• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Mahasiswa UAD Menjadi Fasilitator di Akar Rumput

25/05/2019/in Feature /by NewsUAD

Mirja Sentani mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) semester enam, dikenal sebagai aktivis kampus. Ia mengikuti Lembaga Semi Otonom (LSO) Kreativitas Kita (Kreskit) yang bergerak di bidang jurnalistik, Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB), serta Forum Kreativitas Mahasiswa Bangka Tengah (Forkrevmah) yang merupakan organisasi daerah ekstra kampus.

Saat ini, mahasiswa asal Bangka Tengah itu sedang bekerja sebagai fasilitator di Sekolah Akar Rumput yang terletak di Dusun Pendes, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul. Mantan Pemimpin Umum Kreskit periode 2017/2018 tersebut mengaku mengajar di Sekolah Akar Rumput setelah mendapat tawaran dari temannya. Esensi pendidikan menurutnya ialah memanusiakan manusia, yang dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara.

“Sebelumnya saya tidak termovitasi sebagai fasilitator, namun tertarik dengan metode pembelajaran di sekolah merdeka. Saya tertarik sejak tahun 2018, saat Kreskit mengadakan bakti sosial di Sanggar Anak Alam (Salam). Kebetulan tahun 2019 teman saya menjadi fasilitator di Sekolah Akar Rumput. Sekolah ini juga mempunyai benang merah dengan Salam. Saat teman saya mengunggah kegiatan di sekolah merdeka, saya selalu mengikuti posting-annya. Kemudian, saya tertarik dengan sistem pembelajaran di sana. Suatu sistem pembelajaran yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Pembelajaran yang tidak menggunakan kurikulum dan tidak ada mata pelajaran, karena semua kegiatan termasuk pembelajaran,” jelas Mirja saat ditemui di Sekolah Akar Rumput pada Kamis (16-5-2019).

Ia menyampaikan, “Saya baru tiga bulan mengajar di Sekolah Akar Rumput. Saya merasa bodoh, karena ternyata banyak hal yang tidak saya dapatkan di ruang kuliah saat di kampus. Untungnya saya terbantu saat mengikuti LSO Kreskit tentang kepenulisan di organisasi. Khususnya dalam kepenulisan dan teater, keduanya sangat membantu saya. Kreativitas sangat dibutuhkan, bukan hanya teori a, b, dan z.”

“Ketika seseorang mendapatkan IPK empat, saya berani bertaruh bahwa orang tersebut belum tentu bisa menerapkan gaya belajar IPK-nya pada macam-macam kepala anak. Karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda, memiliki keunikan masing-masing. Misalnya kita yang menjalani pendidikan dari SD, SMP, dan SMA, maka kita dijejali semua mata pelajaran. Sebenarnya semua mata pelajaran tersebut belum tentu kita pahami. Seharusnya, kita juga tidak harus paham semua dengan bidang tersebut, karena setiap anak memiliki keahlian di bidang masing-masing. Berbeda dengan sekolah merdeka. Setiap anak kami latih dan dampingi, sampai mereka menemukan hal yang mereka bisa. Sebagai fasilitator, kami hanya mendampingi bukan menuntut mereka harus bisa ini dan itu,” pungkasnya. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Mahasiswa-UAD-Menjadi-Fasilitator-di-Akar-Rumput.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-25 17:11:372019-06-01 19:21:00Mahasiswa UAD Menjadi Fasilitator di Akar Rumput

Windarwan: Tanam Kebaikan sejak Hari Ini

25/05/2019/in Feature /by NewsUAD

Setelah melewati pekarangan warga yang banyak pohon pisang dan beberapa warung, akhirnya kami tiba di rumah Windarwan. Sempat cemas, karena rumah itu sepi, tidak sebanding dengan ramai halamannya yang dihiasi warna bunga. Ternyata perjalanan dua kilo meter yang kami tempuh harus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Windarwan sudah berada di kawasan mangrove. Untungnya, perjalanan kami sebelum sampai di lokasi mendapat tumpangan dari mobil Dinas Lingkungan Hidup. Hingga sampailah kami di kawasan mangrove.

Windarwan yang merupakan narasumber kami, menyambut kami dengan sepiring nasi lauk sayur kangkung dan kentang. Laki-laki bertopi itu mulai bercerita. Menurutnya, untuk berbuat kebaikan tidak perlu ditunda. Jika bisa dilakukan hari ini, tidak perlu menunggu hari esok.

