Bahaya Kecanduan Gawai pada Anak
Di era digital ini gadget atau gawai memang memiliki peran yang membantu dalam perkembangan anak. Walaupun demikian, orang tua harus tahu batasan-batasannya. Jika tidak, maka anak bisa rusak kesehatan fisik maupun mental. Selain itu, sangat dikhawatirkan anak tidak mau bersosialisi, tidak mempunyai teman, dan sekolahnya amburadul. Bahayanya lagi, anak yang sudah parah dalam kecanduan gawai bisa masuk rumah sakit jiwa.
Esti Utami, S.Pd., kerap kali mengisi kajian daring muslimah. Salah satunya pada grup WhatsApp Tholabul Ilmi yang bertema The Happiest Mommy “Cara Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak”. Esti merupakan alumnus dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Selain menjadi seorang istri, dia juga menjadi penulis buku dan editor naskah di penerbit Araska, Media Cerdas, Genesis, dan Yanita. Beberapa karyanya telah terbit yaitu buku dengan judul The Happiest Mommy, 7 Seri Fabel, Doa Anak Sehari-hari, Doa Umum, Nama-Nama Bayi, Parenting Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak, dan Melatih Berbicara.
Menurutnya, anak yang kecanduan gawai akan terus-menerus bermain gawai, lebih sering diam, aktivitas lain ditinggalkan, dan menolak bersosialisasi. Selanjutnya, anak selalu meminta gawai. Apabila tidak diberikan, anak mengamuk dan membuat kegaduhan. Ketika diajak bermain di luar rumah, anak meminta untuk pulang dan memilih memainkan gawainya. Bahkan, anak menolak untuk makan dan mandi.
“Agar anak tidak kecanduan gawai, maka gunakan gawai secara cermat. Misalnya digunakan untuk belajar menghitung, mengenal warna, bentuk, huruf, binatang, dan sebagainya. Jangan biarkan anak menonton sendiri, selalu dampingi anak dalam belajar dan ajak komunikasi. Alihkan anak pada hal lain untuk meminimalisir penggunaan gawai, misalnya bermain bola, melihat ikan, dan menyiram tanaman. Ketegasan juga diperlukan supaya tidak terjadi kecanduan gawai pada anak,” pesan Esti melalui grup WhatsApp pada 5-10-20. (Dew)