Mahasiswa UAD Teliti Potensi dan Efektivitas Bandotan bagi Kesehatan
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah melakukan penelitian yang berjudul “Pencegahan Kontaminasi Pestisida Paraquat: Potensi Ekstrak Bandotan (Ageratum conyzoides L.) untuk Menjaga Kesehatan Darah dan Sistem Ekskresi Secara in Vivo”. Penelitian tersebut merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Riset pada tahun 2024.
Tim Bandotan yang didampingi oleh Haris Setiawan S.Pd., M.Si. ini diketuai oleh Intan Faya Nurazizah dan beranggotakan Jelia Enggal Listina, Apriyanti, Dita Rohmantin, dan Lubna Basalamah, yang berasal dari Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Terapan.
Salah satu pestisida yang banyak digunakan di perkebunan dan persawahan adalah pestisida berbahan aktif paraquat. Keracunan pestisida paraquat merupakan masalah kesehatan yang besar di beberapa wilayah Asia. Kematian akibat paraquat sangat tinggi karena toksisitas yang melekat dan kurangnya pengobatan yang efektif. Tim kemudian menggunakan tanaman bandotan sebagai penangkal radikal bebas karena mengandung antioksidan berupa saponin.
Bandotan merupakan tanaman liar yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, oleh karena itu tim mengeksplorasi potensi efektivitas dari tanaman tersebut. Mereka mencari tahu potensi dan efektivitas bandotan agar dapat dimanfaatkan untuk dunia kesehatan, yaitu untuk mengetahui pengaruh ekstraknya terhadap perubahan histologi organ ekskresi serta dalam menurunkan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Piruvat Transaminase (SGPT), Malondialdehid (MDA), dan kadar ureum.
Selain itu, bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa tanaman bandotan dapat digunakan sebagai sumber bahan alami dalam menangkal efek toksik yang ditimbulkan akibat cemaran paraquat.
“Penelitian mengenai toksisitas paraquat telah banyak dilakukan sehingga kami harus menyoroti tanaman bandotan sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dari toksisitas paraquat yang ditandai dengan adanya penurunan kadar MDA, SGOT, dan SGPT yang dapat diujikan melalui darah,” jelas Haris Setiawan, Kamis (20-6-2024).
Menurutnya, senyawa yang terkandung dalam paraquat bersifat toksik dan dapat menyebabkan keracunan, serta kerusakan pada saluran pernapasan, pencernaan, bahkan sistem ekskresi. Hal itu ditandai dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT di dalam tubuh dan memicu peroksidasi lipid (MDA) yang dapat menguatkan terjadinya stres oksidatif. Selain itu, MDA, SGPT, dan SGOT mengalami peningkatan ketika terakumulasi dengan paraquat. Hasil pengujian MDA, SGOT, dan SGPT menunjukkan efektivitas ekstrak bandotan.
Pengamatan histopatologi ginjal dan hati menunjukkan adanya kerusakan setelah pemberian paraquat. Namun, pada perlakuan paraquat dan perlakuan ekstrak bandotan, sel-sel tersebut mengalami perbaikan. Meskipun sudah banyak penelitian tentang tanaman bandotan, masih jarang yang memanfaatkan potensinya. “Sehingga tim PKM Bandotan berharap adanya penelitian yang lebih luas lagi mengenai potensi tanaman bandotan yang dapat dimanfaatkan,” ujar Haris. (uln)