• TERKINI
  • UAD BERDAMPAK
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Entrepreuner? why not (Spirit Entrepreuner)

21/03/2011/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh : Kintoko

Gaya hidup entrepreuner adalah sebuah pilihan hidup, sebagaimana mau memilih jalan hidup menjadi muslim atau tidak. Ia (entrepreunership) tidak bisa dipaksakan, namun perlu dipahamkan bahwa menjadi entrepreuner adalah pilihan yangtepat. Mengapa? Karena dalam realitasnya, gaya hidup entrepreuner mengandung spiritualitas yang sangat dalam, terlebih spiritualitas itu dibangun di atas pondasi Islam.

Apa yang saya maksudkan adalah: Bahwasanya Alloh melebihkan sebagian rizqi dari yang lain. Ini bermakna setiap diri berpeluang untuk memiliki kekayaan melebihi yang lain, namun juga diingat firman Alloh,

“Bahwa Dia tidak merubah nasib suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang harus merubahnya.”

Artinya, bahwa peluang untuk memiliki kekayaan itu tidak terjadi secara otomatis, namun harus melalui ikhtiar dengan sungguh-sungguh, banting tulang, peras keringat, cucuran air mata disertai doa dan tawakkal atas apa yang telah diusahakannya. Jika akhirnya, dari apa yang telah diusahakan (bisnis) ternyata Alloh memberikan ketentuan rugi, maka kesabaran menjadi fondasinya, dan baginya hal itu baik di mata Alloh lagi berpahala.

“Beritahukan kepada orang-orang yang sabar, Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar. Tidak ada balasan bagi orang-orang yang sabar melainkan surga.”

Namun pasti, tidak seterusnya bisnis akan merugi, karena Alloh juga telah menjanjikan, di balik kesusahan ada kesenangan, di balik kesulitan ada kemudahan.

Anda tidak percaya?

Adakah dalam hidup ini yang selamanya sedih?

Adakah orang yang dalam hidup ini selamanya sulit?

Jika ada tunjukkan siapa dia.

Tidak ada kan!!

Sungguh, setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan, begitupun setelah kerugian pasti akan ada keberuntungan. Jika akhirnya bisnis yang diupayakan menuai untung atas izin Alloh, maka serta merta ia mensyukuri apa yang telah dikaruniakan Alloh kepadanya, tentunya dengan mengeluarkan sebagian hartanya untuk zakat, sedekah, infak dan fisabililah. Karena ia sangat paham Firman Alloh:

“Dan apa saja yang engkau infaqkan, maka Allah akan mengganti. Dan Dia-lah sebaik-baik pemberi rizqi”.

Bagaimana jika sampai akhir hayat dikandung badan, bisnisyang diupayakan tidak juga menjadikannya mempunyai kekayaan lebih, itulah takdir (ketentuan) Alloh atasnya, yang telah ditulis sejak ia berusia 120 hari ketika masih dalam kandungan ibunya. Lalu ia menerima takdir atas dirinya dengan penuh keikhlasan, ridho dengan apa yang telah ditakdirkan Alloh padanya, dan baginya surga sebaik-baik balasan dan tempat kembali.

Allohu Akbar !

Alloh sekali-kali tidak mengingkari janji-Nya.

Saya harus kaya, karena umat ini membutuhkan kekayaanku, tapi saya tidak mau kaya, jika kekayaan itu malah menjauhkan diriku dari agama-Mu.

So, apa lagi yang diragukan untuk memilih gaya hidup entrepreuner?

Justru malah bisa praktek spiritual entrepreunership setidak-tidaknya dalam aspek yang meliputi ikhtiar, tawakkal, doa, sabar, syukur, infaq, sedekah, zakat, ikhlas menerima takdir Alloh. (@)

 

 

Oleh: Kintoko

Oleh : Kintoko

Gaya hidup entrepreuner adalah sebuah pilihan hidup, sebagaimana mau memilih jalan hidup menjadi muslim atau tidak. Ia (entrepreunership) tidak bisa dipaksakan, namun perlu dipahamkan bahwa menjadi entrepreuner adalah pilihan yangtepat. Mengapa? Karena dalam realitasnya, gaya hidup entrepreuner mengandung spiritualitas yang sangat dalam, terlebih spiritualitas itu dibangun di atas pondasi Islam.

Apa yang saya maksudkan adalah: Bahwasanya Alloh melebihkan sebagian rizqi dari yang lain. Ini bermakna setiap diri berpeluang untuk memiliki kekayaan melebihi yang lain, namun juga diingat firman Alloh,

“Bahwa Dia tidak merubah nasib suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang harus merubahnya.”

