• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Jatuh Cinta pada Dunia Kesehatan dan Membuahkan Prestasi

27/04/2019/in Feature, Prestasi /by NewsUAD

Pertama kali mendengar kata farmasi, pasti yang terlintas dalam pikiran kita adalah obat. Namun nyatanya, farmasi tidak hanya melulu tentang obat saja. Farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan langsung dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Farmasi juga berhubungan langsung dengan ilmu kimia yang mempelajari tentang seni peracikan, pembuatan, penyediaan, pencampuran, dan pendistribusian obat. Kosmetika dan makanan turut serta dalam lingkup ini.

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memiliki Program Studi Farmasi yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Dari sana muncul nama Desty Restia Rahmawati, mahasiswa angkatan 2016 yang mampu menjuarai berbagai perlombaan.

Berawal dari kecintaannya terhadap dunia kesehatan, Desty akhirnya memutuskan untuk memilih Farmasi UAD untuk melanggengkan cita-citanya. “Awalnya pasti daftar di PTN dulu, tetapi karena diterima di jurusan yang kurang sesuai, akhirnya saya memutuskan untuk ke Farmasi UAD. Sebelumnya saya sudah baca tentang Farmasi UAD itu seperti apa,” ungkapnya saat di temui pada 20 Februari 2019 lalu.

Bukan berarti dari tidak diterimanya di PTN membuat semangatnya menurun. Justru, Desty sudah meyakinkan diri, ia tidak mau menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja. Ia berkomitmen untuk memaksimalkan kesempatan yang ada.

Desty mengungkapkan bahwa awal mula kecintaannya terhadap bidang kesehatan tumbuh sejak SMP, khususnya melalui matapelajaran biologi. Kemudian semakin berkembang saat ia duduk di bangku SMA. Ia beranggapan jika bidang yang digelutinya ini tidak hanya menunjang untuk pekerjaan saja. Jauh dari itu, ia berharap bahwa ilmunya bisa diterapkan di lingkungan keluarga.

Dunia farmasi yang awal mulanya ia pikir harus pandai menghafal berbagai jenis obat, nyatanya menjadi sebaliknya. “Pada akhirnya di farmasi saya lebih tertarik ke bidang inovasi atau penemuan-penemuan di bidang obat. Ada biologi-nya, tetapi aplikasinya ke kesehatan. Jadi nggak ke ilmu dasar saja, tetapi bisa untuk bekal sehari-hari,” tuturnya.

Mahasiswi yang hobi membaca dan menulis ini juga menambahkan bahwa dunia tanaman menjadi salah satu faktor yang kuat menumbuhkan rasa cintanya terhadap dunia kesehatan. Hal ini juga yang menjadi latar belakang ia lebih sering mengkaji sesuatu yang berkaitan dengan tanaman yang nantinya bisa ia olah dan diaplikasikan ke dunia kesehatan.

“Karena ayah itu bergelut di bidang pertanian, dan saya cukup tertarik. Buku ayah di rumah sangat banyak. Buku-buku tentang herbal, tanaman hidroponik, dan tanaman yang menurut mata saya itu sangat cantik,” ungkap mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa Farmasi 2017−2018 ini.

Putri dari pasangan Joko Winarno dan Sari Iswanti tersebut juga sangat tertarik terhadap tanaman yang banyak orang menganggapnya tidak penting atau sering disepelekan. “Contohnya rumput. Ke rumput saja saya tertarik. Karena setelah diteliti, ada zat-zat aktif yang terkandung di dalamnya yang jika kita olah bisa dimanfaatkan di bidang kesehatan,” ungkapnya.

Dari kecintaannya terhadap dunia kesehatan, Desty mampu mengaplikasikannya di bidang akademik. Salah satunya ketika ia mampu meraih Juara I lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional “Chemistry in Festival” (Chemist) tahun 2018 yang diadakan di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia juga bergabung dalam Research Internship (Student Exchange Programme IPSF) dan mendapat penghargaan sebagai Research Internship of Student Exchange Programme of International Pharmaceutical Students’ Federation pada tahun 2019 tingkat internasional di Misr University for Science and Technology, Juara I Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) UAD, dan Juara I Mawapres Fakultas Farmasi UAD tahun 2018.

Saat ini, ia sedang mempersiapkan siapkan diri untuk mengikuti lomba di Kopertis untuk menjadi salah satu perwakilan dari UAD. “Saya berharap semoga bisa menjalankan amanah yang diberikan. Selain itu semoga bisa meraih juara satu,” tutupnya.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Jatuh-Cinta-pada-Dunia-Kesehatan-dan-Membuahkan-Prestasi-2.jpg 687 687 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-27 06:57:052019-05-01 06:58:58Jatuh Cinta pada Dunia Kesehatan dan Membuahkan Prestasi

Menjaring Ilmu Tak Hanya di Kelas

26/04/2019/in Feature /by NewsUAD

Bagi sebagian orang, mendapatkan ilmu hanya bisa diraih di dalam kelas. Namun, sebagian orang lainnya berpendapat bahwa ilmu juga bisa didapatkan lewat organisasi dan komunitas. Dua media itu tanpa sadar membuat kita memperoleh teman dan jaringan ilmu yang baru dan luas. Tentu saja, saat memilih bergabung, perlu mempertimbangkan manfaatnya.

