Menjadi Guru yang Menyenangkan
Pendidikan sejatinya tidak hanya fokus pada nilai dan kecerdasan belaka, tetapi juga menciptakan proses belajar yang bahagia. Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, jauh-jauh hari sudah berpesan dan menekankan pendidikan yang menyenangkan. Ia menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang mengasyikkan.
Ki Hajar Dewantara juga meletakkan konsep-konsep dasar pengajaran meliputi teori dasar-ajar, trisakti jiwa, dan sistem among. Guru selaku pendidik pertama-tama ialah fungsinya sebagai model atau figur keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna, dan berpengaruh di masyarakatnya. Tak lupa juga bertanggung jawab atas hidup sendiri dan orang lain, sembari tak lupa berwatak luhur dan berkeahlian.
“Pendidikan dan proses belajar yang bahagia dan menyenangkan diawali dari guru yang merdeka. Guru yang bisa membebaskan anak, antusias dalam menularkan rasa ingin tahu pada anak, serta seorang guru harus selalu belajar agar pantas dan terampil dalam mengajar. Guru juga harus memiliki komitmen pada tujuan belajar, mandiri, dan reflektif,” jelas Dr. Purwati Zisca Diana, M.Pd.
Ia hadir dalam kuliah umum bertajuk “Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia” kunjungan Universitas PGRI Ronggolawe ke Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Harapannya dengan adanya kunjungan ini, kedua universitas bisa saling tukar gagasan tentang mengajar yang menyenangkan dan bisa diterapkan di masing-masing program studi. Sebab, lulusan nantinya akan berkecimpung di bidang tersebut. (JM)