“Prinsip itu yang saya tanamkan dalam menjaga lingkungan, khususnya mangrove di area pantai Baros. Selain untuk abrasi dan salinitas air laut, kawasan mangrove bermanfaat untuk kehidupan satwa. Satwa yang hidup di sana ada 500 spesies burung, kepiting bakau, kepompong, siput, dan ular. Pengelola sengaja tidak membunuh satwa dan membiarkannya tetap hidup karena dapat membantu petani, yaitu mengurangi populasi tikus dengan memakannya. Membantu ekosistem juga untuk perkembangan populasi burung pipit. Kabar gembira lain bagi petani yaitu dapat diet pestisida karena ada beberapa habitat satwa yang memakan hama padi.”

Masih menurut penuturannya, penanaman mangrove diketahui dari mahasiswa, mencari, dan mempelajari di internet. Setelah itu, pemuda di desa mencoba mengembangkan masukan-masukan dan ide dari berbagai instansi. Salah satunya dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Bantuan yang terpampang jelas dari pihak UAD yaitu papan peduli lingkungan yang dipajang di kawasan mangrove.

Pemuda pantai Baros yang memiliki hobi fotografer dan jalan-jalan ini menegaskan bahwa kawasan mangrove tujuannya untuk konservasi bukan untuk pariwisata belaka. Selain itu, mencoba menyadarkan pengunjung yang ingin belajar tentang alam sekitar. Terutama belajar seputar kawasan pantai Baros, bahaya-bahaya yang akan terjadi, cara menanggulanginya, dan fungsi kawasan mangrove. Lingkungan akan seimbang, jika budi daya mangrove terus dilestarikan. Selain itu juga menyaring beribu spesies sampah ulah tangan kotor dan menyaring air laut yang masih terkandung pasir besi.

Peran masyarakat luar bagi kawasan Baros sangat membantu menyelamatkan kawasan Baros. Ada yang menyumbang bibit pohon dan membuat sumur. Masyarakat yang hidup di kawasan Baros sadar, bahwa abrasi perlu diantisipasi. Maka sampai detik ini, warga setempat tetap berpegang teguh dengan prinsipnya yaitu tetap fokus menanam dan menjaga kawasan mangrove tanpa membukanya untuk kepentingan komersil pariwisata.

Win, panggilan akrabnya, selaku pengelola dari Keluarga Pemuda dan Pemudi Baros (KP2B), membuka pintu lebar-lebar bagi pengunjung yang ingin belajar seputar kawasan mangrove dan manfaatnya. Mereka antusias untuk membagi edukasi bagi pengunjung. Tidak hanya mengelola, tapi juga mengedukasi masyarakat dalam kawasan maupun luar pantai Baros. Mulai dari penanaman, pengenalan, perawatan, dan penyampaian manfaat dari kawasan mangrove.

Pencadangan taman pesisir merupakan peran dari mangrove sebagai hutan buatan, karena kalau dibilang hutan tidak sebanding. Zona memanjang yang luasnya hanya 6−7 hektar, belum bisa dikatakan sebagai hutan. Dana yang diberikan dari kegiatan penanaman dialokasikan pengelola untuk pembelian bibit. Sampah yang datang lebih banyak daripada yang dikelola, menggugah pemuda untuk terus mengantisipasi terjadinya penumpukan sampah dan bahaya lain yang akan datang dengan cara terus membudidayakan mangrove.

Kawasan ini juga dipantau oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Baru-baru ini DLH memberi donasi, yang dialokasikan untuk pagar kawasan mangrove. Di sekitar jembatan bambu yang sudah rapuh dimakan sinar matahari, terlihat kumpulan pohon mangrove yang terlindungi oleh pagar yang terbuat dari bambu dan jaring warna hitam. Jika surut atau kira-kira air laut sampai lutut, maka bisa ditanam dengan bibit mangrove yang baru. Guna meninjau lingkungan Baros, terkadang dari pihak DLH melihat perkembangan kawasan mangrove, mengamati banyaknya pohon yang mati dan hidup, kemudian melakukan perbaikan untuk ke depannya. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Windarwan-Tanam-Kebaikan-sejak-Hari-Ini.jpg 614 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-25 08:24:152019-05-28 21:30:46Windarwan: Tanam Kebaikan sejak Hari Ini

Terselip Doa Ibu dalam Kemenangan Farah

24/05/2019/in Feature /by NewsUAD

Farah Muthia Saputri, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) angkatan 2017 ini bercita-cita menjadi guru. Selain kuliah, dahulu ia merupakan aktivis kampus di bidang jurnalistik yaitu Lembaga Semi Otonom Kreativitas Kita (LSO Kreskit). Namun, kandas di tengah jalan karena alasan tertentu yang berhubungan dengan jarak.