Salah satu mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang bergabung dalam organisasi dan komunitas adalah Nila Wati, mahasiswi berprestasi dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) angkatan 2016. Selain pembelajaran di kelas, Nila aktif di dalam maupun luar kampus.

“Kalau organisasi di internal kampus saya mengikuti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) PBII sebagai Ketua Riset Pengembangan dan Keilmuan (RPK) sejak tahun 2018. Pada tahun 2016 sampai tahun 2018, mengikuti Debate Community (Deco) di PBI berperan sebagai debater. Saya juga mengikuti Peer Assisted Learning Program (PALP) sebagai mentor yang membimbing adik-adik untuk belajar bahasa Inggris,” kata best presenter dalam AYF di Kyoto, Japan tahun 2018 itu.

“Kalau di luar, saya mengikuti Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI). Sementara komunitas, saya juga mengikuti internal dan eksternal. Kalau internal saya mengikuti Dahlan Muda Juara yang merupakan komunitas internal tapi juga independen, kebetulan saya sebagai founder-nya. Kalau dari luar ada Pena Milenial, termasuk ke komunitas nasional karena diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta,” jelas Nila saat ditemui pada hari Sabtu (20-4-2019) usai Ujian Tengah Semester di UAD.

Pena Milenial lebih fokus pada bidang tulis-menulis. Teman-teman yang mempunyai ketertarikan dalam bidang kepenulisan banyak bergabung dalam komunitas ini. Tapi komunitas ini hanya berbasis online. Dalam Pena Milenial, Nila menjabat sebagai ketua. Terakhir, Nila mengikuti komunitas Ayo Belajar, yakni komunitas bertaraf nasional yang dilakukan secara online dan offline. Ia menjabat sebagai sekretaris.

Melalui organisasi dan komunitas, Nila mendapat teman dan jaringan ilmu yang lebih luas hingga mengantarkan alumnus SMA N 2 Tebo ini sampai ke luar negeri mewakili UAD. Selain menjadi best speaker dalam AYF di Kyoto, Japan tahun 2018 lalu, ia juga menjadi delegasi termuda SEATEACHER di Thailand pada tahun 2018. Selanjutnya, ia menjadi pembicara dalam Forum Mahasiswa di UTM, Malaysia. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Menjaring-Ilmu-Tak-Hanya-di-Kelas.jpg 960 1280 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-26 13:47:032019-05-03 18:54:57Menjaring Ilmu Tak Hanya di Kelas

Langkah Annisa Harapuspa

26/04/2019/in Feature, Prestasi /by NewsUAD

Sejak pertama menjadi mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD), keinginan Annisa Harapuspa belajar ke luar negeri benar-benar kuat. Memilih Program Studi Manajemen dan selama kuliah berpartisipasi aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Manajemen serta anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tari, akhirnya tahun 2016 ia diberangkatkan ke Guangxi University for Nationalities Tiongkok melalui program double degree.

Sebelum mencapai prestasi tersebut, di sela-sela sibuknya kuliah, organisasi, dan mengasah hobi menari, perempuan kelahiran Sulawesi Selatan ini rajin berdiskusi dengan dosen pembimbing akademik mengenai matakuliah yang perlu ia ambil. Annisa menyadari hal ini harus dilakukan demi keinginannya belajar ke luar negeri. Ia harus dua kali lebih rajin daripada mahasiswa lain. Apabila teman-temannya tiap semester hanya mengambil 8−10 matakuliah, maka ia berani mengambil 14 mata kuliah.

Awalnya, ia ingin belajar ke negara yang lebih dekat, seperti Malaysia dan Singapura, karena masih terjangkau menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Kemudian, ia malah mendapat tawaran ke Tiongkok. Tawaran tersebut awalnya ditolak, tetapi akhirnya perempuan ini memberanikan diri mencoba mengubah rencana. Konsekuensinya, selama satu tahun penuh ia les bahasa Mandarin.

“Selain usaha, tentu doa ya, dan yang tidak kalah penting restu dari orang tua. Percuma kita sudah bekerja keras agar dapat belajar di negara impian tapi orang tua tidak merestui,” ungkap Annisa.

Selama setengah tahun berada di Tiongkok, ia merasa begitu terisolasi dari dunia luar. Terbatasnya akses jaringan membuat sulit berkomunikasi dengan keluarga dan teman. Saat itu, ia tidak mengetahui jika ada VPN untuk mengakses website yang diblokir. Solusinya membeli atau menggunakan VPN gratis.

Segala kesulitan berlalu beriringan dengan jalannya waktu. Sampai pada tahun 2017, ketika Annisa menjadi anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia-Tiongkok (PPIT) cabang Naning. Ia diminta menjadi pengisi acara pada Malam Kebudayaan Indonesia. Tentu saja tawaran ini segera diiyakan. Bulan-bulan sebelumnya, perempuan tersebut hanya diminta menjadi panitia dan melatih menari saja. Namun mendekati hari pelaksanaan karena kekurangan orang, ia diminta ikut terjun menari bersama tim tari pengisi acara.

