Focus Group Discussion (FGD) pembuatan master plan Wisata Kebugaran di Kalurahan Canden Bantul (Foto: Istimewa)
Pariwisata memiliki daya ungkit tinggi untuk mengatasi masalah kemiskinan. Walaupun begitu, pembangunan pariwisata seyogyanya tidak dilakukan secara sembarangan hanya karena pertimbangan ekonomi semata. Pembangunan pariwisata tidak lagi hanya mementingkan kuantitas pengunjung, tetapi berorientasi pada kualitas berkelanjutan, yakni pengelolaan pariwisata yang tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan hidup manusia, tidak hanya untuk kepentingan sesaat, dan eksistensi destinasi wisata tersebut masih dirasakan hingga generasi berikutnya.
Selain itu, berkelanjutan berarti juga adanya keadilan sosial, seperti distribusi pendapatan yang proporsional dari negara terhadap warga negara dari hasil pariwisata. Pembangunan berkelanjutan dapat dicapai jika perencanaan terintegrasi mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu sosial, ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan spiritual, yang berdasarkan kajian dari disiplin ilmu yang berbeda.
Salah satu jenis wisata yang berkembang di dunia saat ini adalah wisata kebugaran atau biasa disebut wellness tourism. Jenis wisata ini meliputi kegiatan untuk mempertahankan gaya hidup sehat, mengurangi stres, mencegah penyakit, dan meningkatkan kesejahteraan jiwa. Wisata kebugaran berbeda dengan wisata medis. Pada wisata medis, orang datang berkunjung ke suatu daerah untuk melakukan pengobatan atau mendapatkan perawatan kesehatan khusus, misalnya teknologi yang lebih canggih atau rumah sakit/klinik dengan perawatan tertentu.
Dilihat perkembangannya, pariwisata kebugaran potensial dikembangkan di Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki sumber daya dan budaya lokal seperti sumber air panas, jamu, pijat tradisional, di samping alam yang indah dengan sawah, hutan, dan kebun untuk jelajah alam dan kota. Beberapa di antaranya seperti Bali, Yogyakarta, dan Solo, merupakan tiga kota yang ditargetkan sebagai destinasi wisata kebugaran yang diunggulkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Merespons hal tersebut, Tim Pengabdian kepada Masyarakat yang terdiri atas dosen-dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD), dosen-dosen dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, serta perangkat Kalurahan Canden, melakukan kolaborasi dan sinergi kerja. Tujuannya untuk menyiapkan master plan dan pengembangan destinasi wisata kebugaran terintegrasi di Kalurahan Canden, Bantul.
Pada 30 Juli lalu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat UAD yang diketuai oleh Dr. Wardiyanta, M.Hum. dengan anggota Muhammad Syamsu Hidayat S.E., M.Sc., Ph.D., Helfi Agustin, S.K.M., M.K.M., dan Dr. Fitroh Adhilla, S.E, M.Si. C.M.A., melakukan apersepsi dengan perangkat Kalurahan Canden. Kegiatan ini dilanjutkan dengan focus group discussion (FGD) yang difasilitasi oleh Lurah Kalurahan Canden. Sebelumnya, pada 5 Juli 2022 kerja sama ini diawali oleh Tim Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang diketuai oleh Dr. Ir. Rachmat Budiharjo, tim dari Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.
Model pembangunan pariwisata yang akan dikembangkan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penelitian para dosen tersebut merupakan model pembangunan campuran. Pembangunan dari bawah (bottom-up) yang didukung dengan keahlian profesional serta dukungan anggaran, dan teknologi dari atas agar menghasilkan program pembangunan masyarakat yang efektif dan berdampak. Model ini diharapkan dapat menyesuaikan program pembangunan dengan karakteristik masyarakat. Sehingga, intervensi yang dilakukan dalam program pembangunan tidak dianggap sebagai intervensi satu arah dari perusahaan atau pemerintah saja. Namun, juga mempertimbangkan dan memberi ruang bagi aspirasi masyarakat melalui FGD tentang impian dan cita-cita masyarakat, khususnya wisata di Kalurahan Canden.
Selama ini, Kalurahan Canden memang memiliki potensi alam yang belum dikemas dengan baik menjadi destinasi wisata yang unik dan dapat menarik wisatawan. Selain dari aspek fisik dengan lanskap, arsitektur, dan tata ruang yang indah, sebuah tempat wisata juga perlu tata kelola dengan sumber daya manusia yang terampil. Kadang-kadang suatu daerah mempunyai potensi dan daya jual yang bagus, tetapi jika host-nya tidak mendukung maka kesan yang ditimbulkan pun tidak bagus oleh wisatawan. Tempat wisata yang aman, nyaman, dan memberi kenangan bagi wisatawan akan menimbulkan keinginan untuk kembali lagi. Bahkan, kesan yang bagus akan menjadi promosi dari mulut ke mulut oleh calon wisatawan. (doc)
uad.ac.id