Kajian Sejarah: Mengulik Histori Kelahiran IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi otonom (ortom) di bawah persyarikatan Muhammadiyah, tahun 2021 ini memasuki usia ke-57. Sejak IMM didirikan oleh Djazman Al-Kindi pada tahun 1964, perkembangannya semakin pesat. IMM sebagai wadah putra-putri Muhammadiyah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) menjadi tempat berproses dan kaderisasi. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebagai PTM senantiasa mendukung proses perkaderan IMM.
Drs. H. Anhar Ansyory, M.SI., Ph.D. selaku Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD menjadi saksi atas kelahiran IMM. “Kelahiran IMM yang masih dipersoalkan akan kaitannya dengan HMI sebenarnya tidak ada. Bukan karena HMI akan dibubarkan kemudian IMM didirikan. Saya masih ingat betul pada waktu itu saat berbincang dengan Pak Djazman. Ia berkata bahwa IMM didirikan atas pemikirannya serta keinginan dan kebutuhan Muhammadiyah pada waktu itu akan pentingnya penerus kader yang berintelektual. Selain itu, IMM didirikan sebagai wadah putra-putri Muhammadiyah yang mengenyam pendidikan di PTM maupun PTS,” ungkap Anhar pada sesi Kajian Sejarah yang disiarkan langsung di kanal YouTube Takmir Masjid Islamic Center UAD (18-3-2021).
Ia mengimbuhkan, IMM sebagai wadah kaderisasi memiliki ideologi serta kepribadian Muhammadiyah yang senantiasa dijunjung tinggi. Q.S. Ali Imran ayat 104 dan Q.S. Al-Maun menjadi landasan berdirinya IMM. Kelahiran IMM menjawab persoalan zaman bahwa Muhammadiyah membutuhkan kaderisasi di lingkup mahasiswa. Dakwah Muhammadiyah tidak boleh berhenti begitu pula dengan pembinaan dan keseimbangan ideologi pun perlu dijaga.
“IMM merupakan gerakan mahasiswa Islam bukan gerakan politik praktis. Kepribadian Muhammadiyah sebagai landasan perjuangan IMM. Terlebih fungsi IMM sebagai stabilisator dan dinamisator dalam gerakan ijtihad. Jadikan ilmu sebagai amal sebagai wujud konstruktif intelektual,” tandas Anhar di akhir sesi diskusi. (Chk)