Edukasi pembuatan pupuk organik dengan kompos di dusun Karangbendo, Banguntapan, Bantul, oleh dosen dan mahasiswa FKM Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Istimewa)
Sampah menjadi permasalahan yang sangat pelik karena beberapa kali ditutupnya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Piyungan akibat besarnya volume sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ya, darurat sampah sedang diterapkan di wilayah ini. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka akan mengakibatkan tingginya volume sampah baik sampah organik maupun anorganik yang dihasilkan rumah tangga. Oleh karena itu, perlu pengelolaan sampah secara komprehensif dan terpadu agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Salah satu cara pengolahan sampah organik yang paling mudah dilakukan adalah dijadikan sebagai kompos.
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui kegiatan pembelajaran lapangan mencoba berkontribusi dengan pemberian intervensi pada prioritas masalah terkait sampah organik di tingkat rumah tangga yang ditemukan dari hasil community diagnosis di Pedukuhan Karangbendo, Banguntapan, Bantul, khususnya di RT 15, 16 dan 17. Tim Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) kelompok 17 yang merupakan mahasiswa FKM memberikan edukasi dan penyuluhan tentang pengolahan sampah organik menjadi pupuk berkualitas dan melakukan kegiatan demonstrasi pembuatan pupuk kompos.
Kegiatan intervensi yang dilakukan tim PBL yang terdiri atas 6 mahasiswa dilaksanakan pada Kamis (11-7-24) didampingi oleh seorang dosen pembimbing lapangan. Sebelum memberikan kegiatan intervensi berupa penyuluhan dan praktik pembuatan kompos, telah dilakukan diskusi dengan warga setempat melalui Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Ketua kegiatan, Rizky Amalia, mengungkapkan kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi warga untuk membuat pupuk kompos organik. “Dan sebagai upaya untuk mengurangi dan memanfaatkan sampah organik sisa dapur yang dihasilkan setiap hari,” katanya. Intervensi yang mereka lakukan berupa penyuluhan yang tidak hanya berisi penyampaian materi tetapi dibarengi dengan praktik pembuatan kompos organik agar tidak monoton selama kegiatan berlangsung. Mereka menyebutnya dengan simposuk, yang merupakan alternatif pengelolaan sampah organik yang dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan warga yang memiliki halaman relatif sempit dan dapat diterapkan dalam pot tanaman.
Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk pembuatan pupuk kompos yaitu toples plastik atau bisa menggunakan pipa paralon, paku untuk melubangi media, sekop, sampah organik berupa sisa makanan, sayuran, tanaman kering dan kulit buah, serta cairan EM4 yang dicampur larutan gula pasir dan air dengan perbandingan 1:1:50.
EM4 singkatan dari Efektif Microorganisme, merupakan suatu cairan yang berwarna kecokelatan beraroma segar mengandung bakteri fermentasi mulai dari genus lactobacillus, jamur fermentasi, actinomycetes, bakteri fotosintesis, bakteri pelarut fosfat, dan ragi. Pemanfaatannya sering diaplikasikan dalam pembuatan kompos atau pupuk bokashi.
Dikatakan Mariska Urhmila, S.E., M.Kes. selaku dosen pembimbing lapangan (DPL), “Adanya edukasi dan praktik pembuatan kompos ini penting dilakukan untuk menambah wawasan dan mengubah perilaku warga agar lebih tepat dalam mengelola sampah organik rumah tangga.”
Selama acara berlangsung, warga hadir termasuk kader dan ketua masing-masing RT 15, 16, serta 17. Para partisipan sangat antusias dan berperan aktif selama kegiatan berlangsung ditandai dengan adanya diskusi tanya jawab, dan secara sukarela mereka ikut melakukan praktik pembuatan kompos di depan partisipan lainnya.
Kegiatan tersebut dilakukan selama dua bulan sejak Mei sampai Juli 2024, diawali dengan pembekalan yang diberikan oleh kampus sampai dengan penyampaian hasil intervensi kepada masyarakat Dusun Karangbendo, Banguntapan. FKM UAD berharap program intervensi terkait pengolahan sampah organik yang telah dilakukan tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga akan tanggung jawab dalam pengelolaan sampah rumah tangga, tetapi juga mampu diterapkan untuk seterusnya sebagai salah bentuk upaya untuk mengurangi permasalahan sampah yang terjadi dan ikut mendukung program yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. (doc)
uad.ac.id