Tahun 2018, perempuan hobi traveling ini menjadi ketua PPIT sekaligus didapuk sebagai pelaksana acara Malam Kebudayaan Indonesia 2018 dengan tema “Portray od Sundanese”. Acara tersebut merupakan bagian yang paling berkesan bagi Annisa. Selama berbulan-bulan, ia menyusun konsep acara kemudian sampai pada tengah-tengah perjalanan, diterjang badai dari teman-teman dan dosennya yang kurang setuju dengan konsep yang sudah disiapkan. Namun, Annisa tegas mengambil keputusan segera. Kabar baiknya, saat hari pelaksanaan, semua berjalan dengan lancar dan lebih dari yang dibayangkan.

Berdasarkan pengalamannya di Tiongkok, ia mengungkapkan bahwa ilmu yang didapat akan diimplementasikan di Indonesia. Salah satunya adalah disiplin. Disiplin mengenai berbagai hal, terutama disiplin waktu. Ia berusaha selalu tepat waktu melakukan apa pun.

Tidak mengherankan jika sosok Annisa menjadi pribadi seperti sekarang ini. Keinginannya yang selalu ditekuni hingga tercapai, tidak lepas dari usaha serta dukungan orang-orang di sekelilingnya. Sejak SD sampai SMP, perempuan tersebut selalu meraih prestasi yakni mendapat juara 1 di kelas. Tradisi prestasi inilah yang memotivasinya untuk selalu berubah menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi sesamanya.

 

 

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Akhir-dari-dua-tahun-selama-belajar-di-Guangxi-University-for-Nationalities-wisuda..jpg 854 1280 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-26 06:35:542019-05-01 06:46:16Langkah Annisa Harapuspa

Salah Pilih Jurusan, Luo Haiyan Raih Program Joint Degree ke UAD

25/04/2019/in Feature /by NewsUAD

 

Program joint degree merupakan penyelenggaraan kegiatan antarperguruan tinggi baik dalam negeri maupun melalui kerja sama antara perguruan tinggi di dalam negeri dengan perguruan tinggi di luar negeri. Hal tersebut dilaksanakan untuk suatu program studi secara bersama serta saling mengakui lulusannya. Di sisi lain, program ini merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki mutu pendidikan perguruan tinggi di Indonesia.

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memiliki program joint degree (2+2) bekerja sama dengan beberapa universitas luar negeri seperti Guangxi University for Nationalities (GXUN) Tiongkok, University of Nueva Caceres (UNC) Filipina, Sun Moon University (SMU) Korea Selatan, dan Kyung Dong University Korea Selatan. Dalam program tersebut, mahasiswa dapat melakukan studi di universitas asal selama dua tahun ditambah studi di universitas mitra dua tahun. Sehingga, mahasiswa program joint degree ini nantinya akan memperoleh dua gelar dan dua ijazah sekaligus, dari universitas asal dan universitas mitra.

Nah, berawal dari salah jurusan, Luo Haiyan mengawali perjalanannya belajar di perguruan tinggi.

“Pertama saya ingin kuliah dengan jurusan bahasa Inggris. Namun, ternyata saya salah pilihan, yakni memilih bahasa Indonesia. Kemudian dosen saya di Guangxi University for Nationalities (GXUN) Tiongkok, memberi nasihat jika belajar keras pasti bisa,” ungkapnya ketika diwawancarai penulis di kampus 1 UAD, Senin, 18 Februari 2019.

Mahasiswa asal Tiongkok ini sebelum menjadi mahasiswa UAD dengan program studi Sastra Indonesia, mula-mula mengalami kesulitan berbahasa Indonesia. Selama kurang lebih dua tahun ia bekerja keras belajar bahasa Indonesia. Caranya dengan belajar di perpustakaan, menonton film, dan mendengarkan lagu Indonesia. Hal tersebut Luo lakukan berulang setiap harinya.

Berkat kerja kerasnya, perempuan dua bersaudara ini lolos mendaftar program joint degree yang sudah ditunggu selama empat bulan. Ia menyampaikan sedikit tips bahwa seseorang yang bersungguh-sungguh melakukan sesuatu pasti akan mendapatkan apa yang diinginkan.

Menjadi mahasiswa tentu godaan malas akan meracuni. Tetapi kembali kepada diri kita sendiri harus bisa membagi waktu kapan saatnya main, kapan harus belajar, dan mengunjungi perpustakaan. Di dalam perpustakaan tentu banyak sekali buku yang dapat dibaca untuk menambah ilmu kita semua.

Dalam program joint degree UAD, ada dua subprogram yakni inbound yaitu subprogram apabila mahasiswa luar negeri melakukan studi di UAD dan outbound yakni subprogram apabila mahasiswa UAD melakukan studi di luar negeri. Program studi yang memiliki program joint degree di antaranya Ekonomi Pembangunan (S1), Manajemen (S1), Akuntansi (S1), Pendidikan Fisika (S1), Sastra Indonesia (S1), Teknik Informatika (S1).

