Alfreda Finalis Duta Bahasa: Tetap Semangat sampai Kapan pun
Alfreda Fathya, mahasiswi Program Studi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) angkatan 2018, walaupun sedang mengikuti ujian akhir semester pada semester dua, tetap mengikuti malam penobatan Duta Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta yang ke-13. Dalam rangka pengembangan bahasa, Balai Bahasa Yogyakarta mengadakan acara ini dengan jumlah pendaftar 145 orang. Alfreda mengikuti acara penobatan di Convention Hall UIN Yogyakarta dengan peserta dari berbagai universitas di Yogyakarta.
Gadis kelahiran Gunungkidul 21 Desember 1999 ini terlihat percaya diri ketika menjawab pertanyaan dari juri saat acara. Terbukti dengan menjelaskan program kerjanya yaitu festival jagongan pada ketiga juri dengan lancar. Festival jagongan mencakup Njagani Budaya Jawi (Ngejawi), Literasi Sesarengan (Liyan-Liyan), dan Ngguyubake Nganggo Lagu (Ngguyu). Busana Jawa yang apik dan balutan jilbab merah menambah kesan ayu dan berani dalam dirinya.
Ketertarikannya mengikuti duta bahasa berawal dari keinginan untuk mengajukan identitas diri. Prosesnya dimulai memasukkan berkas, seleksi berkas, seleksi lanjut, wawancara, dan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Lalu dirinya masuk 15 putri Duta Bahasa se-DIY. Informasi ini diperoleh dari kakak tingkat. Sebenarnya, Alfreda disuruh tahun lalu, tapi ia merasa belum mempunyai bekal yang cukup.
Anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan aliansi pelajar istimewa ini memiliki misi yang spektakuler. Misi terbesarnya adalah terus mencari cara untuk membumikan UAD di luar UAD. Wujud nyatanya yaitu mengikuti seleksi Duta Bahasa DIY dan masuk lima besar. Ia berhasil membawa trofi, sertifikat, dan uang senilai satu juta rupiah.
“Sebenarnya niat terbesar saya membuat sekolah Jawi. Sayangnya, program kerja itu tidak mengantar ke juara umum. Jadi, belum tahu kelanjutannya. Saya dan teman-teman bergantian untuk mencari uang bersama untuk mewujudkan sekolah keinginan kami,” ujar Alfreda selaku staf Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Psikologi.
Kendala ketika mengikuti acara ini begitu unik. Menurutnya, dia bukan anak yang diam, kalem, dan anggun saat ikut fashion show. Sehingga merasa terlalu susah untuk seperti itu. Waktu itu tidak punya sepatu heels dan akhirnya meminjam teman. Selain itu, finalis yang satu ini tidak bisa make up sehingga setiap akan karantina, wajahnya dirias oleh temannya. Semua itu akhirnya bisa dilalui dengan baik.
“Bahasa menurut saya penting dan juga sederhana. Dengan bahasa, bisa membuat teman-teman saya datang ke acara ini. selain itu bisa mengungkapkan rasa sayang dan cinta. Pesan untuk teman-teman UAD, lets show. Tetap semangat sampai kapan pun,” pungkasnya saat ditemui usai acara di Convention Hall UIN pada Jumat (19-7-2019). (Dew)