KKN Alternatif Bina Masjid (ABM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Adakan Program Sedekah Sampah (Dok. Istimewa)
Indonesia saat ini tengah menghadapi krisis penumpukan sampah yang semakin mengkhawatirkan. Setiap harinya, volume sampah yang tidak terkelola dengan baik terus meningkat, sementara kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin terbatas. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), TPA Piyungan bahkan telah ditutup karena penuh, memaksa warga membuang sampah sembarangan, menimbulkan bau tidak sedap, dan menjadi sarang penyakit. Beberapa orang memilih untuk membakar sampah, yang berdampak negatif pada kesehatan.
Merespons kondisi tersebut, Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif Bina Masjid (ABM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Periode ke-92 mengambil langkah nyata dengan menggelar sosialisasi bertema “Mengoptimalkan Sedekah Sampah sebagai Amal Jariah”.
Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Al-Maa’uun Sutodirjan, Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta, dengan tujuan mengedukasi masyarakat, khususnya umat muslim, agar dapat mengelola sampah secara bijak sehingga tidak menambah masalah baru.
Acara ini dimulai pada pukul 19.30 WIB, dihadiri oleh pengurus Masjid Al-Maa’uun serta perwakilan dari Ketua RT/RW setempat. Rangkaian acara dibuka dengan pembacaan Kalam Ilahi oleh mahasiswi KKN UAD, dilanjutkan dengan sambutan, penyampaian materi oleh narasumber, dan diakhiri dengan penyerahan keranjang Sedekah Sampah sebagai simbolis dari KKN ABM UAD.
Ustaz Ananto Isworo, S.Ag., yang merupakan founder Gerakan Sedekah Sampah berbasis ECO Masjid di Indonesia, dihadirkan sebagai narasumber utama. Dalam sosialisasi ini, Ustaz Ananto menekankan pentingnya pengelolaan sampah, terutama yang berasal dari rumah tangga. Ia memaparkan prediksi bahwa pada tahun 2050, jumlah sampah di laut bisa lebih banyak daripada ikan. “Di Indonesia, tepatnya di Wakatobi, telah ditemukan paus mati karena menelan sampah,” ungkapnya.
Selain itu, Ustaz Ananto menjelaskan cara pemisahan sampah anorganik yang dapat disumbangkan sebagai sedekah. Sampah anorganik seperti botol plastik, kaleng, aluminium, dan kardus yang tidak bisa diurai oleh alam, dapat dikelola dan dijual, dan hasilnya disumbangkan ke kas masjid untuk membantu warga yang membutuhkan.
Perjalanan Ustaz Ananto dalam gerakan ini dimulai pada tahun 2013 di Masjid Al-Muharram, Bantul, Yogyakarta. Ia berkeliling kampung untuk mengumpulkan sampah rumah tangga yang kemudian dijual, dan hasilnya digunakan untuk membantu yatim-piatu, duafa, dan janda kurang mampu.
“Gerakan Sedekah Sampah ini bertujuan untuk memperpendek perjalanan sampah, sehingga bisa dikelola oleh masyarakat sendiri. Dalam pengelolaannya, diperlukan niat, kemauan, dan konsistensi,” tegasnya.
Acara tersebut diakhiri dengan penyerahan keranjang Sedekah Sampah dari Ketua KKN ABM Unit I.A.3 Gandri Mukarromah Saputra kepada Ketua Takmir Masjid Al-Maa’uun Sutodirjan, Agus Nurgianto. Diharapkan, dengan adanya gerakan ini, pengurus masjid dapat berperan aktif membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah sebagai bentuk amal jariah. (Nfs)
uad.ac.id