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/7.-Luo-Haiyan-atau-nama-Indonesianya-akrab-dipanggil-Kenari.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-25 14:36:582019-05-01 06:04:40Salah Pilih Jurusan, Luo Haiyan Raih Program Joint Degree ke UAD

Juri Debat Cantik dari UAD

25/04/2019/in Feature /by NewsUAD

Pemilik nama asli Nila Wati, mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) angkatan 2016, berkesempatan bersilaturahmi ke Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) APMD. Di sana, ia juga ditunjuk untuk menjadi juri acara debat bahasa Indonesia.

Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati hari lahir Himpunan Mahasiswa Jurusan Sistem Pemerintahan STPMD APMD yang ke-63. Peserta berasal dari universitas swasta dan negeri se-DIY. Tema yang diangkat adalah tentang pemilu dan birokrasi karena saat ini tema tersebut sedang hangat-hangatnya.

Awalnya, teman Nila yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menghubungi melalui akun Instagram. Ia memberi informasi bahwa sedang ada lomba debat di STPMD APMD dan meminta Nila untuk ikut. Tak disangka, Nila yang awalnya ingin menjadi peserta, justru dijadikan juri.

“Saya speechless saat teman saya meminta agar ikut lomba di STPMD APMD. Kebetulan saya tidak ada teman untuk berpartisipasi, karena syarat debat tersebut adalah tiga orang dalam satu regu. Kamis malam ada yang menghubungi saya untuk menjadi juri debat, tentu saja saya terkejut,” jelas Nila.

Mahasiswi yang sempat mengajar di Thailand ini menambahkan, “Juri debat diambil dari tokoh publik, di antaranya kepala Komisi Pemilihan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta, mantan Wakil Bupati Mentawai, dan debater sekaligus mahasiswa berprestasi dari UMY. Kebetulan, saya menjadi juri perempuan satu-satunya. Sebuah amanah istimewa yang diberikan oleh pihak STPMD APMD memilih saya menjadi juri.”

Pelaksanaan debat cukup lama yaitu dimulai pukul delapan pagi sampai pukul enam sore. Jumlah keseluruhan ada enam belas tim, dengan masing-masing anggota tiga orang. Peserta melalui babak penyisihan, semifinal, perebutan juara tiga, dan final.

Nila menjelaskan, pengalamannya menjadi juri sangat berharga. Selain tidak boleh subjektif, juri juga harus menguasai tema yang sedang diperdebatkan. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Juri-Debat-Cantik-dari-UAD.jpg 768 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-25 09:37:032019-05-03 18:40:57Juri Debat Cantik dari UAD

Sikapi Culture Shock dengan Bijak

24/04/2019/in Feature /by NewsUAD

Perguruan tinggi di dunia yang membuka program internasional, memungkinkan mahasiswa untuk belajar dan menemukan perbedaan budaya antarnegara. Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Biasanya perbedaan budaya antarnegara tersebut dipengaruhi oleh faktor agama, ideologi, lingkungan, dan kebiasaan masyarakat di suatu negara tertentu.

Omar Abdul-Raoof Taha Ghaleb Al-Maktary merupakan mahasiswa darmasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tengah menyikapi culture shock dengan bijak. Dalam ilmu sosiologi, culture shock atau keguncangan budaya merupakan ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebenarnya apabila dilihat dalam dua sisi, hal tersebut memiliki dampak negatif dan positif. Tinggal seperti apa kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap budaya di negara yang baru dikunjungi.

Omar, begitu sapaan akrabnya, menjelaskan beberapa perbedaan budaya yang berada di negara Yaman—yakni negara asalnya, dan Indonesia—negara yang ia tinggali belakangan ini, saat diwawancarai penulis di kampus 1 UAD, Senin, 18 Februari 2019. Ia menjelaskan perbedaan sikap dari masing-masing individu, makanan, maupun cara berpakaian.

“Kalau di Indonesia orangnya sedikit-sedikit senyum, bertemu tidak kenal saja senyum. Ya, ramah seperti itulah. Berbeda dengan di Yaman, semua orang individualis. Ketemu, ya biasa saja,” begitu ungkapnya.

Cara berpakaian antara dua negara tersebut juga berbeda. Sarung misalnya, telah menjadi pakaian yang melekat kuat di masyarakat Yaman. Bahkan sarung menjadi bagian seragam dinas kepemerintahan. Berbeda dengan masyarakat Indonesia. Sarung biasa digunakan hanya untuk melakukan kegiatan peribadatan. Contohnya seperti untuk shalat, pergi tahlilan ke tempat tetangga, dan memperingati Idulfitri maupun Iduladha.

“Di Yaman, semua perempuan menggunakan pakaian tertutup,” imbuh Omar.

