Inovasi Berkelanjutan Biopori untuk Mengurangi Risiko Stunting04/09/2025
  • Inovasi Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik oleh Mahasiswa UAD di Dusun Karanganyar04/09/2025
  • Inisiasi Gerakan Keluarga Sehat dan Lingkungan Bersih04/09/2025
  • Inovasi KKN UAD: Tingkatkan Potensi Siswa SMA Muhammadiyah 3 Genteng Lewat Workshop Interaktif03/09/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan III Kompetisi Artikel Ilmiah Tingkat Nasional 202528/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan I di National Economic Business Competition 202527/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Penghargaan Karya Jurnalistik Terbaik Pers Mahasiswa 2025 dari AJI Indonesia25/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II Lomba Pengabdian Masyarakat Tingkat Nasional pada ASLAMA PTMA 202519/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II di Ajang AILEC 202519/08/2025

FEATURE

  • Potensi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh untuk Obat Antiinflamasi04/09/2025
  • Psikologi Komunitas Kelompok Rentan03/09/2025
  • Konsep Strategi Ilmiah dalam Pengelolaan Sampah DIY03/09/2025
  • Dinamika Implementasi Pembelajaran Mendalam di Indonesia02/09/2025
  • Pendidikan Adalah Kunci Mengubah Kehidupan02/09/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top