Walaupun berhenti menjadi aktivis kampus, Farah saat ini tak hanya menjadi mahasiswa “kupu-kupu” yang pekerjaannya kuliah pulang saja. Berbagai lomba ia ikuti, dengan alasan mencoba menguji diri lewat tantangan. Walau katanya sering tak beruntung, ia tetap gencar mencoba dan mengikuti berbagi lomba. Selagi ada kesempatan, maka cobalah. Prinsip itu yang ia berlakukan dalam sebuah tantangan mengikuti perlombaan.

Perempuan yang hobi menulis puisi ini telah mengikuti lomba di luar kampus. Salah satunya Gelegar Kompekalis #1 dari Unit Kegiatan Mahasiswa Kepenulisan Universitas PGRI Yogyakarta (UPY). Acara tersebut diadakan dalam rangka memperingati Hari Buku Nasional.

Gelegar Kompekalis #1 pada 4 Mei 2019 lalu menyajikan tiga lomba. Ada lomba resensi buku nonfiksi yang merupakan lomba individu bagi mahasiswa se-DIY. Dua lomba lagi yaitu menghias kue dan speaking contest yang diadakan khusus untuk mahasiswa UPY.

“Saya sempat cemas karena tidak mengikuti technical meeting (TM) acara lomba. Namun, saya memburu informasi yang tertinggal melalui teman saya. Beruntung, saya masih bisa mengikuti lomba tersebut,” jelas Farah saat diwawancarai pada Kamis (9-5-2019).

Sistem lombanya, dimulai dengan dibagikan buku yang akan diresensi oleh panitia. Kemudian, peserta diminta untuk meresensi buku selama 90 menit. Ia meresensi buku Marketing Publik Relation yang berisi tentang penjualan.

Mahasiswi asal Cilacap ini mengaku hanya mengikuti prosedur dari panitia dan menerapkannya saat meresensi buku. Dibumbui dengan modal suka dan tertarik, Farah menyelesaikan resensi di perlombaan tersebut.

“Hal paling utama untuk meresensi buku adalah, tahu inti isi buku dan identitas buku. Untuk memahami itu, kita harus gemar membaca. Saya rasa, kebiasaan ini juga sangat berguna untuk calon guru seperti saya,” ucapnya.

Ia menambahkan, “Alhamdulillah saat pengumuman, saya mendapat juara II. Juara I dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan juara III dari UPY. Doa ibu, diselipkan Tuhan untuk saya. Saya dibekali restu oleh ibu yang membuat perjuangan saya menjadi mudah dan lancar. Walaupun hanya meminta restu dari grup WhatsApp keluarga, saya mengakui doa ibu nyata begitu kuat untuk anaknya,” pungkasnya. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/juara2resebsise-DIYFarah.jpg 774 1032 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-24 16:52:022019-05-28 21:24:01Terselip Doa Ibu dalam Kemenangan Farah

Menulis untuk Mengubah Indonesia

23/05/2019/in Feature /by NewsUAD

“Saya ingin mengubah Indonesia dengan tulisan.”

Begitulah kutipan Hannif Andy Al Anshori yang akrab disapa Hannif, seorang bloger, travel writer, dan kontributor NatGeo.

Ia mempunyai hobi menulis sejak masih kuliah di salah satu perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta. Menariknya, ia menulis cerita perjalanan atau story telling. Hampir seluruh kisah perjalanan ia tulis ke blog pribadinya. Alhasil, banyak orang yang membaca, sekaligus tulisan itu menjadi daya tarik tersendiri. Orang yang membaca bukan hanya dari kalangan pelajar maupun orang biasa, tetapi juga dosen, menteri, sampai orang asing. Dengan tulisan itu, ia kerap sekali diundang untuk mengekspos keragaman dan mempromosikan daerah-daerah.

“Saya pergi berwisata tidak bermodal uang, hanya bermodal menulis lalu diundang untuk mengajar. Makan tidur pun dikasih sama orang,” ungkapnya saat memberikan Workshop Penulisan Kisah Perjalanan atau story telling yang diselenggarakan berkat kolaborasi antara Program Studi Sastra Indonesia dengan Sastra Inggris, Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di kampus II UAD, Jln. Pramuka 42, Umbulharjo, Yogyakarta, Minggu (12-5-2019).