Anak keenam dari pasangan Abdul-Raoof Taha dan Huda Yasin ini juga menjelaskan mengenai makanan sehari-hari. Ia mengatakan bahwa selama di Indonesia, ia belum bisa makan hanya nasi saja, tetapi harus ada temannya. Menurutnya nasi di Indonesia lebih manis. Berbeda dengan Yaman, nasi dominan campur dengan rempah-rempah. Untuk makan pagi dan malam masyarakat Yaman hanya menggunakan roti. Nasi hanya untuk makan siang.

Hal tersebut tidak menutup kemungkinan menyebabkan terjadinya fenomena culture shock pada seseorang. Bagi masyarakat yang belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul guncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan budayanya, yang mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal atau frustrasi.

Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang hidup di zaman yang serbamodern, setidaknya ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dapat disikapi dengan bijak. Fasilitas akses internet yang bisa dilakukan kapan saja bisa digunakan untuk membaca, mengenali, dan lebih memahami lingkungan baru yang akan kita kunjungi. Omar menjadi contoh bahwa ia yang telah hidup lama di Yaman, mampu menyesuaikan diri denga bijak ketika berada di Indonesia. (nda)

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sikapi-Culture-Shock-dengan-Bijak.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-24 10:09:282019-04-28 21:22:59Sikapi Culture Shock dengan Bijak

Kartini Milenial

23/04/2019/in Feature /by NewsUAD

Perayaan hari Kartini yang jatuh setiap 21 April identik dengan mengenakan pakaian kebaya. Hari tersebut diperingati sebagai bentuk penghormatan kepada Raden Ajeng Kartini atau biasa disebut dengan R.A Kartini. Kartini dikenal sebagai pahlawan emansipasi wanita Indonesia. Berdasarkan pikiran dan perjuangannya bahwa perempuan memerlukan kebebasan dan persamaan hak yang sama dengan laki-laki, maka perempuan saat ini dapat menikmati pendidikan sesuai keinginan dan memiliki kesempatan untuk menggapai mimpi maupun cita-cita mereka.

Melihat sosok Kartini pada era milenial, tentu mengalami banyak tantangan. Salah satunya adalah kesadaran perempuan untuk menjadi apa dan siapa hari ini begitu pun dengan esok lusa. Antara menjadi ibu rumah tangga saja, perempuan karier, atau perempuan yang bisa melakukan dua-duanya. Semuanya merupakan pekerjaan yang sama-sama mulia.

dr. Nurul Qomariyah, M.Med., Ed., selaku dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Kedokteran (FK) mengatakan, “Saya melihat perempuan saat ini disektor apa pun ada, jadi yang membedakan perempuan dan laki-laki hanya terletak di urusan reproduksi. Perempuan bisa hamil sedangkan laki-laki tidak. perempuan bisa menyusui, laki-laki tidak. Untuk masalah keilmuan dan keterampilan, saya kira sama.”

Ia juga menambahkan untuk menjadi sosok Kartini milenial, perempuan bisa menjadi apa saja yang diinginkan, atau bisa dikatakan menjadi apa pun terserah. Akan tetapi ketika perempuan sudah memiliki amanah, sudah menikah, dan hamil, itu harus bisa serius. Serius dalam arti menjadi istri dan ibu yang memberikan penuh hak anaknya. Misalnya merencanakan ingin punya anak berapa, menyiapkan masa depan anaknya termasuk memberikan ASI eksklusif enam bulan sampai dua tahun, kemudian membuat ikatan dengan anaknya, sehingga hak anak itu terpenuhi.

Menurut dosen yang ditemui di kampus III Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Senin (15-04-2019) itu, Kartini milenial harus paham dengan dirinya sendiri. Besok apakah dirinya mampu menjadi perempuan karier dan menjadi istri bagi suaminya sekaligus ibu dari anak-anaknya. Kalau merasa kurang mampu melakukan kedua hal tersebut alangkah lebih baiknya memilih salah satu.

“Termasuk saya. Saya adalah orang yang tidak bisa melakukan pekerjaan kedua hal tersebut secara bersamaan. Ibaratkan saja jika saya dikasih usia hidup tujuh puluh tahun, punya anak kecil paling tidak hanya lima tahun dari kehidupan saya yang tujuh puluh tahun itu. Jadi, saya tidak merasa rugi jika yang lima tahun itu untuk anak saya dan memilih berhenti bekerja,” imbuh Nurul.

Manusia itu memiliki siklus hidup, mengurus anak itu tidak selalu harus ditunggui terus. Ada waktunya si ibu harus di situ, ada waktunya anak-anak ini mulai mengambil keputusan sendiri, main sendiri. Pada saat itu, perempuan di rumah selain mengurus anak tentu banyak hal yang bisa dilakukan. Misalnya bergabung di yayasan sosial atau kerja online. Jadi, waktu luang itu bisa digunakan untuk memikirkan orang lain yang masih membutuhkan. Tidak hanya kumpul-kumpul saja, duduk di depan sekolahan, itu sayang banget lebih baik mengisi waktu dengan hal positif. (nda)