Artinya, bahwa peluang untuk memiliki kekayaan itu tidak terjadi secara otomatis, namun harus melalui ikhtiar dengan sungguh-sungguh, banting tulang, peras keringat, cucuran air mata disertai doa dan tawakkal atas apa yang telah diusahakannya. Jika akhirnya, dari apa yang telah diusahakan (bisnis) ternyata Alloh memberikan ketentuan rugi, maka kesabaran menjadi fondasinya, dan baginya hal itu baik di mata Alloh lagi berpahala.

“Beritahukan kepada orang-orang yang sabar, Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar. Tidak ada balasan bagi orang-orang yang sabar melainkan surga.”

Namun pasti, tidak seterusnya bisnis akan merugi, karena Alloh juga telah menjanjikan, di balik kesusahan ada kesenangan, di balik kesulitan ada kemudahan.

Anda tidak percaya?

Adakah dalam hidup ini yang selamanya sedih?

Adakah orang yang dalam hidup ini selamanya sulit?

Jika ada tunjukkan siapa dia.

Tidak ada kan!!

Sungguh, setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan, begitupun setelah kerugian pasti akan ada keberuntungan. Jika akhirnya bisnis yang diupayakan menuai untung atas izin Alloh, maka serta merta ia mensyukuri apa yang telah dikaruniakan Alloh kepadanya, tentunya dengan mengeluarkan sebagian hartanya untuk zakat, sedekah, infak dan fisabililah. Karena ia sangat paham Firman Alloh:

“Dan apa saja yang engkau infaqkan, maka Allah akan mengganti. Dan Dia-lah sebaik-baik pemberi rizqi”.

Bagaimana jika sampai akhir hayat dikandung badan, bisnisyang diupayakan tidak juga menjadikannya mempunyai kekayaan lebih, itulah takdir (ketentuan) Alloh atasnya, yang telah ditulis sejak ia berusia 120 hari ketika masih dalam kandungan ibunya. Lalu ia menerima takdir atas dirinya dengan penuh keikhlasan, ridho dengan apa yang telah ditakdirkan Alloh padanya, dan baginya surga sebaik-baik balasan dan tempat kembali.

Allohu Akbar !

Alloh sekali-kali tidak mengingkari janji-Nya.

Saya harus kaya, karena umat ini membutuhkan kekayaanku, tapi saya tidak mau kaya, jika kekayaan itu malah menjauhkan diriku dari agama-Mu.

So, apa lagi yang diragukan untuk memilih gaya hidup entrepreuner?

Justru malah bisa praktek spiritual entrepreunership setidak-tidaknya dalam aspek yang meliputi ikhtiar, tawakkal, doa, sabar, syukur, infaq, sedekah, zakat, ikhlas menerima takdir Alloh. (@)

 

 

Oleh: Kintoko

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2011-03-21 18:51:292011-03-21 18:51:29Entrepreuner? why not (Spirit Entrepreuner)
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

TERKINI

  • Cegah DBD, Mahasiswa KKN UAD dan PKK Dusun Gumulan Buat Spray Antinyamuk06/09/2025
  • FKM UAD Gelar Edukasi MPASI di Gunungkidul untuk Cegah Stunting06/09/2025
  • KKN UAD dan Warga Butuh Kidul Gelar Jalan Sehat06/09/2025
  • Tingkatkan Keselamatan Warga, Mahasiswa UAD Pasang Delineator Jalan di Dusun Pakel Kopek, Gunungkidul05/09/2025
  • Mahasiswa KKN UAD Dorong Pola Hidup Sehat Warga Ngelo I dengan Olahan Manis Alami05/09/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan III Kompetisi Artikel Ilmiah Tingkat Nasional 202528/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan I di National Economic Business Competition 202527/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Penghargaan Karya Jurnalistik Terbaik Pers Mahasiswa 2025 dari AJI Indonesia25/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II Lomba Pengabdian Masyarakat Tingkat Nasional pada ASLAMA PTMA 202519/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II di Ajang AILEC 202519/08/2025

FEATURE

  • Konseling Harapan bagi Keluarga dan Remaja05/09/2025
  • Potensi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh untuk Obat Antiinflamasi04/09/2025
  • Psikologi Komunitas Kelompok Rentan03/09/2025
  • Konsep Strategi Ilmiah dalam Pengelolaan Sampah DIY03/09/2025
  • Dinamika Implementasi Pembelajaran Mendalam di Indonesia02/09/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top