Banyak sekali pengalaman dan peristiwa yang ia temukan di tempat yang pernah disinggahi, salah satunya daerah Papua. Papua yang wilayahnya jauh dari peradaban, tidak ada listrik, jarang sekali ada transportasi, dan banyak sekali orang meninggal karena telat ditolong.

Selain itu, ia juga memberikan tips dan teknis menulis story telling. Pertama, sebelum menulis, perlu sekali untuk meriset tempat yang dituju, meriset bisa dengan bertanya kepada masyarakat dan tentunya harus membaca guna mengetahui keunikan, cerita, serta mitos dari tempat tersebut. Kedua, lakukan pengamatan di lingkungan, dengan menggunakan lima indra yang dalam tubuh seperti mata, telinga, hidung, kulit, serta lidah.

Setelah itu, mencari sudut pandang yang sekiranya menarik untuk diangkat. Sudut pandang akan menentukan gaya bercerita dan cara menyampaikan masalah itu. Selanjutnya, komposisi foto karena foto juga sangat berpengaruh untuk memberikan bayangan kepada pembaca ketika membaca cerita tersebut.

“Lalu tulislah judul, judul harus meringkas cerita. Pembukaan yang ada di paragraf pertama akan menjadi umpan untuk menarik pembaca, makanya buat semenarik mungkin. Paragraf pertama itu akan menjadi penentu apakah pembaca mau melanjutkan atau berhenti membaca. Kemudian isi, isi untuk memaparkan kronologis dan mengelompokkan yang masih berhubungan dengan sebab-akibat. Penutup bisa mengutip pernyataan tokoh, sehingga membuat pembaca bertanya-tanya,” paparnya. (ASE)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Menulis-untuk-Mengubah-Indonesia-2.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-23 16:31:322019-05-28 20:37:05Menulis untuk Mengubah Indonesia

Nohan Juara 1 Lomba Cipta Puisi Nasional

21/05/2019/in Feature, Prestasi /by NewsUAD

Gandrung Raja Santanu dipilih Nohan Dhanan Purwawijaya sebagai judul puisi yang diikutkan lomba bertema cinta. Tak disangka, dari lomba yang diadakan oleh @ikutlomba dan bertaraf nasional itu, puisi Nohan berhasil menjadi juara 1.

Lomba menarik ini diadakan secara online, penyelenggara berasal dari Purwokerto dan Jakarta. Pengiriman karya dibatasi dalam kurun waktu satu minggu. Karya dikirim melalui surel dengan format yang ditentukan panitia. Antusiasme terlihat dari banyaknya peserta, yakni berjumlah 300, yang kemudian diseleksi hingga 100 naskah, lalu tahap seleksi 30 besar. Peserta yang masuk 30 besar wajib mengirimkan video pembacaan puisi yang telah diunggah di YouTube untuk memilih juara favorit. Sebanyak 65% penilaian pada naskah puisi.

“Saya menyukai cerita wayang, maka yang saya tulis cerita wayang terutama dalam Mahabharata. Saya mengambil peristiwa cinta yang genting dan penting. Lomba puisi ini bertemakan cinta, dan saya teringat kisah cinta Raja Santanu yang amat getir. Posisi Raja Santanu selain menentukan nasib kerajaan Hastina juga menentukan nasib cintanya. Pembuatan puisi saya cukup sederhana, karena menceritakan ulang dan dituangkan dalam bahasa puisi. Hanya saja, sudut pandang dalam pembuatan puisi tersebut tertuju pada Ranja Santanu,” ungkap Nohan.

“Hampir tidak ada kendala dalam lomba tersebut karena aturan yang dibuat oleh panitia sudah cukup jelas. Hanya saja di awal, saya sempat bingung menentukan cerita apa yang dirasa penting dalam Mahabharata,” lanjutnya.

Noran sangat beruntung karena ada banyak dukungan yang diberikan kepadanya. Orang tua dan teman-teman sangat mengapresiasi selama hal itu positif. Sementara dukungan dari kampus, ia berharap akan semakin ditingkatkan. Apalagi untuk lomba bertema sastra. (JM)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Nohan-Juara-1-Lomba-Cipta-Puisi-Nasional.jpg 1280 960 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-21 13:58:122019-05-22 16:02:18Nohan Juara 1 Lomba Cipta Puisi Nasional

EO Kopma UAD Kenalkan Kerajinan Kayu Karya KP2B

20/05/2019/in Feature /by NewsUAD

 

Bagi kebanyakan orang, jika mendengar kata mangrove pasti yang terlintas hanyalah konservasi alam di sekitar pantai. Lebih luas dari itu, padahal banyak yang bisa diulik. Dusun Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul, menjadi salah satu wilayah yang dekat dengan konservasi mangrove. Sehari-hari, warga mengumpulkan sampah kayu yang hanyut hingga ke Pantai Baros dan wilayah konservasi mangrove. Sampah kayu yang dikumpulkan warga kemudian akan dijual ke pengumpul untuk diolah menjadi kerajinan kayu.