Apa pun profesinya, Kartini milenial itu harus ingat kodratnya sebagai perempuan berdaya, dan bermanfaat bagi sesama! Selamat hari Kartini. (quotes)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/FEATURE_Kartini-Milenials_2042019_uad.jpg 682 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-23 17:02:012019-05-01 08:02:24Kartini Milenial

B&G: Dari Tongkat Jadi Kacamata  Sebuah Inovasi untuk Tunanetra

22/04/2019/in Feature /by NewsUAD

 

Ketika duduk di tengah keramaian, Husna dan kawan-kawannya (dkk.) melihat seorang bapak memakai kacamata dengan penglihatan yang telah berpindah ke tongkatnya. Ia meraba-raba apa pun di sekitarnya, memastikan tak ada yang menghalangi agar sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Saat itu pula, Husna dkk. tergerak membantu para tunanetra agar lebih mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa menggunakan tongkat, tetapi tetap aman. Mereka kemudian menciptakan alat bantu yang disebut B&G (Bracelet and Glasses for Blind People).

B&G adalah suatu sistem yang digunakan membantu penyandang tunanetra dalam bergerak dari satu tempat ke tempat lain melalui navigasi yang disediakan. B&G memiliki dua perancangan alat yaitu smart bracelet (gelang pintar) dan smart glasses (kacamata pintar) yang saling berkaitan satu sama lain. Kacamata berfungsi untuk mengetahui kondisi sekitar dengan kombinasi sensor, dan gelang akan memudahkan pengguna dalam bernavigasi untuk berpindah melalui petunjuk yang berupa suara.

Perancangan pada smart bracelet akan diletakkan pada lengan agar memudahkan mobilitas penyandang tunanetra dalam kegiatan sehari-hari. Pada smartband terdapat GPS yang berfungsi untuk merekam data posisi pengguna lalu dari data tersebut akan didapat posisi koordinat dan dikirim ke jaringan operator serta diterima oleh modem GSM/GPRS yang tersedia di smartphone. Penerima tinggal salin-tempel pesan ke aplikasi Google map. Kemudian, perancangan dari kacamata dibuat simpel dan tidak banyak kabel yang terhubung agar penyandang tunanetra dapat merasakan kenyamanan saat menggunakannya.

B&G mempunyai sensor ultrasonik yang mampu memberikan informasi lingkungan sekitar sampai dengan jarak 40 meter di depannya, dan jarak detail sekitarnya mencapai 4 meter. Selain dapat mengeluarkan suara peringatan, B&G juga dilengkapi dengan headset yang dapat mengeluarkan suara petunjuk arah yang berfungsi menuntun tunanetra ke tempat tujuan yang diinginkan. Alat ini berbasis pada IoT (Internet of Thing) sehingga praktis dan efisien.

Latar belakang penciptaan B&G secara luas berdasarkan pada data WHO (World Health Organization) tahun 2012 yang menunjukkan bahwa terdapat 39 juta jiwa penyandang tunanetra di dunia. Sedangkan berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2012 menginformasikan bahwa sebanyak 1.776.912 jiwa Indonesia merupakan penyandang tunanetra.

Penelitian inovasi ini menurut Yeni, mahasiswi Teknik Elektro, dan Husna dari Teknik Kimia merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Mereka mengembangkan dari yang sebelumnya berupa tongkat kemudian menjadi kacamata. Tujuannya agar lebih praktis dan dapat memberi kesan menyetarakan antara yang tunanetra dengan orang normal. Dari pengembangan tersebut, B&G mendapat persetujuan dari pihak Universitas Ahmad Dahlan (UAD) untuk dikompetisikan di Shanghai dalam rangka lomba pameran inovasi dari seluruh negara, antara lain Rusia, Arab, Korea, dan Belanda.

Bila dibandingkan dengan produk yang hampir serupa dari luar negeri, B&G memiliki beberapa kelebihan yakni relatif lebih murah dan sudah menggunakan sistem IoT. Produk dari luar harganya sampai ratusan juta rupiah, dan dilengkapi dengan kamera. Sementara B&G masih menggunakan ultrasonik.

Menurut Husna dan Yeni, terdapat alat yang hampir sama juga di Indonesia tetapi masih berbasis ketukan, sementara B&G telah dilengkapi suara. Dalam waktu dekat, B&G akan terus dikembangkan menggunakan kamera dan harganya tetap terjangkau.

Setelah disetujui mengikuti kompetisi di Shanghai 19 sampai 21 April 2019 kelak, harapan dari Yeni dan Husna dapat mengharumkan nama UAD di kancah dunia dalam bidang inovasi alat. Selain itu, setelah B&G dapat bekerja dengan maksimal, mereka akan mengurus hak paten agar tidak akui orang lain dan segera dapat dimanfaatkan oleh penyandang tunanetra yang di seluruh Indonesia, bahkan dunia. (Ari)

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/6.-dari-kiri-Yeni-Rahmawati-Ponco-Sukaswanto-dan-Maratul-Husna.jpg 576 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-22 13:52:382019-05-07 05:54:09B&G: Dari Tongkat Jadi Kacamata  Sebuah Inovasi untuk Tunanetra

Sukses Memanfaatkan Media Sosial

22/04/2019/in Feature /by NewsUAD

 

Di era semakin menjamur dan kuatnya peran media sosial dalam kehidupan sehari-hari, ternyata apabila dimanfaatkan secara bijak dapat menjadi wahana untuk mengembangkan potensi diri, menyalurkan hobi, dan sebagai lahan dalam mendapatkan pundi-pundi. Seperti yang dilakukan Alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tahun 2017, Ridlo Kamaludin Hendardi, yang memanfaatkan media sosial untuk berkarya, khususnya di bidang sinematografi.

