Bahagia dengan Bersyukur
Kajian rutin yang diselenggarakan oleh Masjid Islamic Center (IC) Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta pada kesempatan ini membahas tentang bagaimana orang yang bahagia itu dan bahagia seperti apa yang dimaksud. Kajian rutin diselenggarakan pada Minggu, 19 Februari 2023 di lantai 2 Masjid IC UAD dengan pembicara Dr. Ustadzi Hamzah, M.Ag. dan dipandu oleh Awhinarto, M.Pd.
Sudah banyak nikmat yang dianugerahkan Allah kepada para hamba-Nya. Mulai dari nikmat sehat, kesempatan, nikmat hidup, serta nikmat iman dan Islam. Sampai kapan pun manusia tidak akan mampu menghitung satu per satu nikmat yang telah diberikan. Manusia hanya mampu untuk senantiasa meningkatkan rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah setiap harinya.
“Dalam sebuah penelitian Harvard University tentang indeks kebahagiaan, orang bahagia itu yang seperti apa? Dalam penelitian itu ditemukan bahwa orang yang berbahagia bukan karena tercukupi segala sesuatunya, materi, memiliki jabatan yang tinggi, dan lain-lain. Namun yang membuat orang itu bahagia adalah komunikasi yang positif.
Jadi, seseorang itu bisa menjalin relasi yang positif dengan orang lain sehingga orang juga akan merespons positif. Itulah yang dinamakan kebahagiaan. Sedangkan banyak sebagian orang saat ini yang memahami bahwa orang yang bahagia itu adalah kaya, jabatan tinggi, dan lain-lain. Padahal tidak seperti itu, dan tanpa disadari masih banyak juga yang belum bisa untuk bersyukur,” jelas Ustadzi Hamzah.
Ia menambahkan, bersyukur itu ada 3 jenis. Pertama, syukur dengan hati, artinya menyatakan dengan sebuah pemahaman, kesadaran, dan penghayatan bahwa semua yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah sebuah kebaikan. Jika seseorang sudah meyakini bahwa apa yang diberikan Allah kepadanya adalah kebaikan maka ia sudah akan merasa bahagia, karena itu dari Allah dan apa yang dimilikinya saat ini adalah milik Allah.
“Jika seseorang menyadari bahwa apa yang dirinya miliki saat ini karena kemampuan dan kepintarannya, maka ia akan merasakan gelisah dan khawatir. Gelisah dan khawatir yang seperti apa? Jika nanti ada yang di atasnya, ia sudah tidak keru-keruan lagi rasanya,” ucapnya.
Kedua, syukur dengan lisan, artinya membiasakan diri untuk senantiasa mengucapkan alhamdulillahirabbil ‘aalamiin baik setelah bangun tidur, mendapat nikmat sehat, dan nikmat-nikmat lainnya. Harus selalu bersyukur dan mengingat bahwa apa yang Allah berikan adalah kebaikan agar senantiasa bahagia.
Ketiga, syukur perbuatan yaitu memanfaatkan atau menggunakan apa pun yang Allah berikan kepadanya untuk beribadah dan mendekatkan diri. “Ketika kita mendapatkan sesuatu dan kita menyadari itu dari Allah lalu mengucapkan syukur dengan alhamdulillah, kemudian kita jadikan sarana untuk beribadah kepada Allah maka kita akan senantiasa tenang,” tutupnya. (Zah)