Andi Wibowo bersama dengan dua rekan lainnya adalah pengrajin sampah kayu yang tiga tahun terakhir ini fokus mengembangkan kerajinan dari sampah kayu pantai. Laki-laki yang mengenakan jaket hijau ini menuturkan bahwa awal mula kerajinan ini digagas oleh Josh, warga negara Jerman yang memberi ide mengelola sampah kayu pantai menjadi kerajinan. Tidak sembarang sampah kayu bisa digunakan untuk kerajinan. Kayu bamboo dan kayu telo menjadi salah satu jenis kayu yang tidak dapat diolah menjadi kerajinan.

“Kerajinan berbentuk bowl, cemara, dan wadah buah, yang sering diminati pembeli baik lokal maupun mancanegara,” tutur laki-laki berkulit sawo matang itu.

Harga kerajinan tersebut dipatok mulai harga 40 ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah, tergantung tingkat kesulitannya. Seperti kerajinan berbentuk ikan yang memerlukan ketelitian yang tinggi, sehingga harga yang dipatok hingga jutaan rupiah. Hasil kerajinan akan disetorkan ke CV yang menjadi mitra kerja sama.

Kendala yang dialami Andi beserta kedua rekannya berupa kebutuhan alat-alat pendukung, galeri kerajinan, pemasaran, serta modal untuk mengembangkan kerajinan sampah kayu. Oleh karena itu, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebagai salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang memiliki Unit Komunitas Mahasiswa (UKM) seperti Koperasi Mahasiswa (Kopma), berupaya untuk menjadi wadah yang tepat dalam membantu mengembangkan usaha kerajinan sampah kayu itu. Bantuan dikhususkan pada bidang pemasaran yakni dengan membawa hasil produk ke berbagai Event Organizing (EO) yang biasa diadakan setiap tahunnya. Hal ini bisa menjadi salah satu cara mudah untuk mengenalkan produk kerajinan ramah lingkungan karya anak bangsa, sehingga meningkatkan minat generasi muda dalam melakukan pemberdayaan sampah kayu pantai.

Kopma yang memiliki galeri di kampus 1 UAD dapat digunakan untuk menampung serta memasarkan hasil kerajinan kayu sampah pantai, mengingat Andi beserta kedua rekannya belum memiliki galeri tetap. Harapan Andi dan kedua rekannya yang tergabung dalam Kelompok Pemuda Pemudi Baros (KP2B) dapat memiliki CV dan galeri sendiri. (chk).

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/UAD-3.jpg 745 1303 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-20 14:12:122019-05-22 15:19:48EO Kopma UAD Kenalkan Kerajinan Kayu Karya KP2B

Merawat dan Mengantisipasi Konflik sejak Dini sebelum Terjadi

18/05/2019/in Feature /by NewsUAD

 

Lahirnya buku Merawat Perdamaian Metode Sistem Peringatan Dini Konflik karya Dr. Hadi Suyono, P.Si., M.Si., salah satu dosen Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sekaligus Kepala Kantor Universitas (KU) ini, menandakan pembaruan dalam kajian dan metode ilmiah pada bidang psikologi yang ada di Indonesia. Kajian dalam buku tersebut merupakan metode untuk mengantisipasi konflik sosial sebelum terjadi.

Menurut keterangan Hadi saat diwawancara di sela pembedahan bukunya, terbitnya buku ini diawali dari kegelisahan. Sebenarnya kegelisahannya itu terjadi saat melihat kondisi negara Indonesia yang rawan konflik.

Data konflik yang diperoleh sangat menarik, sebab datanya diambil sejak zaman Majapahit, Orde Lama, Orde Baru, Reformasi, hingga sekarang ini. Dari penelitian itu, dapat diketahui bahwa ternyata konflik selalu hadir terus. Bahkan sekarang, konflik semakin masif, baru, dan tidak terduga.

