Program KMP Kemendikbud: Berbagi Manis Pahitnya Pendidikan Indonesia
Sebanyak tiga belas mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) terpilih mengikuti program Kampus Mengajar Perintis (KMP) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud RI). Program ini merupakan bentuk kepedulian mahasiswa untuk pendidikan siswa di desa maupun kota yang saat ini harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau daring.
Vera Yuli Erviana, S.Pd., M.Pd. pembimbing mahasiswa program KMP dari UAD mengatakan, tiga belas mahasiswa UAD yang terpilih diterjunkan di Ogan Komeling Ulu Timur, Pangkal Pinang, Oku Selatan, Kebumen, Biak Numfor, Bangka Barat, Ketapang, Cilacap, Pesawaran, Garut, Lombok Tengah, Pangkal Pinang, dan Bangka. Sekolah yang dipilih di daerah tersebut merupakan sekolah dengan akreditasi B dan C, dan yang masuk dalam zona hijau selama pandemi Covid-19.
“Selama sepuluh minggu, kami terus berkomunikasi dengan mahasiswa. Berdiskusi untuk menyelesaikan laporan maupun mencari solusi atas permasalahan yang ada di sekolah yang ditempati mahasiswa. Alhamdulillah mahasiswa UAD memiliki bekal yang cukup serta memiliki inovasi dan kreativitas dalam mengajar,” katanya.
Selain mengajar siswa, mahasiswa UAD juga melatih para guru untuk mengoperasikan berbagai perangkat untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Tidak semua guru bisa menggunakan perangkat-perangkat modern, apalagi guru yang sudah senior.
Di sisi lain, Alim Mustofa, mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Fisika UAD yang diterjunkan di SD N 28 Sungailiat, Sungaliat, Bangka, menjelaskan, perbedaan pendidikan di kota dan di daerah benar-benar sangat mencolok. “Dari segi fasilitas, di sekolah yang saya tempati, tidak begitu jauh perbandingannya. Tetapi, yang menjadi pembeda adalah dari segi sumber daya manusianya.”
Menurutnya, kesenjangan sumber daya manusia terutama guru disebabkan pendidikan yang belum merata. Jadi hanya beberapa sekolah saja yang menonjol.
Selama mengikuti program KMP, Alim mengaku mendapat banyak pelajaran berharga. Terutama mengasah mental untuk menjadi seorang pendidik. Tantangan menjadi seorang guru bukan sekadar penguasaan materi dan sejenisnya, melainkan mental baja dan kesabaran untuk menghadapi siswa.
“Di N 28 Sungailiat, saya diperlakukan layaknya anak sendiri oleh para guru, karena kebanyakan merupakan guru-guru senior. Dari merekalah justru saya banyak belajar sesuatu yang tidak didapatkan di perkuliahan, yakni mental dan kesabaran,” jelasnya ketika diwawancarai, Kamis (14-1-2021).
Kesempatan mengajar di daerah selama pandemi menjadi pengalaman yang berharga bagi Alim. Selain mendapat pengalaman, ia dapat memperluas relasi sampai ke dinas pendidikan dan sekolah-sekolah lainnya.
Program KMP Kemendikbud RI, memberikan efek timbal balik yang luar biasa bagi mahasiswa, siswa, dan guru atau pendidik di sekolah. Masing-masing saling belajar, saling berbagi ilmu dari manis pahitnya pendidikan di Indonesia. (ard)