Di tengah-tengah kesibukannya sebagai guru di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kebumen, ia memilih memanfaatkan waktu luang setelah selesai mengajar dan hari libur untuk membuat video Instagram (vidgram) dan film pendek (untuk diunggah di YouTube). Kegiatan yang ditekuni Ridho kini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, bahkan menjadi salah satu sumber penghasilan

“Mulanya adalah melakukan kegiatan yang saya senangi, yakni bikin video tentang apa pun. Dulu waktu semasa masih kuliah, selain belajar sesuai jurusan yang diambil yakni Bimbingan dan Konseling, saya juga belajar tentang dunia sinematografi. Setelah lulus, ilmu itu saya aplikasikan bersama teman-teman di Kebumen, untuk publikasinya kami memilih memanfaatkan media sosial. Ternyata membuahkan hasil, selain karya kami dapat dinikmati masyarakat luas, juga menghasilkan uang hingga jutaan rupiah. Namun uang bukan tujuan utama, hanya bonus atas kemauan dan ketelatenan dalam mewujudkan sebuah karya dan memanfaatkan media sosial secara positif,” ucap Rido, sapaan akrabnya.

Rido menceritakan kegiatannya menekuni dunia sinematografi dengan memanfaatkan media sosial juga menjadi salah satu kegiatan yang efektif untuk menyatukan dan menggairahkan para pelaku seni di daerahnya dalam berkarya. Lebih lanjut Rido mencontohkan, seniman musik tradisional seperti pengrawit (penabuh gamelan-red) dan dalang dengan seniman modern yang main band, sebelumnya berjarak. Namun setelah terlibat dalam proyek penggarapan film pendek, saat ini kedua belah pihak dapat melebur menjadi satu serta bekerja sama dalam berkarya di bidang seni lain. Bahkan, sambung Rido, saat ini seniman tradisional dan modern Kebumen telah berada dalam satu atap komunitas bernama Titik Kumpul.

“Alhamdulillah berkat kerja keras teman-teman, Maret tahun ini, Titik Kumpul diundang dalam perhelatan akbar Yilan Art Festival di Thailand. Kami akan menampilkan kearifan budaya lokal dalam bentuk perpaduan musik dan tari,” katanya.

Tidak jauh berbeda dengan Rido, mahasiswi angkatan 2016 jurusan Pendidikan Agama Islam UAD kampus Wates Sindi Masitoh Prestawasta, juga memanfaatkan media sosial untuk melakukan hal positif, yakni sebagai sarana berwirausaha, khususnya di dunia fesyen. Sindi menceritakan, tanggungan berupa biaya hidup, kontrakan, tagihan bayar semesteran, dan anggaran untuk membeli buku untuk menunjang perkuliahannya tidak sedikit. Berangkat dari tersebut, ia berinisiatif untuk mencari penghasilan di sela-sela kesibukannya kuliah, untuk membantu meringankan beban pembiayaan yang ditanggung orang tuanya. Ia sempat mencoba beberapa pekerjaan sambilan, tetapi honornya terlampau sedikit. Hingga pada akhir Agustus 2018, ia memberanikan diri untuk memulai usaha berjualan pakaian dengan memanfaatkan media sosialnya berupa Instagram dan WhatsApp.

“Ternyata keterbatasan tidak memiliki modal besar bukan menjadi penghalang untuk berwirausaha. Saya hanya bermodalkan telepon genggam, paket data, dan semangat. Alhamdulillah, saat ini kurang lebih omzetnya di angka 15 juta per bulan. Jadi, daripada menggunakan media sosial hanya untuk hiburan atau bahkan hanya untuk pamer, mending dimanfaatkan untuk hal yang lebih berguna,” kata Sindi.

Sindi menyebutkan, meskipun dengan berjualan online bisa dimulai dengan modal yang sedikit, dalam menjalankannya dibutuhkan mental yang kuat karena harus mampu menghadapi berbagai risiko. Mulai dari kerap diabaikannya ketika tengah promosi, ditanggapi dengan berbagai pertanyaan oleh calon konsumen tetapi tidak jadi membeli, memesan model tertentu tetapi ketika sudah jadi barangnya malah transaksi dibatalkan, hingga tersendatnya pengiriman barang karena buruknya kurir pengiriman dan tidak tepatnya konsumen memberikan alamat.

Menurut Sindi, hal itu bukan menjadi penghalang, tetapi bagian dari tantangan yang harus ditaklukkan. Pasalnya, sejauh ini berbagai persoalan yang ia temui dapat diselesaikan. Bahkan grafik usahanya selama enam bulan terakhir terus naik omzetnya.