“Kajian pengelolaan konflik yang selama ini ada dalam penelitian literatur hanya mengait ilmu-ilmu sosiologi, dan kajian itu lebih banyak mengkaji terjadinya dan cara penanganannya sesudah konflik. Kalau dianalogikan, itu seperti pemadam kebakaran yang memadamkan api, kalau selesai di sini beralih ke tempat lain. Sehingga, sisi yang dilakukan tidak sampai ke arena preventif,” ucap Hadi Suyono.

Ia meneruskan, tanggung jawab setelah terbitnya buku ini, bisa menjadi langkah awal untuk bersosialisasi keilmuan yang akan ditebar ke seluruh perguruan tinggi Indonesia. Buku ini juga direncanakan akan disosialisasikan ke Program Studi Psikologi yang ada di Indonesia sekaligus mempromosikannya.

“Hari ini, buku saya diulas langsung oleh Muhammad Najib Azca, Ph.D. dan Dr. Zuly Qodir. Kritikan dari Pak Zuly Qodir menjelaskan kalau orang-orang psikologi sering diejek oleh teman-teman sosiologi karena kajiannya itu-itu dan biasa saja. Nah, dengan kritikan itu, sebenarnya kita harus membuktikan kalau sebenarnya bidang psikologi itu mempunyai kemanfaatan yang luar biasa dalam menangani kasus-kasus besar yang terjadi di Indonesia,” tambahnya, Sabtu (4-5-2019).

Sementara menurut Muhammad Najib Azca, buku ini menawarkan metode dan panduan penelitian yang dijabarkan dengan sangat jelas, rinci, dan detail dalam pemecahan konflik, untuk pendekatan psikologis sosial masyarakat. (ASE)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-18 15:57:002019-05-22 14:44:39Merawat dan Mengantisipasi Konflik sejak Dini sebelum Terjadi

Mahdy: Juara 2 Lomba Esai Nasional Olimpiade PPKn ke-6

16/05/2019/in Feature, Prestasi /by NewsUAD

Mahdy Muhana Aziz menjadi juara 2 lomba Esai Nasional Olimpiade PPKn ke-6 dengan tema “Aktualisasi dan Peranan Pancasila dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0” di Universitas Lampung 2019. Ia berhasil bersaing dengan 10 finalis lainnya.

Esai berjudul “Penguatan Konektivitas Nasional dalam Mendongkrak Daya Saing melalui Gerakan Pendeteksi (Pendekatan Teknologi Komunikasi)” terinspirasi dari teori tekno realis yang menerima perkembangan teknologi komunikasi tetapi tidak menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Karya tersebut mampu menegaskan nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, dan mengimplementasikannya dalam teknologi informasi serta komunikasi. Revolusi industri 4.0 memang berbasis big data, internet of things, tetapi nilai Pancasila tidak akan luntur oleh perkembangan zaman.

“Saya berpikir bahwa teknologi komunikasi sudah membawa nilai dan pengaruhnya di masyarakat. Saya membuat inovasi melalui Gerakan Pendeteksi yang kekuatannya terletak pada forum diskusi online. Gerakan ini menjembatani antara penguatan konektifitas nasional dan penggunaan teknologi komunikasi. Tujuannya yaitu untuk mengubah persepsi dalam masyarakat desa, sehingga ada daya tarik dalam pengembangan kompetensi, menambah pengetahuan, dan mempererat persaudaraan,” ujarnya.

Mahdy membutuhkan waktu cukup lama dalam menambah konsep yang berkaitan dengan esai, memperjelas fakta, menegaskan landasan yuridis, dan teori-teori yang berkaitan. Proses pembuatan power point banyak penambahan yang harus disempurnakan, seperti visualisasi dan logo kampus. Selama proses membuat esai dan lomba, ia dibimbing Syifa Siti Aulia, S.Pd., M.Pd.

“Awalnya hanya mencari ide untuk mengisi waktu luang, lalu menyusun esai ditambah inovasi yang menarik, membaca bahan-bahan yang berkaitan dengan ide saya, agar ada inspirasi baru untuk gambaran kasar aplikasinya. Saya tidak menyangka akan menang. Semoga ini menjadi awal untuk karya saya selanjutnya,” tutupnya. (JM)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Mahdy-Juara-2-Lomba-Esai-Nasional-Olimpiade-PPKn-ke-6.jpg 690 1224 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-05-16 14:39:372019-05-20 21:42:59Mahdy: Juara 2 Lomba Esai Nasional Olimpiade PPKn ke-6

Orientasi Mahasiswi Memaknai Make up , Memaknai Make up Mahasiswi di Kampus

29/04/2019/1 Comment/in Feature /by NewsUAD

Penggunaan make up kini bukan hanya sekadar untuk datang ke acara pesta atau acara formal saja. Banyak perempuan yang mulai sadar bahwa make up merupakan sarana penunjang kecantikan sehari-hari. Kesadaran semacam ini juga merambah di kalangan kampus, khususnya bagi mahasiswi.

