Suasana gelar wicara inovasi dalam rangka Kick-Off Hibah Inovasi 2024 di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Istimewa)
Bidang Riset Inovasi (BRIn) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan gelar wicara inovasi pada Kamis, 20 Juni 2024 di Amphitarium Kampus Utama UAD. Acara ini mengusung tema “Membongkar Rahasia Riset dan Hirilisasi”. Pemateri yaitu Drs. H. Henry Zudianto, M.M. selaku Wali Kota Yogyakarta Periode 2001–2006, 2006–2011, Badan Pengurus Harian (BPH) UAD, dan pengusaha. Pemateri kedua yaitu Donni Prabowo, M.Kom., M.B.A. selaku Manager Amikom Business Park. Moderator gelar wicara yakni Dr. Muhammad Hamdi, S.E., M.B.A. selaku dosen Manajemen UAD.
Berdasarkan pengamatan Donni, inovasi terbagi menjadi dua, yaitu inovasi akademik dan industri. Inovasi akademik cenderung berorientasi pada kontribusi terhadap ilmu pengetahuan. Sedangkan inovasi industri cenderung berorientasi pada kontribusi terhadap orang, organisasi, dan keberlanjutan bisnis.
Tingkat kesiapan teknologi diukur dari beberapa tingkat, di antaranya observasi konsep dasar, formulasi konsep teknologi, pembuktian konsep, validasi teknologi di lab, validasi teknologi pada lingkungan yang relevan, uji coba pada lingkungan yang relevan, uji coba pada lingkungan operasional, sistem dinyatakan selesai dan siap, dan produksi berjalan sukses. Ketika produk sudah dinyatakan siap atau produksi sudah berjalan maka pebisnis akan menangkap peluang untuk dihirilisasikan. Kemudian, hilirisasi pun dibagi menjadi dua, yaitu komersialisasi paten untuk inovasi riset fundamental dan signifikan, serta komersialisasi produk untuk inovasi riset terapan.
Donni menjelaskan terkait cara berinovasi dengan berorientasi pada penyelesaian masalah nyata di masyarakat. “Ketika kita berorientasi pada komersialisasi maka kita harus berpikir dalam sudut pandang pelanggan, yakni menentukan masalah dengan solusi. Selanjutnya yaitu menentukan market size dari dampak, yakni seberapa besar ukuran pasar, seberapa ukuran pasar yang dapat dilayani, dan seberapa ukuran pasar yang dapat diraih. Kemudian memetakan potensi bisnis (lean canvas), dan melakukan MVP atau minimum viable product yakni produk versi minimum yang viable untuk pelanggan. Ketika membuat MVP kita harus melihat value dan benefit untuk pelanggan, bukan fitur,” terangnya.
Strategi lolos hibah inovasi, di antaranya masalah yang diselesaikan sudah tervalidasi, menggunakan teknologi terkini, dan dapat menarasikan tentang solusi yang dapat berkembang secara berkelanjutan.
Pemateri kedua Henry Zudianto, menjelaskan bahwa masing-masing inventor harus memiliki partner bisnis, karena proses yang akan dilampaui memakan waktu yang lama. Proses pembuatan inovasi pun berdasarkan kegelisahan yang terjadi di masyarakat. Produk inovasi juga harus sesuai degan value yang diinginkan oleh masyarakat atau konsumen. Ia pun berharap agar UAD juga memiliki jejaring investor sehingga setiap ada temuan akan dideklarasikan atau dalam kata lain lelang pendapat.
Acara dilanjutkan dengan diskusi yakni tanya jawab antara pemateri dan peserta gelar wicara. Kemudian pemberian cendera mata kepada pemateri yang diberikan langsung oleh Kabid. BRIn Ir. Phisca Aditya Rosyady, S.Si., M.Sc. Kemudian, diadakan sosialisasi panduan hibah inovasi yang disampaikan oleh Ir. Phisca. Acara ditutup dengan ucapan hamdalah bersama. (Lus)
uad.ac.id