dr. H. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., M.Kes. pada pengajian dalam rangka memperingati Milad ke-114 Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)
Melalui Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI), Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan pengajian dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-114 yang bertema “Dakwah Pencerahan dalam Dinamika Keummatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal”. dr. H. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., M.Kes. selaku Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pembinaan Kesehatan Umum, Kesejahteraan Sosial, dan Resiliensi Bencana hadir sebagai pembicara, dengan didampingi Eka Anisa Sari, S.I.Kom., M.I.Kom. yang merupakan dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UAD selaku pemandu jalannya acara. Kegiatan berlangsung pada Senin, 26 Juni 2023 di lantai 2 Masjid Islamic Center (IC) Kampus IV UAD Yogyakarta dan disiarkan melalui kanal YouTube LPSI UAD.
Agus Taufiqurrahman di awal ceramahnya menuturkan, “Jika kita sedang tasyakur maka sering diingatkan dengan Surah Ibrahim ayat 7. Sebenarnya kita sudah tahu bahwa jika bersyukur akan ditambah kenikmatan, tetapi kita jarang menjadi orang yang bersyukur sepenuhnya. Perubahan waktu itu harus kita jadikan sebagai langkah muhasabah. Selama bisa melakukan perbaikan, maka jagalah muhasabah itu. Untuk urusan dunia, jika gagal sekarang selama masih hidup di dunia itu masih bisa kita raih. Namun jika untuk persiapan akhirat, sudah sampai di sana tidak ada lagi yang bisa mengoreksi ulang.”
Perjalanan Panjang Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada 8 Zulhijah 1330 H, atau bertepatan dengan 18 November 1912 M. Selama 114 tahun sudah Muhammadiyah berdakwah. Pada tahun 1920, Muhammadiyah waktu itu ada 5 departemen, bagian dan lembaga yang sekarang ini sudah menjadi majelis, lembaga, biro, dan lain-lain. Pertama, Bahagian Sekolahan yang dipimpin oleh H.M. Hisyam. Kedua, Bahagian Tablig yang dipimpin oleh H.M. Fahrudin. Ketiga, Bahagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU) yang dipimpin oleh H.M. Soedja’. Alasan ia diberi kepercayaan untuk mengurus ialah karena pada tahun 1919 Gunung Kelud meletus, ia sudah memimpin relawan kebencanaan Muhammadiyah yang waktu itu lebih dikenal dengan sebutan Laskar Kiai Soedja’. Maka, di sidang 1920 Kiai Soedja’ diminta untuk mempresentasikan sebagai Ketua PKU. Keempat, Bahagian Taman Pustaka yang dipimpin oleh H.M. Moehtar dan bernama Suara Muhammadiyah.
Spirit Dakwah Muhammadiyah
Muhammadiyah spirit dakwahnya itu dapat dirasakan oleh umat dan kemanusiaan universal. Bisa dilihat dari kliniknya Poliklinik Moehammadijah dengan tulisan di bawahnya PKU (Penolong Kesengaaraan Umat). Jadi, memang jika ditanya larinya apa? Sumbernya apa? Ya dakwah Muhammadiyah itu spiritnya rahmatan lil ‘alamiin ingin membawa Islam yang dapat dirasakan oleh siapa pun.
Ia menambahkan, “Banyak kader Muhammadiyah yang sudah diakui perannya untuk bangsa bahkan menjadi pahlawan nasional. Bagi Muhammadiyah, bukanlah teriakan yang menjadi salah satu indikator cinta tanah air, tetapi karya untuk bangsa itu yang dilakukan.”
Kapan Spirit Islam Berkemajuan dalam Muhammadiyah Itu Digaungkan?
Ketika awal K.H. Ahmad Dahlan mengajari ngaji murid-muridnya sebelum Muhammadiyah ini lahir sampai di awal Muhammadiyah didirikan, ada 2 pengajian yang sangat terkenal yaitu ngaji tafsir Surah Al-Ashr. Surah Al-Ashr ini prinsipnya adalah penanaman akidah terlebih dahulu. Iman itu yang digembleng, iman itu harus memunculkan karya-karya saleh atau amal saleh, maka yang beruntung itu hanya yang beriman dan beramal saleh. Jika mengaku beriman tetapi tidak ada cerminan beramal saleh, maka sesungguhnya imannya belum sempurna dan itulah yang dibawa oleh sebagian orang yang menulis spirit kemajuan, spirit profesionalisme dengan nilai-nilai iman itu ditanamkan oleh Ahmad Dahlan.
Kemudian yang kedua, ngaji Al-Maun, ini tidak sampai 8 bulan karena baru 3 bulan sudah diprotes. Jadi, harusnya ciri ngaji yang diwariskan oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah baca, paham, ngerti, dan amalkan apa yang diperintahkan dalam Al-Qur’an.
“Karakter Islam Berkemajuan, di antaranya berlandaskan pada tauhid, bersumber pada Al-Qur’an dan Sunah, menggalakkan ijtihad dan tajdid, mengembangkan prinsip wasatiyah. Spirit Islam Berkemajuan adalah spirit dakwah rahmatan lil ‘aalamiin dan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Maka, spirit keilmuan itu terus ada di situ. Untuk urusan duniawi, maka tajdid itu dinamisasi. Kuncinya adalah bagaimana seluruh elemen Muhammadiyah termasuk Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sebagai media dakwah dari Muhammadiyah ini bisa mewujudkan spirit Islam rahmatan lil ‘aalamiin,” tutupnya. (Zah)
uad.ac.id