Makna make up sendiri adalah seni merias wajah atau mengubah bentuk asli dengan bantuan alat dan bahan kosmetik dengan tujuan untuk memperindah atau menutupi kekurangan sehingga wajah terlihat ideal. Make up sebenarnya memiliki arti yang hampir sama dengan berdandan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dandan diartikan sebagai mengenakan pakaian dan hiasan serta alat-alat rias dengan tujuan memperbaiki atau menjadikan baik (rapi).

Apa sebenarnya makna penggunaan make up bagi mahasiswi, khususnya di lingkungan Universitas Ahmad Dahlan (UAD)?

Menurut Desiratri, mahasiswi Farmasi angkatan 2015, makna make up tidak semata-mata hanya untuk penunjang kecantikan saja. Tetapi dengan sudah semakin buruknya kondisi udara, make up adalah perlindungan. “Aku memandang make up karena untuk alasan kesehatan, karena pemanasan global, semakin ke sini dirasa semakin bertambah panas. Seperti kemarin contohnya, aku main ke pantai dan kulitnya jadi belang. Jadi aku lebih ke perawatannya dan perlindungannya,” tuturnya.

Berbeda dengan mahasiswi dari Farmasi ini, Ika Dwi Lestari dan Marwia Dama mahasiswi Manajemen 2015 memandang make up sebagai penunjang kecantikan. Ditemui bersama teman-temannya, mereka memiliki beberapa pandangan yang berbeda terkait makna penggunaan make up.

Menurut Emilia Rosa, makna penggunaan make up adalah sebagai salah satu cara agar muka lebih terlihat cerah. “Biar kelihatan nggak pucat aja, selain itu kalau nggak pakai make up kan muka terlihat kusam,” ungkapnya.

Sedangkan menurut Tika Sari makna penggunaan make up adalah mempercantik diri dan membuat menarik. “Untuk mempercantik diri dan menarik perhatian lawan jenis. Selain itu saya kebetulan dari jurusan kecantikan di SMA, jadi make up sebenarnya untuk mempercantik diri,” tuturnya.

Celsi Arigustina memiliki pandangan yang berbeda dari yang lain, ia menganggap make up sebagai seni merias wajah, “Buat nyelo aja, kalau lagi diem gitu, mengkreasikan diri, mukaku bisa jadi kanvas,” ungkapnya.

Sementara itu, ditemui di sela-sela kesibukannya, Dekan Psikologi UAD Dra. Elli Nur Hayati, MPH., Ph.D. memberikan tanggapan terkait makna penggunaan make up di kalangan mahasiswi. Menurutnya, pertama, make up atau standar kecantikan dibentuk oleh konstruksi sosial. Kedua, ada suatu institusi yang memiliki sistem yang dapat membangun standar kecantikan itu sendiri. Sistem ini cukup besar terutama dari sisi modal. Sehingga mereka mampu menyebarluaskan dan dapat diakses oleh banyak orang.

Terkait makna penggunaan make up di kalangan mahasiswi, ia beranggapan bahwa setiap orang bebas memaknai make up itu seperti apa. “Namanya juga memaknai, artinya itu subjektif. Tetapi pertanyaan selanjutnya, terkait cantik atau seni merias wajah itu, kenapa tidak berlaku bagi laki-laki?” ungkapnya saat ditemui di kantornya, 20 Februari 2019 lalu.

Ia melanjutkan bahwa hal itu merupakan suatu tindakan diskriminasi. Bahwa laki-laki tidak harus pandai merawat kulit dan sebagainya. Hal ini, menurutnya, tidak lepas dari sistem yang sudah dibentuk oleh industri kecantikan itu sendiri.

Dekan yang masih aktif mengajar ini juga menanggapi terkait pergeseran budaya penggunaan make up. Bahwa make up kini sudah menjadi gaya hidup yang mampu menunjang kecantikan, ini tidak lepas dari produk-produk yang disebarluaskan oleh industri kecantikan.

“Semakin ke sini semakin banyak anak muda yang tadinya beranggapan bahwa make up untuk merawat dan melindungi, akhirnya berganti. Sekarang anak umur 20 tahun saja sudah menggunakan make up, saya juga heran. Tetapi itu efek dari itu tadi, mana mau industri mendidik banyak orang? Industri kan maunya dapat duit dari konsumen. Biar orang membeli. Bukan karena butuh, tetapi karena ingin,” tuturnya.