“Dulu hanya mampu menjual satu-dua pakaian per bulan, sekarang dapat menjual kurang lebih 100. Kuncinya hanya satu, kita tidak malas,” ujar Sindi. (Efri)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ridho-2.jpg 720 1080 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-22 10:36:592019-04-28 19:38:03Sukses Memanfaatkan Media Sosial

Pertemuan Pasca UTS di Kampus Oranye

21/04/2019/in Feature /by NewsUAD

Senin (15-4-2019), ruang persegi berhawa dingin dipenuhi puluhan peserta Ujian Tengah Semester (UTS). Hari perdana UTS berlangsung serentak hari itu di kampus oranye (Universitas Ahmad Dahlan). Sebelum ujian dimulai ada yang sibuk membaca buku, mendiskusikan materi dengan teman, bermain gawai, dan keluar ke kamar mandi.

Dua orang pengawas menyiapkan lembar soal dan lembar pertanyaan. Ruangan mendadak hening dan peserta menikmati suasana ujian dengan hikmat. Terkadang pengawas berjalan di antara sela barisan kursi peserta ujian. Memastikan ujian berjalan dengan lancar dan aman. Memastikan juga terhindar dari kecurangan.

Setelah selesai mengerjakan soal ujian, sebagian besar mahasiswa tidak langsung pulang. Mereka duduk di depan ruang ujian, seraya mendiskusikan jawaban yang tadi mereka tulis di lembar jawaban ujian. Sebagian yang lain mendiskusikan materi dan kisi-kisi ujian untuk hari berikutnya dengan teman satu kelas.

“Saya tipe orang yang tidak bisa belajar malam hari. Jadi, membutuhkan waktu dua sampai dengan tiga jam untuk belajar karena kebut semalam tidak cocok bagi saya. Jika memaksa kebut semalam, maka pagi hari saat ujian akan lupa dengan semua materi yang saya pelajari,” ujar Raditio Mustiko mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI) semester 6 yang kerap disapa Joko.

Joko menambahkan, “Menulis catatan penting merupakan cara untuk mengikat ilmu. Selanjutnya, sebelum menghadapi ujian harus berdoa dan mohon doa restu kepada orang tua. Saya juga memilih waktu setelah Subuh untuk belajar agar materi cepat meresap.”

Sementara itu, Fenti Rustiana mahasiswi PBSI semester 6, turut mengatakan bahwa UTS sangat penting karena ada 30% untuk memenuhi persyaratan lulus dari beban semester. Walaupun hanya 30%, tetap harus disiapkan dan tidak boleh dianggap remeh.

“Tetap giat belajar meskipun banyak kegiatan harus bisa membagi waktu. Ujian itu jangan ditakuti tetapi harus dihadapi. Cara mengatasi ketakutan saat ujian yaitu dengan menyiapkan materi dan membaca. Tancapkan dalam pola pikir kita, bahwa ujian bukanlah hal yang menakutkan,” pesan Fenti atlet Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) voli UAD yang telah mendapat juara 2 turnamen voli putri tingkat Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisiyah Nasional (PTM A) pada 25 Maret yang lalu. (Dew)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Pertemuan-Pasca-UTS-di-Kampus-Oranye.jpg 577 1024 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2019-04-21 07:51:002019-05-01 07:53:31Pertemuan Pasca UTS di Kampus Oranye
Page 57 of 68«‹5556575859›»

TERKINI

  • Menjaga Iman di Era Digital16/07/2025
  • Kemampuan Art of Interpretation sebagai Fondasi dalam Profesi Advokat16/07/2025
  • BHP UAD Gelar Pelatihan Penulisan Artikel Populer di Media Massa16/07/2025
  • Mahasiswa UAD Buat Inovasi Mi Instan Sehat Berbahan Dasar Bekatul Padi15/07/2025
  • Tim Desang Lolos Pendanaan P2MW 2025 dengan Inovasi Diversifikasi Jantung Pisang15/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Sabet Juara di FiPEX 2025 Lewat Inovasi Smart Locker IoT15/07/2025
  • UKM Karate UAD Borong Medali di Ajang Nasional12/07/2025
  • Langkah Berani Arya Eka Putra: Dari Keraguan Menjadi Juara I Pilmapres LLDikti V10/07/2025
  • Irgiawan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD Raih Juara II Nasional di Ajang SILAT APIK-PTMA 202510/07/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Bronze Medal dan Best Poster di Kompetisi Nasional Business Plan05/07/2025

FEATURE

  • Al-Qur’an sebagai Pedoman dalam Kehidupan11/07/2025
  • Terapi Kesehatan Mental Menurut Al-Qur’an dan as-Sunnah10/07/2025
  • Teman Sebaya Bukan Cuma Pendengar: Look, Listen, Link10/07/2025
  • Apa Kabar Kesehatan Mental Mahasiswa?09/07/2025
  • Kepribadian dan Metode Pendidikan Nabi05/07/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top