Terakhir, ia berharap bahwa kecantikan tidak hanya difokuskan dari fisik saja. Tetapi para mahasiswi juga harus kritis bahwa kecantikan dari luar juga sangat perlu diimbangi dengan kecantikan dari dalam. “Saya selalu menekankan dalam kelas saya, bahwa cantik itu bukan hanya ditonjolkan dari fisik saja, tetapi juga perilaku. Perilaku atau attitude inilah yang mampu mencerminkan inner beauty, jadi bukan hanya cantik fisik saja yang ditonjolkan,” tutupnya. (eng)

 

 

 

 

 

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/2b..jpg 1024 768 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-29 09:03:002019-05-07 06:04:12Orientasi Mahasiswi Memaknai Make up , Memaknai Make up Mahasiswi di Kampus

Esensi Lomba Debat: Tidak Mudah Baper!

27/04/2019/in Feature /by NewsUAD

“Ada banyak manfaat ketika kita mengikuti lomba debat. Di antaranya menjadikan kita lebih berpikir kritis, sebagai sarana untuk menyampaikan pendapat, melatih kita untuk bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah disampaikan, dan melatih public speaking,” ujar Nila Wati, mahasiswa cantik yang merupakan pemenang debat bahasa Indonesia dalam acara Milad UAD ke-56 Amazing Orange.

Sebagai debater, kita harus menyiapkan dua opsi yaitu pro dan kontra. Inilah yang akan membuat pemikiran tidak stagnan, terbuka, dan fleksibel. Terkait materi, debater harus menyampaikan suaranya secara ilmiah, bukan hanya opini. Hal tersebut berhubungan dengan fakta dan bukti agar bisa dipertanggungjawabkan.

“Menurut saya, esensi mengikuti lomba debat bukan untuk menang atau kalah. Tapi, ketika kita gugup, malu-malu, tidak percaya diri, berbicara terbata-bata, atau membuat kesalahan lainnya, kemudian setelah itu kita bisa belajar banyak hal. Sampai akhirnya, kita bisa menjadi public speaker.”

Mahasiswi kelahiran Jambi itu menambahkan, “Seseorang harus mengikuti debat. Khususnya perempuan agar tidak mudah terbawa perasaan atau baper. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak mengandalkan perasaan, sedangkan laki-laki mengandalkan logika. Debat ini bisa menjadi sarana perempuan untuk tidak hanya mengandalkan perasaan, tetapi juga logika.”

Debat adalah arena untuk adu pendapat. Namun ketika menyanggah, harus dengan sopan. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Esensi-Lomba-Debat-Tidak-Mudah-Baper-2.jpg 960 1280 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-27 14:01:492019-05-03 19:02:10Esensi Lomba Debat: Tidak Mudah Baper!
Page 56 of 68«‹5455565758›»

TERKINI

  • Menjaga Iman di Era Digital16/07/2025
  • Kemampuan Art of Interpretation sebagai Fondasi dalam Profesi Advokat16/07/2025
  • BHP UAD Gelar Pelatihan Penulisan Artikel Populer di Media Massa16/07/2025
  • Mahasiswa UAD Buat Inovasi Mi Instan Sehat Berbahan Dasar Bekatul Padi15/07/2025
  • Tim Desang Lolos Pendanaan P2MW 2025 dengan Inovasi Diversifikasi Jantung Pisang15/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Sabet Juara di FiPEX 2025 Lewat Inovasi Smart Locker IoT15/07/2025
  • UKM Karate UAD Borong Medali di Ajang Nasional12/07/2025
  • Langkah Berani Arya Eka Putra: Dari Keraguan Menjadi Juara I Pilmapres LLDikti V10/07/2025
  • Irgiawan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD Raih Juara II Nasional di Ajang SILAT APIK-PTMA 202510/07/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Bronze Medal dan Best Poster di Kompetisi Nasional Business Plan05/07/2025

FEATURE

  • Al-Qur’an sebagai Pedoman dalam Kehidupan11/07/2025
  • Terapi Kesehatan Mental Menurut Al-Qur’an dan as-Sunnah10/07/2025
  • Teman Sebaya Bukan Cuma Pendengar: Look, Listen, Link10/07/2025
  • Apa Kabar Kesehatan Mental Mahasiswa?09/07/2025
  • Kepribadian dan Metode Pendidikan Nabi05/07/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top